Mendengar perkataan ibunya, Daniel merasa ibunya seperti sedang menyalahkan Odelina.Dia mendengar Cherly menjawab ibunya, “Tante, cinta nggak bisa dipaksakan. Daniel nggak suka padaku. Kami nggak ditakdirkan untuk bersama. Tante sendiri juga bilang ini takdir. Kalaupun aku dan Daniel bersama, juga nggak bisa menjamin dia nggak akan mengalami kecelakaan.”Cherly berkata lagi, “Sekarang Daniel sudah menyerima kenyataan dan sudah mengambil hikmahnya. Tante nggak boleh mengatakan hal seperti itu di depannya. Dia akan mengira Tante menyalahkan Odelina. Dari awal hingga akhir, Odelina selalu berada di posisi yang nggak bisa memilih. Dia telah merawat Daniel untuk beberapa waktu, juga sering kali menyemangati Daniel, tapi dia tetap memperlakukan Daniel seperti itu.”Yanti menghela napas lagi dan berkata, “Iya, kita semua bisa melihat Odelina belum jatuh cinta pada Daniel. Bukannya dia nggak suka pada Daniel karena Daniel nggak bisa berjalan. Dia nggak pernah berpikir untuk menikah lagi. Pern
“Oke.” Yanti mengantar Cherly sendiri keluar rumah. Dia berdiri di depan pintu rumah dan mengamati Cherly pergi. Anak yang begitu baik, tapi tidak berjodoh dengan putranya. Takdir manusisa sungguh aneh.Odelina yang sekarang sudah jelas tidak bisa menyaingi Cherly, tapi anaknya justru tidak tertarik dengan Cherly, dan malah menyukai Odelina.Beberapa saat setelah itu, Yanti kembali masuk ke rumah. Dia melihat putranya tidak perlu ditopang pengawal, perlahan berdiri sendiri, melangkah pelan-pelan dan duduk di sofa. Yanti cukup senang karena putranya sudah bisa berdiri sendiri, bahkan melangkah.Pengawal itu mendorong kursi rodanya pergi, memarkirnya di samping, lalu keluar tanpa suara.“Daniel.” Yanti berjalan cepat menghampiri Daniel dan duduk di samping putranya itu. Dia mengamati kaki putranya dengan prihatin, melihat kedua kaki putranya gemetaran. Dia lagi-lagi merasa kasihan dan mengulurkan tangan untuk menyentuh betis putranya dengan lembut.Dia bertanya, “Masih sakit?”Daniel ber
Yanti menjawab, “Baguslah kalau dia sudah siuman, dengan begitu Russel masih punya Papa. Kasihan sekali kalau dia kehilangan ayahnya di usia yang begitu muda.”Daniel berkata, “Russel nggak dekat dengan ayahnya. Dulu Roni selalu meninggalkan anak itu pada Odelina dan Olivia. Dia lepas tangan, kalau lagi senang sekali-sekali mengajak anak itu bermain, bahkan sering membuat anak itu menangis.”“Orang tuanya juga begitu. Mereka hanya peduli pada Russel di luar saja, tapi nggak terlihat tulus. Anak-anak biasa dekat dengan orang yang menjaganya. Russel itu dekat sekali dengan tantenya, sudah seperti anak sendiri, tapi malah nggak dekat dengan Kakek, Nenek, sama Tante dari pihak ayah. Untung saja Odelina berhasil mendapatkan hak asuh Russel dulu. Sebaiknya memang Russel ikut dengannya.”Yanti bergumam mengerti.Daniel berkata lagi, “Sekarang orang-orang dari keluarga Pamungkas sedang mati-matian berusaha mendekatkan diri dengan Russel. Meski belum terlambat, tapi melihatnya membuat orang ing
Mengetahui kakaknya akan segera datang, Olivia bersikeras ingin menunggu di pintu masuk vila. Stefan tentu saja menemaninya di sana. Namun, Olivia terus-terusan menguap.Stefan berkata kepadanya, “Jarak dari kota jauh ke sini. Sudah kubilang, kamu tidur siang dulu. Nanti kalau sudah bangun, kemungkinan pas waktunya Kak Odelina sampai, tapi kamu nggak mau dengar. Sekarang jadinya menguap terus.”Olivia menguap lagi dan berkata, “Aku khawatir aku nggak mau bangun lagi kalau sudah berbaring. Di cuaca seperti ini, di posisi AC menyala, aku merasa kalau tidur jadi akan semakin malas. Semakin malas, jadi semakin nggak mau bangun.”Dia bisa tidur sepanjang sore kalau tidak dibangunkan.“Mungkin karena pergantian musim. Pergantian musim membuat orang malas.”Stefan memegang tangan Olivia, mengangkatnya ke atas, dan mencium punggung tangan istrinya itu. Lalu, dia menatap wanita itu dengan tatapan lembut dan penuh cinta, lalu bertanya, “Oliv, sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Hadiah apa
Odelina memarkir mobilnya di pintu masuk vila.“Russel, bangun. Kita sudah sampai di rumah Tante Oliv.” Odelina menoleh ke belakang dan memanggil putranya.Setelah masuk ke dalam mobil, si kecil langsung terlelap dan tidur sepanjang perjalanan. Russel tidur dengan sangat nyenyak. Panggilan ibunya tak mampu membangunkannya.Odelina pun akhirnya keluar dari mobil terlebih dahulu dan berkata, “Kak.”Olivia tersenyum dengan sangat lebar. Stefan juga datang menghampiri Odelina dan menyapanya.“Cuacanya sepanas ini. Kalian masih bisa berdiri di sini untuk menungguku? Panas sekali. Cepat masuk. Aku akan menyetir mobil masuk.”Stefan tersenyum dan berkata, “Waktu dengar Kakak mau datang, Oliv langsung mulai menghitung waktu. Dia merasa Kakak akan segera sampai, jadi dia mati-matian mau keluar untuk menunggu.”Odelina memarahi adiknya, “Kamu tunggu di luar tapi nggak bawa payung untuk melindungi diri dari sinar matahari.”“Nggak apa-apa. Kami hanya duduk-duduk sebentar di pos satpam. Ada AC. Ku
Odelina bergumam tanda mengiyakan. Dia pun menyetir langsung ke halaman depan bangunan utama.Tak lama kemudian, mereka pun sampai di bangunan utama. Begitu dia memarkir mobilnya, dia melihat Dewi keluar rumah untuk menyambutnya.Dewi menuruni tangga, berjalan menuju mobil Odelina dan bertanya, “Russel juga datang, ‘kan?”Odelina tersenyum dan berkata, “Tante, Tante terus meneleponku dan mendesakku untuk datang membawa Russel. Aku mana berani nggak membawanya datang ke sini? Dia di belakang, tapi dia lagi tidur.”“Nggak apa-apa tidur. Sekarang memang jam tidur siang. Aku juga baru bangun tidur siang.”Mendengar Russel ada di belakang, Dewi hendak membuka pintu jok belakang mobil. Namun, putranya sudah membukakan pintu. Melihat Stefan menggendong Russel dan berusaha keluar dari mobil, dia segera mengulurkan tangannya dan berkata, “Berikan Russel pada Mama. Sini, hati-hati, jangan sampai Russel terantuk.”Stefan berkata dengan suara pelan, “Mama nggak takut aku terantuk?”“Kamu mempunya
Setelah Russel datang, suasana di ruang tengah seketika menjadi lebih ramai. Olivia, tante kandungnya, bahkan tidak bisa dekat-dekat dengannya lagi. Olivia pun mengajak kakaknya keluar untuk melihat-lihat seluruh vila serta menikmati indahnya pemandangan di sana.Pemandangan di Vila Permai selalu berbeda sepanjang tahun. Terkadang dipenuhi warna yang begitu indah. Terkadang mereka bisa pergi ke kaki gunung untuk menikmati merahnya dedaunan. Ketika cuaca dingin, di gunung itu memang tidak turun salju, tapi hal itu tidak indahnya pemandangan di sana.“Bagaimana keadaan si Roni itu?” Olivia bertanya pada kakaknya.“Dia sudah memulih dengan baik. Aku pergi menemuinya hari ini. Kondisi mentalnya jauh lebih baik dibandingkan saat dia pertama kali siuman, tapi dia belum bisa bangun dari tempat tidur dan bergerak. Yenny ingin dia mati. Setiap tusukan pisau itu bisa membunuhnya. Dokter bilang, dia berumur panjang karena bisa bertahan dari semua tusukan itu.”Olivia terdiam sejenak, lalu berkata
“Baru saja bisa tenang untuk beberapa waktu, kemudian jadi tahu tentang latar belakang Tante. Setelah itu, Tante memulai penyelidikan yang panjang lagi. Oliv, menurutmu nasib kita ini buruk, nggak? Kenapa rasa sakit selalu mendatangi kita?”Olivia menghibur Yuna, “Tante, jangan ngomong seperti itu. Hidup manusia nggak mungkin mulus terus, pasti selalu ada cobaan dan masalah. Aku sudah bilang pada Stefan, memintanya untuk bantu menyelidiki hal ini. Semakin banyak yang membantu semakin mudah diselidiki. Mungkin kita bisa menemukan beberapa bukti nanti.”“Iya.” Yuna berkata dengan pesimis kepada keponakannya barusan karena dia kesal.“Odelina sudah sampai ke rumahmu, ‘kan?”“Baru sampai. Kak Odelina ada di sini. Tante mau ngomong sesuatu dengan Kakak?”Yuna berkata, “Berikan teleponnya pada kakakmu. Tante mau bicara sebentar dengannya.”Olivia pun memberikan telepon kepada kakaknya.“Tante.”Yuna menyahut, lalu berkata kepada Odelina, “Odelina, apa kamu bisa meluangkan waktu dekat-dekat i
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela