Olivia tertegun dan berkata, “Seharusnya nggak? Sepertinya …. Mulan, aku sepertinya belum mestruasi bulan ini.”Apa jangan-jangan, dia benar-benar hamil?“Siklus menstruasiku nggak terlalu normal akhir-akhir ini, terkadang bisa telat bebeerapa hari, jadi aku nggak peduli. Tapi, biasanya setelah telat beberapa hari, aku akan menstruasi.”“Kamu pasti hamil.” Mulan tersenyum dan berkata, “Sebagian orang bisa langsung memiliki gejala awal kehamilan begitu hamil. Oliv, selamat!”Olivia pun tersenyum dan berkata, “Mulan, aku masih belum tahu apa aku benaran hamil atau salah makan. Jangan bilang selamat dulu, kalau nggak kegembiraannya akan sia-sia.”“Berdasarkan pengalaman dan intuisiku, kamu pasti hamil. Kellin adalah seorang dokter. Minta saja dia untuk memeriksa denyut nadimu dan kamu akan tahu.”Setelah mengatakan itu, Mulan langsung menarik Olivia keluar. Dia memerintahkan seorang pelayan untuk mencari Kellin, lalu mendudukkan Olivia di sofa. Semua orang menanyakan keadaan Olivia dengan
Olivia berkata, “Belum bisa dipastikan. Aku tadi menggendong Audrey dan mencium bau susu di badannya, lalu aku merasa mual dan muntah. Mulan dan yang lainnya bilang gejalaku ini kemungkinan adalah mual karena hamil. Ini lagi tunggu Dokter Dharma datang memeriksa denyut nadiku. Dokter Dharma belum datang, kamu dulu yang datang. Kamu jangan khawatir, aku nggak kenapa-napa.”Meski belum bisa dipastikan Olivia hamil atau bukan, Stefan sudah tidak bisa menahan senyumnya. Dia memegang tangan Olivia dan berkata sambil tersenyum, “Mereka semua berpengalaman. Kalau mereka bilang kamu hamil kalau, artinya kamu hamil.”“Di mana Dokter Dharma? Apa Dokter Dharma sudah datang?” Stefan bertanya sambil beranjak bangun. Dia rasanya ingin sekali menyeret Dokter Dharma kemari.Eh, tidak boleh diseret, harus minta tolong. Minta tolong dengan sopan, seperti meminta tolong pada dewa. Dokter Dharma tidak boleh dibuat tersinggung.Mulan tersenyum dan berkata, “Pak Stefan berlari terlalu cepat ke sini, jadi Ke
Stefan berkata dengan cemas, “Bu Mulan, tolong minta Bu Kellin untuk segera bantu memeriksa denyut nadinya Oliv. Aku sangat khawatir.”Mereka masih ingin bercanda, tapi mereka tidak tahu betapa cemasnya Stefan.Mulan tersenyum dan berkata kepada Kellin, “Kellin, tolong periksa denyut nadi Oliv untuk mengetahui apakah dia hamil. Dia baru saja muntah-muntah. Aku rasa dia mual karena hamil.”Olivia tersipu, karena sikap cemas suaminya yang membuatnya malu. Semua wanita di kamar anak ini adalah para nyonya dari keluarga kaya. Semua orang diam, sementara Kellin memeriksa denyut nadi Olivia.Stefan gugup. Olivia tersenyum, tapi juga merasa gugup dalam hati. Kalau tebakan mereka salah, dia akan sangat sedih.Setelah beberapa saat, Kellin tersenyum dan berkata kepada Olivia dan Stefan, “Dia hamil. Kalau kalian takut pemeriksaanku nggak akurat, kalian bisa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.”Mendengar perkataan Kellin, Olivia tersenyum dan mengangguk berulang kali, lalu berkata, “Terim
Semua orang di ruangan diam-diam pergi, memberikan privacy untuk Stefan dan Olivia.Stefan memeluk Olivia dengan erat dan berkata dengan lembut, “Aku juga sangat senang dan bersemangat.”“Stefan.”“Hm?”“Aku ….” Olivia mengangkat kepalanya dari dalam pelukan Stefan, sementara Stefan juga menunduk menatapnya. Melihat mata Olivia yang berkaca-kaca dan merah, Stefan mengecup mata istrinya itu dengan lembut dan menghibur dengan lembut, “Jangan menangis. Kalau melihatmu menangis, hatiku sakit. Kamu lagi hamil sekarang, jadi jangan sampai suasana hatimu bergejolak terlalu sering.”“Aku tahu, aku terlalu bersemangat. Selama satu tahun ini, aku merasa sangat tertekan. Terutama setelah Junia, yang menikah setelah kita dan langsung hamil. Aku jadi semakin cemas.”Stefan mengecup bibirnya, menciumnya dengan lembut, lalu berkata dengan lembut, “Oliv, nggak perlu mengatakannya lagi. Aku tahu semuanya. Maaf, semuanya karena aku, makanya kamu bisa merasa tertekan seperti itu.”Mereka baru enam bulan
Audrey disukai semua orang. Setelah Mulan menggendong Archie, Olivia baru menggendong Tiano. Kellin dan Jhon juga masuk bersama. Kellin mengambil putranya dari gendongan Olivia, berbalik badan dan memberikan anak itu kepada Jhon, sambil berkata, “Cepat bujuk anakmu ini. Suara tangisannya keras sekali, terus suka menangis lagi. Begitu dia menangis, atap rumah kita rasanya bisa bergetar.”Jhon menggendong putranya dan membujuknya. Anak itu lapar. Ayahnya tidak bisa membujuknya, sehingga dia akhirnya kembali ke pelukan ibunya.Kabar kehamilan Olivia tidak tersebar di luar sana, hanya keluarga Junaidi yang mengetahuinya. Stefan khawatir akan ada terlalu banyak orang di pesta dan akan menabrak tubuh Olivia. Jadi, dia memutuskan untuk segera membawa Olivia kembali ke Mambera.Olivia awalnya tidak ingin kembali ke Mambera terlalu cepat, tapi karena dia tidak bisa membujuk suaminya, dia pun terpaksa mengiyakan.Stefan meminta maaf dan berkata kepada Yose dan istri, “Yose, Oliv sedang hamil dan
Dewi berkata, “Kalau didengar dari perkataanmu, anakmu nggak ada kelebihannya sama sekali.”Stefan adalah cucu tertua dan dibesarkan oleh mertuanya. Saat itu, dia baru menjadi seorang ibu dan belum tahu bagaimana cara merawat bayi. Mertuanya bersedia mengambil alih dan membantunya merawat Stefan, yang membuatnya sangat senang dan santai. Suaminya juga baru saja mengambil alih kepemimpinan di Adhitama Group waktu itu, dan sangat sibuk. Jadi, dia juga kerap menemani suaminya bersosialisasi dengan klien.Mertuanya yang mengasuh anak sulung mereka itu dan menganggap anak sulung mereka sebagai penerus Keluarga Adhitama. Tentu saja, karena putra tertua mereka dibesarkan oleh mertuanya, jadi anak itu secara alami lebih dekat dekat dengan mertuanya, dan paling mendengarkan mereka.Belakangan, ayah mertua Dewi meninggal dunia, dan satu-satunya orang yang bisa mengatur putra sulungnya adalah ibu mertuanya. Dewi sebagai seorang ibu bahkan tidak bisa mengatur putra sulungnya itu.Untungnya, mertua
“Olivia hamil?” Baik Handi maupun istrinya bertanya dengan heran.Stefan mengangguk dan berkata, “Saat di Vila Ferda, Oliv muntah-muntah. Kami meminta Dokter Dharma memeriksa denyut nadinya. Kata Dokter Dharma, Oliv sedang hamil, jadi aku segera membawa Oliv pulang untuk beristirahat.”“Wah, bagus, bagus!” Dewi sangat senang, memeluk suaminya dan berkata sambil tersenyum, “Handi, aku akan menjadi seorang nenek.”Handi juga sangat senang. Sesaat kemudian, Dewi mendorong suaminya menjauh, juga mendorong Stefan yang hendak membantu Olivia keluar dari mobil ke samping. Dia membantu Olivia turun dari mobil dengan hati-hati.Olivia sangat malu dan berkata, “Ma, aku baik-baik saja. Aku nggak lelah, sama sekali nggak.”Dia hanya mengantuk di pesawat dan hanya ingin tidur, tapi Stefan bersikeras bilang kalau dia kelelahan, sampai menggendongnya turun dari pesawat. Sampai semua orang ketakutan dan mengira sesuatu telah terjadi padanya. Sekarang, ibu mertuanya juga sama saja dengan Stefan.“Kamu
Olivia hamil! Setelah mencerna maksud perkataan Stefan, Odelina berteriak kegirangan. Saat ini, dia sedang berada di ruang tengah rumah keluarga Sanjaya bersama putranya. Tante Yuna merindukan Russel.Setelah Russel pulang dari sekolah, dia menjemputnya dan datang ke keluarga Sanjaya. Dia berencana untuk makan malam di sini, kemudian menginap satu malam, dan kemudian mengantar Russel ke TK dari sini besok. Dia tidak menyangka akan menerima kabar baik dari adik iparnya.“Ada apa?”Odelina tiba-tiba berteriak, jadi Yuna dan suaminya, serta Tiara dan juga Russel langsung memandang ke arah Odelina.“Kabar baik, kabar baik.” Odelina tersenyum dan berkata, “Tante, Om, Kak, ada kabar baik yang ingin kuberitahukan pada kalian. Oliv hamil. Stefan baru saja menelepon untuk memberitahuku kabar baik itu.”Begitu dia selesai berbicara, ponsel Yuna berdering. Aksa yang menelepon. Yuna tersenyum dan bertanya pada Odelina sambil menjawab telepon dari anaknya, “Apa kamu yakin?”“Ma, kata Stefan, Dokter
Nando tidak tahu mengapa Odelina datang. Oleh karena itu, dia menjamu Odelina dengan hati-hati.“Ada sedikit urusan, jadi terlambat.” Felicia memberikan penjelasan dengan suara pelan.Kemudian, Felicia berjalan ke ruang VIP. Dia pun melihat Odelina dan rombongan pengawalnya duduk di sana, dengan secangkir teh di depan mereka. Namun, mereka tampaknya sama sekali tidak menyentuh cangkir teh tersebut.Begitu melihat Felicia datang, Odelina tersenyum dan berkata, “Kalau kamu sibuk, kamu nggak perlu datang ke sini. Kita bisa bicara lewat telepon.”Felicia juga tersenyum. “Manusia boleh berencana, Langit yang menentukan. Baru mau keluar, kakakku datang ke ruanganku. Ada dokumen yang perlu aku tandatangani. Habis itu, dia ngomong ini ngomong itu. Terus telepon mamaku sebentar. Makanya aku terlambat, buat kamu menunggu lama.”“Nggak apa-apa. Aku nggak menunggu lama.”Odelina berdiri. Setelah Felicia mendekat, mereka berdua duduk kembali. Nando juga menuangkan secangkir teh untuk Felicia. Felic
Orang yang berani menyerang Felicia hanyalah ketiga kakak dan juga ayahnya. Selain mereka, tidak akan ada yang berani sembarang menyerangnya.“Baik. Saya akan selesaikan pekerjaan saya lebih cepat. Nanti saya pergi jemput Bu Felicia.”Felicia tidak menolak. Setelah mengakhiri panggilan telepon, Felicia terdiam sejenak. Dia merasa dirinya semakin tergantung pada Vandi. Dia semakin tidak bisa meninggalkan pria itu. Selain itu, Vandi adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai.Felicia mengirim pesan kepada Odelina dan bertanya apakah Odelina sudah tiba. Dia juga memberitahu Odelina kalau dia akan segera tiba. Odelina segera membalas pesan. Odelina bilang dia sudah sampai di perusahaan Felicia. Seorang manajer yang menyambutnya. Felicia membalas dengan emotikon oke. Setelah menyimpan kembali ponselnya, Felicia menyalakan kembali mobilnya dan segera melaju pergi.Empat puluh menit kemudian, mobil Felicia tiba di perusahaannya sendiri. Perusahaannya berkembang dengan baik dan telah men
Sekalipun Felicia tidak ikut serta dalam persaingan keluarga Gatara, dia tetap terlibat dalam pertarungan dunia bisnis. Orang yang terjun ke dunia bisnis hanya sedikit yang benar-benar baik. Orang yang berbisnis pasti licik, yang tidak licik tidak bisa berbisnis.Setelah Felicia memulai bisnisnya sendiri, dia sudah bekerja keras sampai ke titik dia berada saat ini. Dia juga sudah melewati berbagai pertarungan. Banyak pabrik dan perusahaan kecil yang tidak dapat bersaing dengan perusahaannya. Pada akhirnya, mereka tidak mendapat pesanan dan bangkrut. Banyak perusahaan-perusahaan kecil ditutup. Di dunia ini, hanya mereka yang kuat yang akan bertahan hidup.“Saya akan cari tahu. Kalau Bu Yuna benar-benar temukan asisten itu, saya rasa dia akan segera datang ke sini,” kata Vandi.Jika kepala keluarga sebelumnya benar-benar dibunuh oleh Patricia, bagaimana mungkin Yuna tidak membalaskan dendam orang tuanya? Itu kejadian puluhan tahun yang lalu. Patricia mungkin tidak akan dijatuhi hukuman m
Setelah terdiam sejenak, Vandi berkata, “Ada penemuan baru di Kota Mambera. Sekarang saya belum tahu jelas. Coba lihat apakah Odelina akan ungkapkan sedikit informasi ke Bu Felicia.”“Nggak masalah dia ungkapkan atau nggak. Bagaimanapun juga, kami berdua saingan. Jujur saja, aku berani percaya dia, tapi dia nggak berani percaya padaku sepenuhnya. Jika dia berani percaya padaku sepenuhnya, dia nggak cocok untuk ambil alih keluarga Gatara.”Sebelum kebenaran tentang kematian kakak dan adik ibunya terungkap, Felicia tidak akan menyerahkan keluarga Gatara kepada siapa pun. Dia pernah bilang, jika benar ibunya yang membunuh kedua tantenya, dia akan kerja sama dengan Odelina dan mengembalikan semuanya kepada keturunan tantenya. Felicia akan pergi jauh dan tidak akan memberikan masalah atau ancaman apa pun terhadap Odelina.Kalau kedua tantenya meninggal murni karena kecelakaan, maka Odelina harus bersaing dengan Felicia untuk mendapatkan posisi sebagai kepala keluarga. Jika Odelina bisa mele
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a