Pada saat ini, barisan mobil mewah perlahan mendekatinya. Salah satunya adalah sebuah mobil Rolls-Royce, yang merupakan mobil pribadi Stefan. Mobil mewah itu diparkir di pinggir jalan. Stefan menurunkan kaca jendela, dan ketika melihat pria yang memiliki bekas luka di wajahnya itu, dia memanggil, “Daniel, apa yang kamu lakukan di sini?”“Aku turun untuk membeli barang, tapi nggak nyangka, mobilku tergores.”“Kamu nggak tahu siapa yang menggores mobilmu?” Stefan refleks berkata, “Perlu bantuanku untuk menemukan orang yang menggores mobilmu itu, nggak?”“Nggak, aku sudah minta nomor teleponnya. Tunggu mobilku diperbaiki baru minta ganti rugi. Di Mambera, nggak ada yang bisa kabur dariku.”Daniel Lumanto kembali ke mobil, menyalakan mobil, dan berkata kepada Stefan, “Ayo pergi.”Mendengar perkataan pria itu, Stefan menaikkan jendela mobilnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Segera setelah itu, beberapa mobil mewah itu melaju pergi.Hari berlalu dengan cepat.Dalam sekejap mata, hari sud
Stefan tidak berbicara lagi. Orang yang menggores mobil milik Daniel adalah kakak iparnya yang belum pernah dia temui.“Pak Stefan, sudah malam, aku mau masuk ke kamar dulu untuk istirahat.”Meski dia sudah selesai menenangkan kakaknya, dalam hatinya masih belum yakin. Dalam hati Olivia juga ikut terpengaruh. Setelah dia mengatakan kalimat tersebut, perempuan itu masuk ke dalam kamar.Stefan seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi perempuan itu sudah terlanjur masuk ke dalam kamar. Sebenarnya bunga-bunga di balkon itu juga akan dirapikan oleh perempuan itu besok. Akan tetapi kenapa Stefan merasa ada sesuatu yang salah di dalam hatinya? Seperti dirinya berharap untuk mendapat pujian karena baru saja melakukan sesuatu yang baik.“Pak Stefan.”Pintu kamar kembali terbuka, Olivia berdiri di depan pintu kamarnya dan bertanya, “Kamu beli mesin cuci? Berapa harganya?”“Dua unit mesin cuci totalnya 14 juta.”Olivia membandingkan harga mesin di rumah kakaknya dan merasa mesin cuci yang dibeli o
“Masalah kecil saja, malas untuk lapor asuransi. Stefan, kenapa kamu tiba-tiba tanya hal ini?”Stefan terdiam sejenak dan berkata, “Perempuan yang menggores mobilmu siang tadi adalah kakak dari penolong nenekku. Mereka hanya hidup dua kakak beradik saja, kakaknya hanya ibu rumah tangga biasa dan nggak ada pemasukan. Setelah menggores mobilmu, dia khawatir nggak bisa menggantinya.”“Kebetulan sekali! Ternyata dia kakaknya penolong nenekmu. Gimana caranya kamu bisa tahu?” tanya Daniel.“Nenekku sangat menyukai penolongnya itu dan sering ke rumahnya untuk ngobrol. Melihat penolongnya tampak sedih, nenekku bertanya pada dia dan perempuan yang bernama Olivia Hermanus itu menceritakannya pada nenekku,” bohong Stefan.“Wah! Yang menggoreskan mobilku itu namanya Odelina Hermanus! Dari namanya saja ketahuan kalau mereka kakak beradik! Karena dia kakaknya penolong nenekmu, aku nggak akan mempersulit dia,”“Uang sekecil itu juga nggak perlu aku yang merepotkannya. Tapi karena aku korban, aku ngga
Olivia tidak bisa tidur dengan tenang sepanjang malam dan kerap bermimpi buruk. Keesokan harinya, perempuan itu terlihat tidak begitu sehat. Dia melakukan kegiatannya yaitu menjemur pakaian yang kemarin malam selesai dicuci di balkon.Perempuan itu baru menyadari bahwa di balkon sudah terpasang kawat besi panjang khusus untuk menjemur. Balkon yang begitu besar juga terdapat berbagai jenis tanaman. Rata-rata dari tanaman tersebut sudah bermekaran dengan indah. Fokus Olivia seketika langsung tertuju pada barisan pot bunga yang ada di sana.Setelah selesai menjemur semua pakaian, dia memasang rak bunga yang baru saja dibeli kemarin dan menata pot bunga tersebut ke atas rak. Setelah sibuk sesaat, Olivia merasakan ada yang tengah mengawasinya. Dengan cepat dia membalik tubuhnya dan bertemu dengan sepasang mata hitam dan tajam milik seseorang.Sudah menikah selama beberapa hari membuat Olivia mulai terbiasa dengan sikap Stefan yang dingin.“Pagi, Pak Stefan,” sapa Olivia.“Pak, bunga-bunga i
“Pak Stefan, ada apa?”Olivia yang berdiri di depan balkon menyahut panggilannya. Lelaki itu menggigiti gorengannya sambil melangkah ke balkon.“Kamu nggak perlu terlalu khawatir tentang masalah yang menimpa kakakmu. Mobil yang digores oleh kakakmu itu merupakan salah satu mobil milik klien penting perusahaanku. Kemarin malam aku kepikiran jadi langsung menghubungi Pak Daniel. Dia bilang biaya servis mobilnya tiga puluh jutaan,”Walaupun sekarang perempuan itu semangat menyusun bunga, Stefan tetap bisa menangkap bahwa semangat Olivia sedikit berkurang. Terlihat sekali kalau perempuan itu kurang tidur, alasannya tentu saja masalah kakaknya.Olivia mendongak menatap lelaki yang tengah menggigiti gorengannya. Dalam hatinya dia berkata bahwa ternyata Stefan bukan orang yang pemilih dan tidak ribet.“Gimana caranya kamu yakin kalau dia adalah mobil milik klien perusahaan kalian?” tanya Olivia.Kakaknya saja bahkan tidak tahu nama pemilik mobil tersebut, hanya tahu kalau pemiliknya memiliki
Akan tetapi adik iparnya yang membantunya mencari info. Bahkan kemungkinan lelaki itu juga sempat meminta bantuan pada Daniel untuk jangan menagihnya dengan harga yang mahal.Uang 18 juta sebenarnya masih cukup besar bagi Odelina. Anggap saja sebagai sebuah pelajaran baginya agar lebih berhati-hati ketika di jalan. Dia tidak akan sanggup menggores mobil mewah lagi.“Adik ipar sudah mau balik?”“Iya, besok balik."“Ok, lusa Kakak dan kakak iparmu pergi lebih cepat. Kamu masak sendiri? Kakak bantuin kamu.”Odelina yang sudah hidup berdua saja dengan Olive membuat perempuan itu bisa melakukan semuanya. Hanya saja sekarang ada seorang bayi yang memerlukannya dan juga sudah tidak memiliki pendapatan membuat dirinya ditekan oleh suaminya untuk tetap di rumah menjadi ibu rumah tangga. Mereka berdua berteleponan sesaat dan setelah itu mengakhirinya.“Pak Stefan, kamu setiap malam selalu lembur?”“Kenapa?”“Sebentar lagi akhir pekan, nenek dan papa mama kamu mau datang untuk makan. Rumah kita t
Kemarin malam Olivia sengaja menunggu Stefan pulang dan bilang dengan lelaki itu untuk pergi membeli sayur pada hari Sabtu pagi. Perempuan itu juga menelepon nenek, karena tahu keluarga mertuanya yang datang membutuhkan tempat sekitar dua hingga tiga meja. Adik-adik Stefan semuanya juga akan datang.Maksud dari sang nenek karena dia dan Stefan sudah menikah dan sudah menjadi menantu dari keluarga Adhitama. Olivia harus bertemu dengan para anggota keluarga Adhitama yang lain agar mereka saling mengenal ketika bertemu di tengah jalan.Sayur yang akan dibeli hari ini cukup banyak, Olivia khawatir dia tidak sanggup membawanya jika pergi seorang diri. Perempuan itu meminta Stefan mengendarai mobilnya agar tidak repot kalau barang bawaan mereka banyak.Pukul enam pagi, Stefan terbangun karena telepon dari Olivia. Kekesalan karena tidur nyenyaknya terganggu berusaha kuat ditahan oleh lelaki itu agar tidak mengeluarkan sumpah serapahnya pada Olivia.“Pak Stefan.”Suara Olivia terdengar cerah d
Mereka kembali setelah berkeliling dan berbelanja selama dua jam lamanya. Stefan yang sudah terbiasa bepergian dengan mobil mewah dan rutin berolahraga merasa sedikit kelelahan menemani Olivia berkeliling selama dua jam dan juga membawa belanjaan.Lelaki itu rela mengurusi setumpuk dokumen yang tidak ada habisnya serta rapat yang tidak berujung dibandingkan dengan menemani Olivia berbelanja.Setelah mobil selesai diparkir, tiba-tiba Olivia menerima telepon dari nenek Sarah sebelum dia sempat turun dari dalam mobil.“Olivia, kalian sudah di rumah? Kami sudah sampai di bawah.”Perempuan itu tertawa kecil dan berkata, “Nenek, kami baru balik dari supermarket. Nenek tunggu kami sebentar di bawah, kami segera ke sana.”“Kamu dan Stefan ke supermarket?”Sarah yang mendengar ucapan perempuan itu tampak bahagia. Dalam hatinya memikirkan cucu lelakinya yang dingin itu ternyata rela menurunkan ego nya untuk menemani Olivia berbelanja di supermarket.Ada baiknya juga meminta lelaki itu berpura-pu
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me