Masih ada beberapa hari lagi sebelum masa cuti Stefan berakhir.“Ada apa, Kak?” tanya Olivia.“Hari ini aku dan Daniel sama-sama sibuk, nggak sempat pergi jemput Russel pulang sekolah. Kamu dan Stefan pergi jemput dia, lalu antar saja dia ke tempat papanya. Papanya bilang mau bertemu dengannya.”Roni bilang dia tidak akan pernah muncul di hadapan Odelina lagi, juga tidak akan mengganggu kehidupan Odelina lagi. Dia sungguh menepati janjinya.Jika keluarga Pamungkas ingin bertemu dengan Russel, maka Odelina akan mengantar Russel ke rumah yang dia tinggali bersama Roni dulu. Ibu Roni akan menunggu di bawah. Setelah menyerahkan Russel ke neneknya, Odelina langsung pergi. Saat Russel mau pulang, keluarga Pamungkas akan langsung mengantar Russel ke Resto Makan Sepuasnya.“Oke. Nanti aku dan Stefan akan jemput Russel. Russel makan di rumah papanya?”“Tanya Russel saja. Kalau dia mau makan di sana, biarkan saja. Besok Sabtu, dia libur. Dia boleh menginap di sana. Kalian nggak perlu tunggu dia.
“Beberapa saat yang lalu, Patricia sudah tinggalkan Kota Mambera.” Stefan mengemudikan mobilnya sambil berkata, “Tapi sepertinya salah satu pengawal yang dia bawa ke sini diganti dengan orang lain.”“Diganti dengan orang lain? Seingatku dia punya beberapa pengawal.”“Betul, dia bawa beberapa pengawal ke sini. Jumlah pengawal yang ikut dia pulang ke Kota Cianter tetap sama, tapi salah satu pengawalnya orang baru. Aku nggak tahu apakah karena dia pecat salah satu dari mereka, atau tinggalkan satu orang untuk bantu dia cari informasi di Kota Mambera.”Stefan akan mengatur orang untuk mengawasi Patricia, Patricia juga akan mengatur orang untuk mengawasi mereka.Olivia menatap wajah suaminya dari samping. Stefan juga meliriknya sebentar, lalu melihat ke depan lagi. Istrinya ada di dalam mobil, dia tidak berani tidak fokus ketika mengemudikan mobil.“Sayang, matamu tajam sekali.” Olivia memuji sang suami. “Kamu baru bertemu Patricia beberapa kali, tapi kamu ingat semua wajah pengawalnya.”Ol
Beberapa jam kemudian, Kota Cianter.Pesawat yang ditumpangi Patricia mendarat dengan selamat. Patricia segera mengeluarkan ponselnya dan mematikan mode pesawat. Setelah mematikan mode pesawat, dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal.“Benar-benar nggak menyangka suamimu sudah tua tapi masih hebat di ranjang. Kamu masih bisa memuaskan suamimu di ranjang?” Itu isi pesan yang diterima Patricia.Setelah membaca pesan tersebut, raut wajahnya seketika berubah drastis. Di usianya yang sekarang, dia sudah lama tidak tertarik dengan urusan ranjang. Selain itu, dia sangat sibuk. Setiap pulang ke rumah dia sudah lelah bukan main. Bagaimana dia masih bisa membahas urusan ranjang dengan suaminya?Patricia dan suaminya sudah lama tidak melakukannya. Namun Patricia tahu, hasrat suaminya tidak padam. Selain itu, suaminya masih cukup kuat. Pria tua itu pandai merawat diri. Meskipun uang jajannya sedikit, kalau suaminya ingin makan sesuatu, dia tinggal bilang ke orang dapur. Boleh dibilang, keingin
Patricia bergumam pelan. “Baguslah kalau begitu. Selama aku nggak ada di rumah, kalian dengarkan perintah Felicia. Siapa pun yang berani nggak menghormati Felicia, berarti dia nggak menghormati aku.”Wajah pengurus rumah tangga seketika menjadi tegang, lalu dia segera menjawab, “Baik, Bu.”“Oke, aku tutup dulu.”Setelah menutup telepon, Patricia sudah bisa turun dari pesawat. Dia tidak menelepon suaminya dulu. Dia juga tidak memberitahu siapa pun untuk menjemputnya di bandara. Dia kembali lebih awal hanya untuk melihat bagaimana kemampuan Felicia menyelesaikan masalah ketika Patricia tidak berada di rumah. Oleh karena itu, Patricia tidak menyuruh siapa pun untuk menjemputnya di bandara.Setelah turun dari pesawat, Patricia dan rombongan pengawalnya keluar dari bandara. Dia menghentikan dua taksi dan memberitahu alamat Gatara Group sebagai alamat tujuan. Patricia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ke perusahaan.Setelah taksi melaju lebih dari sepuluh menit, Patricia baru menelep
Di dua kalimat terakhir, Cakra sebenarnya sedang mengeluh. Patricia malah berkata dengan ketus, “Oke, oke. Kamu nggak bisa urus. Tunggu aku pulang, aku baru urus.”Usai berkata, Patricia menutup telepon. Setelah itu, dia segera mengirim pesan kepada asistennya untuk membantunya cari tahu sedang berada di mana Cakra. Dia menelepon ke rumah lebih dulu. Pengurus rumah tangga jelas-jelas mengatakan kalau Cakra tidak ada di rumah.Cakra jelas berbohong pada Patricia. Meskipun ponselnya tidak ada baterai, dia bisa mengisi daya di lantai bawah. Kenapa Cakra harus mengisi daya ponselnya di lantai atas?Beberapa menit kemudian, asisten Patricia membalas pesan Patricia. Saat ini, Cakra sedang berada di Blanche Hotel. Itu adalah hotel di bawah naungan Adhitama Group yang terletak di Kota Cianter. Hotel itu sering bersaing dengan Amber Palace Hotel yang berada di seberangnya. Keduanya termasuk hotel kelas atas di Kota Cianter.Saat ini seperti ada bola api besar di dalam hati Patricia. Raut wajahn
“Masih berapa banyak kerjaan penting yang harus kamu selesaikan? Kamu percaya nggak sama aku? Bagaimana kalau aku bantu kamu?” tanya Ricky.“Nggak usah. Patricia sudah sampai di Kota Cianter?” Rika balik bertanya.“Dia sedang dalam perjalanan kembali dari bandara dengan taksi. Mungkin 40 menit lagi baru sampai.”Ricky melihat jam tangannya sebentar, lalu berkata, “Kamu bisa kerja setengah jam lagi. Setelah itu kita pergi ke hotel. Waktunya pas banget.”Saat mereka tiba di hotel, kebetulan memang sudah jam makan. Patricia hanya akan mengira mereka kebetulan sedang makan di sana. Patricia tidak akan curiga kalau Ricky yang telah merencanakannya.“Mau lihat pertunjukan seru, nggak?” Ricky bertanya lagi pada Rika.Rika memelototinya dan berkata, “Kamu sudah bilang padaku. Bagaimana mungkin aku nggak pergi? Tentu saja aku harus lihat pertunjukan yang begitu seru.”Pada akhirnya, Rika memelototi Ricky lagi dan mengeluh, “Pada dasarnya aku bukan orang yang suka hal-hal seperti ini. Kamu yang
“Ricky, kalau kamu diam-diam fotoin aku lagi, aku akan banting ponselmu itu.”Tiba-tiba, Rika memberi peringatan kepada Ricky. Ricky langsung meletakkan ponsel yang tadinya diarahkan ke Rika untuk mengambil foto. Pria itu tersenyum dan berkata, “Rika, kamu nggak kerja dengan serius, ya. Kamu bahkan tahu aku diam-diam fotoin kamu. Atau kamu perhatikan aku, diam-diam lihat aku.”Rika berkata dengan dingin tanpa mendongakkan kepala, “Kamu setampan aku, nggak? Aku diam-diam lihat kamu yang lebih jelek dari aku, kan?”Ricky, “....”Ricky tergolong tampan di antara pria lainnya. Namun jika dibandingkan dengan Rika yang menyamar sebagai seorang pria, dia tidak sekeren Rika.“Kalau kamu ganti pakaian perempuan dan panjangkan rambutmu, itu baru namanya cantik menawan, sampai buat aku nggak bisa alihkan pandanganku darimu.”Rika tidak berkata apa-apa lagi. Setelah duduk selama dua menit dan mendapati Rika diam saja, Ricky berdiri dan berjalan mendekat, lalu duduk di depan meja kerja Rika.“Mau m
“Aku nggak apa-apa kalau kamu akan merasa senang dengan memukulku, sekalipun kepalaku berdarah karena ulahmu. Asalkan kamu mau bertanggung jawab untuk merawatku kalau sampai aku dirawat di rumah sakit.”“Dasar nggak tahu malu!” seru Rika kesal. Ricky langsung terkekeh lalu berkata, “Aku pikir, kamu mau bilang kalau kamu sangat mencintaiku tanpa ada batasnya.”“Kamu itu yang nggak tahu malu tanpa batas,” balas Rika lagi dan dibalas dengan senyuman oleh Ricky. “Kamu jangan duduk di depanku dan menggangguku bekerja. Lebih baik, kamu duduk jauh dariku,” ujar Rika tidak mengizinkan Ricky untuk duduk di dekatnya. Bagaimanapun juga, Ricky selalu saja memiliki topik pembicaraan yang akan mengalihkan perhatian Rika dari pekerjaannya. Selain itu, Ricky juga akan terus menatap tajam ke arah Rika sambil mengagumi kecantikan Rika, seakan Rika adalah harta karun langka dan satu-satunya di dunia ini. “Jangan mengeluarkan suara apa pun dan jangan mengganggu pekerjaanku.”“Tatapanmu itu juga bisa m