Setelah sunyi sejenak, Giselle berkata kepada kedua tantenya, “Tante Cahaya, Tante Intan, sekarang aku nggak tahu harus ke mana, aku numpang di sini dulu, ya. Sampai saudaraku pulang, baru aku minta mereka antar aku pulang untuk membunuh anjing-anjing yang dipelihara si buta itu. Kalau aku berhasil masuk, kalian juga pasti untung.”“Boleh juga. Kalau begitu kamu tunggu di sini dulu saja. Kalau sudah makan, tunggu mereka pulang kerja untuk menemani kamu pergi,” kata Cahaya. Mendengar Giselle bisa memberikan keuntungan bagi mereka, mereka tentu dengan ramah menyambut kedatangannya di sini.“Giselle, malam kamu mau makan apa? Bilang saja, nanti Tante belikan, tapi Tante masaknya nggak terlalu jago, lho. Nanti kamu jangan kecewa, ya,” ujar Cahaya.Keluarga Siahaan sekarang memang tidak begitu berada, tapi bukan berarti mereka miskin. Cahaya dan yang lainnya tidak pernah hidup susah sejak lahir. Ketika beranjak dewasa, suami yang mereka nikahi pun bisa dibilang cukup setara dengan keluarga
Jika Rosalina tidak berkenan untuk berbicara, biar saja Giselle yang memberitahunya.“Tante, hukuman papaku bisa dikurangi dan bisa keluar lebih awal setelah rehabilitasi, tapi mamaku … kemungkinan dia bebas lebih kecil.”Kata Intan, “Kelakuan mama kamu di sini lumayan baik. Waktu Jordan datang ngunjungin dia, dia nggak banyak ngomong. Malah dia kelihatannya seperti mau mati.”“Nggak mungkin. Kalau mamaku masih punya peluang untuk selamat, dia nggak mungkin mau mati. Dia masih sayang sama aku dan adiku, dia nggak mungkin sudi melihat Rosalina mengambil semua milik keluarga Siahaan.”Giselle mengerti sifat ibunya dan menganggap tidak mungkin ibunya rela mati begitu saja. Hanya saja dengan mendapat hukuman ini, kemungkinan dia bisa selamat sangat tipis.“Jordan bilang keadaan fisik mama kamu sudah memburuk banget. Dia jadi kelihatan jauh lebih kurus …. Keluarga kita yang awalnya baik-baik saja jadi rusak gara-gara Rosalina. Kenapa dia tega banget, sih? Papanya sudah meninggal lebih dari
“Asal aku ribut sama si buta itu, dia mana peduli siapa yang salah. Pokoknya dia bakal membela si buta itu dan selalu menyalahkan aku. Dia selalu bilang aku yang jahat, nggak punya sifat selayaknya seorang kakak dan melapor ke Papa.”“Jordan itu terlalu lugu. Cuma dia jarang di rumah, jadi dia nggak tahu kalau Rosalina sebenarnya nggak sebaik yang dia bayangkan. Giselle, Tante khawatir kamu nggak akan bisa menang lawan Rosalina. Sekarang dia dibantu sama keluarga Adhitama. Nanti kalau kamu sudah ambil balik HP dan kartu bank, kita pergi ke kampusnya Jordan,” kata Intan.“Jordan sudah dewasa. Kamu cuma bisa menang lawan Rosalina kalau bersatu sama Jordan. Gimanapun juga kalian itu saudara kandung, seharusnya kalian itu kompak,” tutur Cahaya menambahi.“Tapi Jordan sendiri juga harus mau, sesuai apa yang tadi Tante Cahaya bilang. Masalahnya aku nggak tahu apa yang Rosalina bilang ke Jordan sampai Jordan membela dia terus,” sahut Giselle. Dia sangat tidak suka melihat adiknya begitu dekat
Rosalina sangat menyukai Fenny dan keluarganya. Fenny sangat baik kepadanya, sementara ibu kandung Rosalina malah tidak pernah baik kepadanya sedikit pun. Bahkan kasih sayang Fenny kepadanya berkali-kali lipat jauh lebih besar daripada ibu kandung sendiri. Sewaktu Rosalina masih tidak bisa melihat, Fenny tak pernah sekali pun membencinya. Kedua tantenya Rosalina dulu pernah berkunjung ke kediaman keluarga Adhitama dan bilang kalau Rosalina tidak pantas bersama Calvin, serta beralasan Rosalina hanya ingin memanfaatkan Fenny untuk bersama dengan Calvin. Namun, di saat itu Fenny justru menentang keras mereka berdua. Rosalina yang juga mendengar Fenny membelanya merasa sungguh terharu dan mulai menganggap Fenny selayaknya ibu kandung sendiri, dan Fenny dengan senang hati mengemban peran itu.“Rosalina, penglihatan kamu sudah membaik, belum? Sudah bisa lihat yang jauh?” tanya Fenny.“Tante, suruh Rosalina masuk saja dulu, baru kita ngobrol lagi di dalam,” ujar Olvia, lalu dia berkata kepada
“Aku jalan kaki saja di belakang mereka. Kalau Olivia capek, aku bisa gotong dia pulang.”“... Kakak terlalu memanjakan istri, ya.”Perut Olivia masih belum terlihat membesar meski sedang hamil. Sekarang juga dia masih belum menunjukkan tanda-tanda mual sehingga tidak berpengaruh ke aktivitasnya sehari-hari. Hanya berjalan sedikit saja mana perlu Olivia digotong.Namun demikian, tetap saja Stefan berkata, “Aku cuma melakukan apa yang aku mau, yaitu kasih perhatian yang tulus ke istri. Aku nggak berniat untuk memanjakan siapa pun.”“Iya, iya … Kakak memang panutan yang baik. Aku masih harus banyak belajar dari Kakak. Jadi … mau naik mobil, nggak? Kalau nggak mau, aku duluan.”Melihat Stefan menolak tawarannya, Calvin pun sendirian mengemudikan mobilnya. Setelah mengejar mereka bertiga yang sudah berada di depan, Calvin memperlambat laju kendaraan dan menekan klakson. Spontan Fenny pun menoleh dan menegur anaknya, “Ngapain kamu klakson-klaskon, berisik. Jangan bikin kaget menantuku.”“Ma
Mendengar itu, Fenny juga turut menatap Rosalina dengan simpati. Dia ingin menggendong cucu, tetapi jika karena Rosalina masih muda dan belum ingin melahirkan, atau jika kondisi tidak memungkinkan, Fenny tidak keberatan menunggu beberapa tahun lagi. Yang penting asalkan mereka tetap mau punya anak ke depannya.Jika Rosalina memutuskan untuk tidak punya anak … Fenny sebagai yang lebih tua mungkin pada awalnya akan keberatan, tapi lama-kelamaan dia pasti bisa menerimanya. Bagaimanapun anak-anaknya sudah besar dan punya pemikiran mereka masing-masing dan hidup seperti apa yang ingin mereka jalani. Asalkan mereka bahagia, itu sudah cukup.“Capek, nggak? Mau duduk santai sebentar?” tanya Fenny ketika mereka tiba di sebuah gazebo.“Nggak,” jawab Rosalina.Karena baru datang, Rosalina ingin segera ke rumah untuk menyapa yang lain, rasanya kurang pantas saja jika dia malah bersantai-santai di sini.“Dokter bilang badanku sekarang susah untuk mengandung, butuh makan obat untuk pemulihan dulu, t
Rosalina menatap mertuanya yang langsung mengerti dengan maksud tatapan menantunya. Dia tertawa kecil dan berkata, “Nggak perlu melihat Mama seperti itu. Jangan bicarakan tubuhmu bisa dipulihkan. Meski kamu nggak bisa melahirkan, Mama juga nggak akan keberatan. Kalau keberatan, waktu Calvin mengejarmu, Mama sudah pasti akan menolak.”“Mama nggak akan membiarkan kalian sampai pada hari ini. Waktu baru tahu kamu, kamu masih nggak bisa melihat. Ditambah tantemu sudah membawamu berobat selama sepuluh tahun dan matamu tetap nggak bisa sembuh.”“Selama anakku suka, nggak peduli bagaimana wujudmu, kami akan menerimanya dan nggak akan keberatan. Meski kamu seorang lelaki, asalkan Calvin suka maka kami akan menerimanya.”Dengan penuh haru Rosalina berkata, “Ma, terima kasih. Sudah buat aku merasakan kehangatan keluarga dan kasih sayang seorang Ibu.”Mertuanya mencintainya bagaikan putri kandung.“Kalau aku nggak sayang sama menantuku, mau sayang siapa? Kamu nggak perlu merasa tertekan. Percaya
Calvin baru ada kesempatan untuk berduaan dengan tunangannya. Sebelah tangannya membawa hadiah dan satu tangannya menggandeng Rosalina. Setelah jauh, lelaki itu baru berani mengeluh.“Aku lihat kamu menikmatinya,” kata Rosalina sambil tersenyum.Dia mengeluarkan ponselnya dan melepaskan genggaman tangan Calvin sambil berkata, “Tadi ponselku berbunyi terus. Nggak tahu siapa yang mengirimkan aku banyak pesan. Aku menemani Mama bicara dan nggak lihat.”Begitu membuka pesan, dia melihat pengurus rumah yang mengirimkannya pesan. Isinya adalah foto dan video. Setelah melihat isi dari foto dan video tersebut, Rosalina berkata,“Aku tebak sepertinya Giselle akan mencariku dengan bantuan keluarga Ciugito dan keluarga Gunawan. Tapi nomor baru itu bukan milik kedua tanteku.”“Hasil penelusurannya menunjukkan kalau orang yang pakai nomor baru itu namanya Farhan. Aku pikir-pikir sepertinya nggak ada kenal orang dengan nama itu. Aku tanya Kak Doni dan bilang di Siahaan Group nggak ada orang bernama