“Kalau Bu Patricia nggak ada urusan lain, silakan pulang. Aku mau ke rumah sakit untuk lihat cucuku.”Yuna terlalu malas untuk bicara lebih banyak dengan Patricia. Dia pun mengusir secara “halus”. Dia bahkan sudah berdiri dan siap untuk mengantar tamu.Setelah diusir secara “halus” begitu, Patricia juga tidak akan tinggal lebih lama tidak peduli seberapa tebal mukanya. Awalnya, dia mengira Yuna akan menyambutnya dengan hangat ketika dia datang. Setelah memikirkan apa yang telah dia lakukan, meskipun Yuna tidak memiliki bukti, dia sudah menduga Yuna akan bersikap seperti itu. Sudah bagus Yuna tidak langsung mengusirnya. Patricia pun merasa lega setelah berpikir seperti itu.Namun, Patricia tidak sanggup berinteraksi dengan Yuna serta Odelina dan Olivia seperti keluarga lainnya. Yuna sudah meyakini kalau Patricia adalah pelakunya.Patricia berdiri dan berkata, “Beberapa hari lagi aku akan kembali ke Kota Cianter. Yuna, tunggu cucumu genap satu bulan, kamu telepon Tante. Aku akan ke sini
“Boleh juga,” kata Rudy.Rudy membawa barang-barang pemberian Patricia dan membuangnya sendiri ke tempat sampah besar di luar. Sedangkan Yuna pergi ke rumah baru Jonas di sebelah. Rumah itu juga akan menjadi rumah Amelia kelak.Begitu mendengar salah satu tukang berkata kalau Yuna datang, Jonas dan Amelia segera kembali meninggalkan halaman belakang dan kembali ke halaman depan. Mereka sedang melihat para tukang bekerja di halaman belakang.“Ma.”“Tante.”Amelia dan Jonas menyapa Yuna. Kemudian, Amelia berjalan ke samping ibunya, bergelayut manja di lengan ibunya. Amelia tersenyum hingga matanya berbentuk seperti bulan sabit, “Ma, akhirnya Mama mau datang ke sini.”Yuna menjentik dahi putrinya dengan lembut dan berkata, “Kamu senang, kan.”Keluarga Junaidi sudah membuat pernyataan, ditambah lagi dengan berbagai kejadian akibat campur tangan Bram. Akhirnya Yuna menyetujui hubungan Jonas dan Amelia. Mereka bisa menikah kapan pun mereka mau. Yuna tidak akan menghalangi mereka lagi.Jonas
“Ma, apa yang akan dia lakukan pada kita? Lebih baik kamu dan Papa jangan sering keluar rumah,” kata Amelia dengan khawatir.Tanpa menunggu ibunya berbicara, dia berkata lagi, “Tapi kita nggak takut sama dia di Mambera. Kalau dia berani berbuat macam-macam, aku nggak akan buat dia pergi dengan mudah.”Yuna berkata, “Tenang saja. Dia nggak akan melakukan apa pun secara terang-terangan. Tapi secara diam-diam, nggak mungkin kalau nggak melakukan sesuatu. Dulu usia Mama masih kecil, masih nggak tahu dengan sifat aslinya. Sekarang setelah bertemu dengannya, Mama tahu dia orang seperti apa.”“Kematian Nenek?” Amelia menatap ibunya.“Ibu percaya suatu hari nanti kebenarannya akan terungkap. Amelia, kamu jangan urus masalah ini. Kamu urus masalah kantor saja dan berkencan dengan Jonas. Setelah rumah Jonas selesai, kalian juga boleh mempertimbangkan menikah.”“Usia kalian sudah nggak kecil.”Yuna yang baru saja mendapatkan cucu tiba-tiba ingin menggendong cucu lagi. Dia meminta Amelia dan Jonas
Di salah satu rumah kontrakan, kedua tantenya Rosalina sedang duduk di sebuah kursi kayu yang sangat tua. Sementara itu, Giselle duduk sendiri di sebuah kursi lainnya. Di hadapan mereka terdapat meja kayu tua yang terdapat beberapa apel busuk.Bu Cahaya berkata pada keponakannya dengan nada tidak enak, “Giselle, sekarang kondisi Tante seperti ini. Kamu jangan keberatan. Sekarang Tante bekerja di sebuah hotel menjadi tukang bersih-bersih. Gajinya lebih tinggi menjadi tukang bersih-bersih di pabrik. Tapi sebulan hanya ada beberapa juta saja.”“Tante sangat senang kamu bisa keluar lebih awal. Tapi Tante nggak bisa bantu kamu dalam segi ekonomi. Semoga kamu bisa mengerti.”Bu Intan ikut berkata dengan wajah tidak enak, “Giselle, Tante selalu paling sayang sama kamu. Kamu juga tahu itu. tapi, kami dicelakai oleh kakakmu itu sampai kehilangan rumah dan harus tinggal di kontrakan. Kami yang sudah tua ini masih harus jadi tukang bersih-bersih untuk terus bertahan hidup. Kami nggak ada kemampua
Setelah mendengar ucapan tantenya, Giselle berpikir sejenak dan berkata, “Aku ada pulang, tapi nggak masuk. Pelayan di rumah sudah diganti oleh Rosalina.”“Nggak hanya mengganti semua orang, di rumah juga memelihara peliharaan besar di rumah. Aku awalnya mau memanjat pagar, tapi hampir digigit oleh peliharaan itu. Aku lari terbirit-birit karena ketakutan.”“Aku lihat dia sama seperti biasanya, di rumah dan bergerak bebas. Jadi aku nggak tahu dia benaran buta atau pura-pura. Aku mau minta dia membukakan pintu, tapi dia bilang nggak bisa karena nggak bisa lihat. Sepertinya masih belum sembuh.”“Tante Rida sudah bawa dia berobat ke semua dokter selama sepuluh tahun, tapi masih saja nggak sembuh. Memangnya Dokter Kellin itu bisa mengobatinya?” tanya Giselle lagi.“Murid dari dokter hebat itu hanya dibesar-besarkan oleh orang yang memujinya. Dokter hebat juga manusia, bukan dewa. Banyak dokter yang nggak bisa menyembuhkan matanya, jadi mungkin dia nggak akan pernah bisa melihat lagi.”“Mema
“Kalau kamu dan Rosalina saling berebutan, itu rebutan antar kakak dan adik. Itu urusan keluarga Siahaan. Kalau Olivia ikut campur, dia juga nggak akan ikut campur terlalu banyak.”“Memangnya harus biarkan Olivia hidup dengan bebas dan bahagia? Kebahagiaannya di dapatkan dari penderitaan kita!” kata Giselle.“Kita bisa apa? Dengan keadaan kita yang sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Coba kamu lihat, kamu bahkan nggak bisa masuk ke rumah. Coba katakan, apa yang bisa kita gunakan untuk melawat nyonya besar dari keluarga Adhitama?”Giselle terdiam seketika. Dia bilang dia menemukan bantuan, tetapi ucapan tantenya membuatnya tersadar. Dia teringat Nyonya Fikar pernah mencarinya mengingatkannya untuk tidak memberi tahu perihal kerja sama mereka.Giselle merasa tidak tahan. Sekarang dia masih belum mendapatkan kepercayaan perempuan itu. Nyonya Vikar berkata mau melihatnya kembali ke kediaman Siahaan dulu baru pastikan mau bekerja sama atau tidak.“Giselle, bukannya kami meremehkanmu, tapi
Setelah sunyi sejenak, Giselle berkata kepada kedua tantenya, “Tante Cahaya, Tante Intan, sekarang aku nggak tahu harus ke mana, aku numpang di sini dulu, ya. Sampai saudaraku pulang, baru aku minta mereka antar aku pulang untuk membunuh anjing-anjing yang dipelihara si buta itu. Kalau aku berhasil masuk, kalian juga pasti untung.”“Boleh juga. Kalau begitu kamu tunggu di sini dulu saja. Kalau sudah makan, tunggu mereka pulang kerja untuk menemani kamu pergi,” kata Cahaya. Mendengar Giselle bisa memberikan keuntungan bagi mereka, mereka tentu dengan ramah menyambut kedatangannya di sini.“Giselle, malam kamu mau makan apa? Bilang saja, nanti Tante belikan, tapi Tante masaknya nggak terlalu jago, lho. Nanti kamu jangan kecewa, ya,” ujar Cahaya.Keluarga Siahaan sekarang memang tidak begitu berada, tapi bukan berarti mereka miskin. Cahaya dan yang lainnya tidak pernah hidup susah sejak lahir. Ketika beranjak dewasa, suami yang mereka nikahi pun bisa dibilang cukup setara dengan keluarga
Jika Rosalina tidak berkenan untuk berbicara, biar saja Giselle yang memberitahunya.“Tante, hukuman papaku bisa dikurangi dan bisa keluar lebih awal setelah rehabilitasi, tapi mamaku … kemungkinan dia bebas lebih kecil.”Kata Intan, “Kelakuan mama kamu di sini lumayan baik. Waktu Jordan datang ngunjungin dia, dia nggak banyak ngomong. Malah dia kelihatannya seperti mau mati.”“Nggak mungkin. Kalau mamaku masih punya peluang untuk selamat, dia nggak mungkin mau mati. Dia masih sayang sama aku dan adiku, dia nggak mungkin sudi melihat Rosalina mengambil semua milik keluarga Siahaan.”Giselle mengerti sifat ibunya dan menganggap tidak mungkin ibunya rela mati begitu saja. Hanya saja dengan mendapat hukuman ini, kemungkinan dia bisa selamat sangat tipis.“Jordan bilang keadaan fisik mama kamu sudah memburuk banget. Dia jadi kelihatan jauh lebih kurus …. Keluarga kita yang awalnya baik-baik saja jadi rusak gara-gara Rosalina. Kenapa dia tega banget, sih? Papanya sudah meninggal lebih dari