Yanti menjawab, “Baguslah kalau dia sudah siuman, dengan begitu Russel masih punya Papa. Kasihan sekali kalau dia kehilangan ayahnya di usia yang begitu muda.”Daniel berkata, “Russel nggak dekat dengan ayahnya. Dulu Roni selalu meninggalkan anak itu pada Odelina dan Olivia. Dia lepas tangan, kalau lagi senang sekali-sekali mengajak anak itu bermain, bahkan sering membuat anak itu menangis.”“Orang tuanya juga begitu. Mereka hanya peduli pada Russel di luar saja, tapi nggak terlihat tulus. Anak-anak biasa dekat dengan orang yang menjaganya. Russel itu dekat sekali dengan tantenya, sudah seperti anak sendiri, tapi malah nggak dekat dengan Kakek, Nenek, sama Tante dari pihak ayah. Untung saja Odelina berhasil mendapatkan hak asuh Russel dulu. Sebaiknya memang Russel ikut dengannya.”Yanti bergumam mengerti.Daniel berkata lagi, “Sekarang orang-orang dari keluarga Pamungkas sedang mati-matian berusaha mendekatkan diri dengan Russel. Meski belum terlambat, tapi melihatnya membuat orang ing
Mengetahui kakaknya akan segera datang, Olivia bersikeras ingin menunggu di pintu masuk vila. Stefan tentu saja menemaninya di sana. Namun, Olivia terus-terusan menguap.Stefan berkata kepadanya, “Jarak dari kota jauh ke sini. Sudah kubilang, kamu tidur siang dulu. Nanti kalau sudah bangun, kemungkinan pas waktunya Kak Odelina sampai, tapi kamu nggak mau dengar. Sekarang jadinya menguap terus.”Olivia menguap lagi dan berkata, “Aku khawatir aku nggak mau bangun lagi kalau sudah berbaring. Di cuaca seperti ini, di posisi AC menyala, aku merasa kalau tidur jadi akan semakin malas. Semakin malas, jadi semakin nggak mau bangun.”Dia bisa tidur sepanjang sore kalau tidak dibangunkan.“Mungkin karena pergantian musim. Pergantian musim membuat orang malas.”Stefan memegang tangan Olivia, mengangkatnya ke atas, dan mencium punggung tangan istrinya itu. Lalu, dia menatap wanita itu dengan tatapan lembut dan penuh cinta, lalu bertanya, “Oliv, sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Hadiah apa
Odelina memarkir mobilnya di pintu masuk vila.“Russel, bangun. Kita sudah sampai di rumah Tante Oliv.” Odelina menoleh ke belakang dan memanggil putranya.Setelah masuk ke dalam mobil, si kecil langsung terlelap dan tidur sepanjang perjalanan. Russel tidur dengan sangat nyenyak. Panggilan ibunya tak mampu membangunkannya.Odelina pun akhirnya keluar dari mobil terlebih dahulu dan berkata, “Kak.”Olivia tersenyum dengan sangat lebar. Stefan juga datang menghampiri Odelina dan menyapanya.“Cuacanya sepanas ini. Kalian masih bisa berdiri di sini untuk menungguku? Panas sekali. Cepat masuk. Aku akan menyetir mobil masuk.”Stefan tersenyum dan berkata, “Waktu dengar Kakak mau datang, Oliv langsung mulai menghitung waktu. Dia merasa Kakak akan segera sampai, jadi dia mati-matian mau keluar untuk menunggu.”Odelina memarahi adiknya, “Kamu tunggu di luar tapi nggak bawa payung untuk melindungi diri dari sinar matahari.”“Nggak apa-apa. Kami hanya duduk-duduk sebentar di pos satpam. Ada AC. Ku
Odelina bergumam tanda mengiyakan. Dia pun menyetir langsung ke halaman depan bangunan utama.Tak lama kemudian, mereka pun sampai di bangunan utama. Begitu dia memarkir mobilnya, dia melihat Dewi keluar rumah untuk menyambutnya.Dewi menuruni tangga, berjalan menuju mobil Odelina dan bertanya, “Russel juga datang, ‘kan?”Odelina tersenyum dan berkata, “Tante, Tante terus meneleponku dan mendesakku untuk datang membawa Russel. Aku mana berani nggak membawanya datang ke sini? Dia di belakang, tapi dia lagi tidur.”“Nggak apa-apa tidur. Sekarang memang jam tidur siang. Aku juga baru bangun tidur siang.”Mendengar Russel ada di belakang, Dewi hendak membuka pintu jok belakang mobil. Namun, putranya sudah membukakan pintu. Melihat Stefan menggendong Russel dan berusaha keluar dari mobil, dia segera mengulurkan tangannya dan berkata, “Berikan Russel pada Mama. Sini, hati-hati, jangan sampai Russel terantuk.”Stefan berkata dengan suara pelan, “Mama nggak takut aku terantuk?”“Kamu mempunya
Setelah Russel datang, suasana di ruang tengah seketika menjadi lebih ramai. Olivia, tante kandungnya, bahkan tidak bisa dekat-dekat dengannya lagi. Olivia pun mengajak kakaknya keluar untuk melihat-lihat seluruh vila serta menikmati indahnya pemandangan di sana.Pemandangan di Vila Permai selalu berbeda sepanjang tahun. Terkadang dipenuhi warna yang begitu indah. Terkadang mereka bisa pergi ke kaki gunung untuk menikmati merahnya dedaunan. Ketika cuaca dingin, di gunung itu memang tidak turun salju, tapi hal itu tidak indahnya pemandangan di sana.“Bagaimana keadaan si Roni itu?” Olivia bertanya pada kakaknya.“Dia sudah memulih dengan baik. Aku pergi menemuinya hari ini. Kondisi mentalnya jauh lebih baik dibandingkan saat dia pertama kali siuman, tapi dia belum bisa bangun dari tempat tidur dan bergerak. Yenny ingin dia mati. Setiap tusukan pisau itu bisa membunuhnya. Dokter bilang, dia berumur panjang karena bisa bertahan dari semua tusukan itu.”Olivia terdiam sejenak, lalu berkata
“Baru saja bisa tenang untuk beberapa waktu, kemudian jadi tahu tentang latar belakang Tante. Setelah itu, Tante memulai penyelidikan yang panjang lagi. Oliv, menurutmu nasib kita ini buruk, nggak? Kenapa rasa sakit selalu mendatangi kita?”Olivia menghibur Yuna, “Tante, jangan ngomong seperti itu. Hidup manusia nggak mungkin mulus terus, pasti selalu ada cobaan dan masalah. Aku sudah bilang pada Stefan, memintanya untuk bantu menyelidiki hal ini. Semakin banyak yang membantu semakin mudah diselidiki. Mungkin kita bisa menemukan beberapa bukti nanti.”“Iya.” Yuna berkata dengan pesimis kepada keponakannya barusan karena dia kesal.“Odelina sudah sampai ke rumahmu, ‘kan?”“Baru sampai. Kak Odelina ada di sini. Tante mau ngomong sesuatu dengan Kakak?”Yuna berkata, “Berikan teleponnya pada kakakmu. Tante mau bicara sebentar dengannya.”Olivia pun memberikan telepon kepada kakaknya.“Tante.”Yuna menyahut, lalu berkata kepada Odelina, “Odelina, apa kamu bisa meluangkan waktu dekat-dekat i
Olivia memikirkannya dan merasa perkataan kakaknya masuk akal. Dia sangat sibuk sekarang, sibuk dengan bisnisnya sendiri, dan masih membantu Stefan mengurus aset pribadinya. Kemudian, dia juga sudah mulai mengambil alih beberapa urusan kecil dari ibu mertuanya, mulai belajar untuk menanganinya.Menjadi ibu rumah tangga yang baik butuh usaha yang keras. Masalahnya adalah, dia tumbuh dalam keluarga biasa dulu. Kalau keluarga Hermanus dan keluarga Adhitama memiliki latar belakang yang setara, dia tidak perlu bekerja terlalu keras seperti ini, dan tidak akan merasa terlalu tertekan. Olivia juga tidak menyangka kalau bibinya berencana mendorong kakaknya untuk menjadi kepala keluarga dari keluarga Gatara.Vila Permai lagi ramai, sementara di sisi lain, kediaman keluarga Arahan tidak bisa dibilang ramai. Namun, apabila dibandingkan dengan suasananya yang biasanya sepi, saat ini bisa dibilang ramai. Baik Rika dan adiknya pulang ke rumah pada akhir pekan atas permintaan orang tua mereka. Ronald
Ketika dia pulang ke rumah, kalau Ricky juga lagi ada di rumahnya, dia merasa seolah-olah orang tuanya sedang bekerja sama untuk menjual putri merka ini kepada Ricky.“Ayo.” Ricky mengulurkan tangan dan meraih salah satu tangan Rika, menariknya pergi.Rika refleks melepaskan tangannya dari tangan Ricky, tidak membiarkan pria itu menyentuhnya, dan memperingatkan dengan dingin, “Ricky, tolong jaga sikapmu. Jangan main pegang-pegang. Jangan kira aku nggak berani menyerangmu karena papa dan mamaku menyukaimu.”Ricky tersenyum dan menjelaskan, “Aku nggak ada maksud yang nggak baik. Aku hanya mau mengajakmu turun ke bawah.”“Aku punya kaki dan bisa berjalan sendiri. Kamu nggak perlu menarikku.” Rika mengembalikan buket bunga itu ke Ricky dan berkata dengan dingin, “Sudah kubilang, aku nggak suka bunga atau hal-hal lain yang biasa disukai perempuan.”Setelah mengatakan itu, dia berjalan melewati Ricky dan turun ke bawah.Ricky mengikutinya sambil memegang buket bunga, lalu berkata sambil berj
Nando tidak tahu mengapa Odelina datang. Oleh karena itu, dia menjamu Odelina dengan hati-hati.“Ada sedikit urusan, jadi terlambat.” Felicia memberikan penjelasan dengan suara pelan.Kemudian, Felicia berjalan ke ruang VIP. Dia pun melihat Odelina dan rombongan pengawalnya duduk di sana, dengan secangkir teh di depan mereka. Namun, mereka tampaknya sama sekali tidak menyentuh cangkir teh tersebut.Begitu melihat Felicia datang, Odelina tersenyum dan berkata, “Kalau kamu sibuk, kamu nggak perlu datang ke sini. Kita bisa bicara lewat telepon.”Felicia juga tersenyum. “Manusia boleh berencana, Langit yang menentukan. Baru mau keluar, kakakku datang ke ruanganku. Ada dokumen yang perlu aku tandatangani. Habis itu, dia ngomong ini ngomong itu. Terus telepon mamaku sebentar. Makanya aku terlambat, buat kamu menunggu lama.”“Nggak apa-apa. Aku nggak menunggu lama.”Odelina berdiri. Setelah Felicia mendekat, mereka berdua duduk kembali. Nando juga menuangkan secangkir teh untuk Felicia. Felic
Orang yang berani menyerang Felicia hanyalah ketiga kakak dan juga ayahnya. Selain mereka, tidak akan ada yang berani sembarang menyerangnya.“Baik. Saya akan selesaikan pekerjaan saya lebih cepat. Nanti saya pergi jemput Bu Felicia.”Felicia tidak menolak. Setelah mengakhiri panggilan telepon, Felicia terdiam sejenak. Dia merasa dirinya semakin tergantung pada Vandi. Dia semakin tidak bisa meninggalkan pria itu. Selain itu, Vandi adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai.Felicia mengirim pesan kepada Odelina dan bertanya apakah Odelina sudah tiba. Dia juga memberitahu Odelina kalau dia akan segera tiba. Odelina segera membalas pesan. Odelina bilang dia sudah sampai di perusahaan Felicia. Seorang manajer yang menyambutnya. Felicia membalas dengan emotikon oke. Setelah menyimpan kembali ponselnya, Felicia menyalakan kembali mobilnya dan segera melaju pergi.Empat puluh menit kemudian, mobil Felicia tiba di perusahaannya sendiri. Perusahaannya berkembang dengan baik dan telah men
Sekalipun Felicia tidak ikut serta dalam persaingan keluarga Gatara, dia tetap terlibat dalam pertarungan dunia bisnis. Orang yang terjun ke dunia bisnis hanya sedikit yang benar-benar baik. Orang yang berbisnis pasti licik, yang tidak licik tidak bisa berbisnis.Setelah Felicia memulai bisnisnya sendiri, dia sudah bekerja keras sampai ke titik dia berada saat ini. Dia juga sudah melewati berbagai pertarungan. Banyak pabrik dan perusahaan kecil yang tidak dapat bersaing dengan perusahaannya. Pada akhirnya, mereka tidak mendapat pesanan dan bangkrut. Banyak perusahaan-perusahaan kecil ditutup. Di dunia ini, hanya mereka yang kuat yang akan bertahan hidup.“Saya akan cari tahu. Kalau Bu Yuna benar-benar temukan asisten itu, saya rasa dia akan segera datang ke sini,” kata Vandi.Jika kepala keluarga sebelumnya benar-benar dibunuh oleh Patricia, bagaimana mungkin Yuna tidak membalaskan dendam orang tuanya? Itu kejadian puluhan tahun yang lalu. Patricia mungkin tidak akan dijatuhi hukuman m
Setelah terdiam sejenak, Vandi berkata, “Ada penemuan baru di Kota Mambera. Sekarang saya belum tahu jelas. Coba lihat apakah Odelina akan ungkapkan sedikit informasi ke Bu Felicia.”“Nggak masalah dia ungkapkan atau nggak. Bagaimanapun juga, kami berdua saingan. Jujur saja, aku berani percaya dia, tapi dia nggak berani percaya padaku sepenuhnya. Jika dia berani percaya padaku sepenuhnya, dia nggak cocok untuk ambil alih keluarga Gatara.”Sebelum kebenaran tentang kematian kakak dan adik ibunya terungkap, Felicia tidak akan menyerahkan keluarga Gatara kepada siapa pun. Dia pernah bilang, jika benar ibunya yang membunuh kedua tantenya, dia akan kerja sama dengan Odelina dan mengembalikan semuanya kepada keturunan tantenya. Felicia akan pergi jauh dan tidak akan memberikan masalah atau ancaman apa pun terhadap Odelina.Kalau kedua tantenya meninggal murni karena kecelakaan, maka Odelina harus bersaing dengan Felicia untuk mendapatkan posisi sebagai kepala keluarga. Jika Odelina bisa mele
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a