Mobil Olivia sudah sampai di depan gedung kantor Lumanto Group dan sedang menunggu Daniel turun. Tidak sampai dua menit berlalu, Daniel sudah menampakkan dirinya dengan mobil.“Olivia,” sapanya seraya menurunkan kaca mobil, “Kopernya Russel kasih aku saja.”“Ak uamu antar kalian ke bandara juga. Kak Daniel, barang-barangnya Russel sudah di mobilku. Sebentar lagi dia selesai sekolah. Kita ke sekolah dulu saja.”“Oke. Stefan nggak ikut?”“Aku nggak bilang ke dia. Dia juga lagi sibuk banget.”Mobil Olivia melaju duluan diikuti oleh mobil Daniel di belakang. Sesampainya di sekolah, tak disangka lagi-lagi Olivia bertemu dengan Giselle yang sedang menyamar.“Eh, datang lagi ya untuk jemput keponakan kamu?” ujarnya basa-basi. Padahal dia memang sengaja menunggu di sini. Matanya langsung berbinar melihat Olivia kali ini datang bersama dengan Daniel. Kalau saja dia masih berdiri cukup jauh, dia pasti sudah mengambil foto mereka berduaan. Stefan sangat menyayangi istrinya, tetpai apa dia tahu ka
“Tante Olivia, Om Daniel!” Russel menyapa begitu dia dibawa keluar oleh guru. Dia melepaskan tangan dari genggaman gurunya dan berlari secepat mungkin.“Russel, jangan lari-lari, awas jatuh!” seru Olivia.Hanya dalam sekejap mata, Russel sudah berlari sampai di depan Olivia. Olivia berjongkok bermaksud untuk menggendong Russel, tetapi Russel malah meronta turun.“Di perut Tante lagi ada adik. Kalau Tante peluk aku, nanti aku mala menimpa dia.”Terkadang Russel juga suka mengelus-elus perut Olivia dan menyapa adiknya yang belum lahir itu. Bahkan dia juga kadang bertanya mengapa yang lahir adalah adik laki-laki, bukan perempuan, tetapi sayang adiknya itu masih belum bisa menjawab. Olivia bilang tinggal sebulan lagi saja, adiknya itu sudah bisa membalas sapaannya.“Nggak apa-apa, Russel nggak berat. Nggak mungkin sampai menimpa adik.”Semua orang khawatir Russel tak sengaja menendang perut Olivia, maanya mereka tidak mengizinkan Olivia menggendong Russel. Russel dapat memaklumi hal itu. O
“Sudah, kok. Nggak usah takut, nggak mungkin Tante bikin kamu bolak-balik. Biar menghemat waktu, Om Daniel juga ikut untuk jemput kamu sekalian. Yuk, mama kamu sudah menunggu di Cianter.”“Om Daniel, ayo kita cepat berangkat. Jangan bikin Mama menunggu kelamaan,” kata Russel.“Oke, ayo kita berangkat sekarang kalau begitu.”Daniel meminta pengawalnya untuk mengantar mereka langsung ke bandara, di mana pesawat pribadi mereka sudah menunggu.“Russel lapar, nggak?” tanya Daniel.“Tadi aku sudah makan sedikit di sekolah.”Di jam makan siang biasanya sekolah pasti akan menyediakan makanan untuk para murid. Russel tahu dia sebentar lagi sudah mau pergi, jadi dia makan sedikit lebih banyak dari biasanya supaya tidak kelaparan sewaktu di perjalanan.“Kalau lapar, kamu bisa pesan makan di pesawat atau di mobil. Sekarang kita nggak makan dulu, makannya nanti saja kalau sudah ketemu sama mama kamu.”“Oke!”Daniel sudah menyiapkan banyak makanan dan minuman untuk perjalanan mereka agar Russel tida
Russel pernah tinggal di rumah keluarga ayahnya selama dua tahun, tetapi sekarang semuanya sudah berbeda semenjak direnovasi. Setiap kali pulang ke sana, Rita selalu mengajarkan Russel untuk bilang ke Odelina supaya dia mau baikan dengan Roni. Namun saat itu Russel masih sangat kecil dan tidak memahami apa maksudnya. Rita pun coba menjelaskan dengan lebih sederhana, yaitu supaya kedua orang tua kandung Russel mau tinggal bersama lagi. Namun Russel menolak karena dia lebih suka tinggal dengan ibunya. Russel juga bilang di sana ada Adien yang selalu saja merebut mainan Russel.Andi dan Rita berjanji akan membela Russel, tetapi Shella selalu saja bilang keluarga Russel kaya raya. Sudah punya banyak mainan, tetapi tidak pernah mau berbagi dengan Aiden. Shella juga bahkan diam-diam meminta Russel untuk mengambil uang untuk diberikan padanya. Selain itu semua, Shella sering kali mengatakan Russel itu bodoh karena membiarkan uang jajannya dipegang oleh Odelina. Alhasil lama kelamaan Russel ja
“Oke, hat-hati di jalan.”“Bye, Tante Olivia. Bye, Papa,” ujar Russel seraya melambaikan tangannya tak hanya kepada Olivia, tetapi juga kepada ayahnya.Tak lama Daniel dan Russel pun pergi meninggalkan area sekolah. Giselle juga memanfaatkan momen tersebut untuk diam-diam melarikan diri. Orang tua yang menjemput anaknya harus menyerahkan kartu jemput kepada guru, baru kemudian guru memanggilkan anak mereka dari dalam. Kalau Giselle terus di situ tanpa menjemput keponakannya, Olivia pasti akan curiga.Setelah mobil yang membawa Daniel dan Russel pergi jauh, Olivia juga kembali ke mobilnya dan dengan segera meninggalkan sekolah. Cuma Roni sendiri yang masih ada di sana dengan perasaan sedih dan kesepian.Dia merasa Russel makin lama makin menjauh dari hidupnya. Terkadang Roni ingin membawa perkara ini ke pengadilan untuk mengambil hak asuh Russel kembali. Orang tuanya tentu mendukung, tetapi itu hanya dorongan sesaat saja dan menghilang ketika Roni kembali berpikir dengan tenang. Kalau d
Olivia kembali duduk setelah memandangi pot tanaman dan bunga-bunganya. Kemudian dia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada kakaknya. “Kak, Kak Daniel sudah membawa Russel ke bandara. Mungkin malam ini, mereka sampai.”Odelina bergegas membalas pesan Olivia dengan panggilan telepon.“Ya, Kak.”“Aku sudah terima pesan Daniel. Aku akan menunggu mereka sekalian akan mengajak mereka makan bersama setibanya mereka di sini.”Dibutuhkan waktu terbang beberapa jam untuk tiba di Cianter dari Mambera. Oleh karena itu, Odelina memutuskan untuk makan malam sedikit terlambat agar bisa menunggu sekaligus makan bersama Russel dan Daniel. “Russel bilang, kalau papanya datang menjemput, ya?” tanya Odelina. “Aku bertemu dengan Roni ketika mengantar Russel ke sekolah. Dia bilang kalau dia baru mengantar tamu di sekitar sekolah Russel, makanya dia datang untuk bertemu dengan Russel tepat ketika Russel sudah masuk kelas.”Namun, Olivia tidak terlalu percaya perkataan Roni, jadi dia pun berkata
Olivia berusaha mengganti topik pembicaraan dan tidak lagi ingin membicarakan keluarga Pamungkas. Odelina langsung kehilangan senyumannya lalu berkata, “Apa kamu pikir, kakakmu ini Dewi yang bisa terbang? Mana mungkin semuanya bisa stabil hanya dalam sekejap mata?”“Perusahaan kan baru berdiri dan masih membutuhkan banyak pegawai.”“Kakak sih sama sekali nggak khawatir dengan bisnis di sini. Singkatnya, perusahaan kakak ini kan masih termasuk dalam bagian dari Sanjaya Group. Selain itu, masih ada Stefan dan Daniel yang selalu membantu Kakak. Jadi, kakak merasa seperti seorang pekerja paruh waktu di sini, ujar Odelina yang sengaja membangun bisnisnya untuk bersaing dengan Gatara Group. Olivia langsung tertawa seraya berkata, “Kakak bukan pekerja paruh waktu. Kakak itu bosnya. Kak, perusahaanmu nantinya akan memberikan akomodasi dan makanan untuk para pegawai, kan? Di sana pastinya nanti akan ada kantin, kan? Pokoknya Kakak jangan sampai lupa untuk menghubungi perusahaanku kalau perusa
“Setidaknya, berikanlah dia waktu untuk berkencan.”Odelina tersenyum lalu berkata, “Kamu jangan terlalu memaksanya, sampai dia nggak punya waktu untuk berkencan.”“Nggak begitu, kok. Aku juga mengawasi berbagai macam masalah yang ada di perusahaan, sedangkan Amelia mengurus cabang-cabang kami yang baru saja.”“Lagi pula, perusahaan kami punya banyak pegawai. Dia hanya perlu membubuhkan tanda tangannya dan memberikan semua urusan perusahaan ke pihak manajemen. Semua itu nggak akan mempengaruhi waktu berkencannya.”Odelina kembali berkata, “Baguslah kalau begitu. Kalian diskusikan dulu semuanya matang-matang, baru kalian atur semuanya dengan baik. Olivia, Kakak masih ada kerjaan, jadi Kakak tutup ya teleponnya.”“Oke, Kak. Aku juga lagi menunggu Stefan keluar kantor karena kami mau pulang bersama.”Stefan biasanya tidak ada pertemuan apa pun di Jumat malam. Jadi, dia memiliki waktu untuk pulang bersama istrinya. Olivia dan Odelina mengakhiri panggilan telepon mereka. Kemudian Olivia men
Dania tidak menjawab melainkan melayangkan satu tamparan kuat. Jejak tangan perempuan itu langsung tercetak di wajah Fani. Bahkan sudut bibirnya tampak berdarah.Dania masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia mengayunkan tasnya dan terus memukuli Fani sambil memaki, "Rendahan! Perempuan murahan! Nggak tahu malu!" Fani sendiri tidak tinggal diam. Kakak ipar dan adik ipar itu pun bergumul, saling menyerang tanpa henti. Keributan mereka begitu besar, dan karena malam itu adalah Minggu malam, hampir semua tetangga sedang berada di rumah. Para tetangga keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, melihat dua wanita sedang berkelahi sengit, mereka ragu untuk melerai karena tidak tahu duduk perkaranya. Ketika Dania memukuli Fani, dia juga menarik dan merobek pakaian tidur seksi yang dikenakan perempuan itu, sambil memaki, "Perempuan murahan! Menggoda suamiku! Akan kuhancurkan kamu, perempuan nggak tahu malu!" Barulah para tetangga menyadari apa yang sedang terjadi. Rupanya, ini ad
“Buat perhitungan dengan kakakmu. Sifatnya nggak akan bisa berubah.”Dania berjalan sambil menjawab Felicia. Dia berjalan dengan penuh emosi, langkahnya sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah melewati ruang tamu dan keluar dari rumah utama. Tidak lama kemudian, Felicia mendengar suara mobil yang menyala dari luar. Kakak iparnya benar-benar pergi. Setelah mengantarkan makanan ke lantai atas untuk ibunya, perempuan itu mencari alasan untuk pergi dan buru-buru keluar rumah untuk mengejar kakak iparnya. Dia bukan khawatir kakak iparnya akan melakukan sesuatu dalam keadaan marah, tetapi takut kakaknya dan Fani akan bekerja sama dan membuat kakak iparnya dirugikan. Di tengah jalan, Felicia menerima telepon dari Vandi.“Bu, kamu ke mana?” tanya lelaki itu yang tahu jika Felicia keluar dan menanyakan tujuannya.“Kakak iparku pergi menangkap basah suaminya selingkuh. Aku takut dia akan disakiti, jadi aku mengikutinya untuk membantu.” Vandi terkekeh dan berkata, “Bukannya Bu Felicia mau meno
Semua ini bisa terjadi karena Patricia yang sangat menyayangi Fani. Bahkan Patricia memperlakukan Fani jauh lebih baik daripada Felicia pada awalnya. Mereka tahu kalau mereka harus menghormati dan membuat senang ibu mertua mereka ketika mereka menikah dengan putra Patricia. Ibu mertuanya sangat baik kepada Fani, jadi dia juga harus bersikap baik kepada gadis itu, sekalipun dia tidak menyukainya. “Cukup,” ujar Patricia menyela perkataan menantunya. “Aku nggak akan menyalahkanmu dalam masalah ini. Semua ini terjadi karena Mama sangat menyayangi Fani sebelumnya.”Di rumah ini, semua orang bertindak atas dasar kepala keluarga Gatara. Jadi, Patricia akan menjadi orang yang bersalah dalam setiap masalah yang terjadi di rumah ini. Kemudian Dania berbisik, “Mama sangat menyayangi Patricia sampai tidak sadar kalau perempuan itu adalah palsu. Aku juga punya seorang anak perempuan, jadi aku paham perasaan Mama.”“Apa kamu sudah mengantar semua anakmu kembali ke sekolah?” tanya Patricia. Patri
Felicia terlihat sangat penasaran. Hal ini membuat Dania juga semakin penasaran. Foto siapa itu?“Kakak, cepat masuk. Jangan sampai Mama menunggu terlalu lama,” desak Felicia sambil berbisik lalu bergegas pergi. Dania menarik napas dalam-dalam. Entah berkah atau hukuman yang akan didapatkannya kali ini, tapi sekarang dia tidak lagi bisa lari ke mana pun. Lagi pula, ibu mertuanya tidak akan mungkin menggigitnya. Dania berjalan masuk ke dalam ruangan dan menemukan ada banyak foto yang berserakan di atas lantai ruang kerja. Ibu mertuanya sedang duduk di kursi yang berada di balik meja sambil memakan permen manisan buah yang sepertinya dibelikan oleh Felicia. Patricia terus memakan permen itu tanpa memedulikan ekspresi menantunya. Kemudian dia berkata kepada Dania setelah selesai menyantap permennya, “Ambil semua foto yang ada di atas lantai.”“Baik, Ma,” ujar Dania langsung mematuhi perintah ibu mertuanya.Dia meletakkan tas tangannya di atas kursi lalu berlutut untuk mengambil foto-f
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma