Rika mencoba menahan emosinya dan dengan dingin berkata, “Terima kasih atas niat baiknya Pak Ricky. Aku nggak suka apa pun. Kalau pun ada, aku juga bisa membelinya sendiri tanpa perlu diberikan olehmu.”“Itu kamu yang beli, sedangkan yang aku berikan itu sebagai bentuk niat tulusku. Pak Riko terima saja bunga pemberianku, jangan mengabaikan niatku begitu saja. Baru pertama kalinya aku memberikan bunga pada orang lain.”Raut wajah Rika kembali menggelap. Dia berkata, “Pak Ricky juga membuatku pertama kalinya menerima bunga dari seorang lelaki.”“Memangnya apa salahnya jika lelaki kasih lelaki? Lelaki juga manusia dan suka bunga.”Rika merasa dia tidak bisa melanjutkan percakapan ini dengan Ricky lagi. Lelaki di depannya ini sangat tidak tahu malu.“Pak Ricky, aku sangat sibuk, kamu pulang saja.” Ekspresi Rika berubah menjadi sangat dingin sekali.“Aku di sini nggak akan mengganggu Pak Riko kerja. Aku sangat tenang dan dijamin nggak akan buat keributan. Setelah Pak Riko pulang kerja, aku
Sekretarisnya mengantarkan Ricky keluar dengan sikap sopan. Ricky menggenggam bunga sambil tersenyum pada Rika dan mengikuti langkah sekretaris perempuan itu untuk keluar dari ruangan.Rika mendengar lelaki itu bertanya pada sekretarisnya, “Bunga ini cantik? Kenapa bos kamu nggak terima bunga pemberianku?”Rika membanting pintu ruangannya dengan kuat. Ketika dia baru duduk di kursinya, ponselnya berdering. Ternyata adiknya yang menghubunginya.“Kak, hari ini aku nggak rapat di kantor, tapi ternyata aku melewatkan sesuatu yang menyenangkan!”Ronald yang memang cepat mendapatkan informasi tahu bahwa Ricky memberikan bunga pada kakaknya dan dilihat oleh semua petinggi perusahaan.Ekspresi Rika kembali menggelap dan dengan dingin dia berkata, “Ronald, lidahmu akan kupotong kalau kamu bicara lagi!”“Iya, aku nggak ketawa lagi. Kakak juga jangan marah. Semua karena pesonanya Kakak yang membuat semua orang terpikat. Teman-temanku juga bilang kalau mereka nggak berani melihat Kakak lama-lama,
Tidak hanya Ronald yang mendapatkan informasi dari informan, Reiki juga sudah mengetahuinya. Sepanjang perjalanan tadi bibirnya melengkung ke atas. Dengan senyuman lebar, dia mengetuk pintu ruang kerja Stefan.“Stefan, aku kasih tahu kamu sebuah berita lucu yang membuatku tertawa sampai mau mati.”Stefan mendongak dan melirik lelaki itu sesaat kemudian menunduk lagi untuk membaca dokumennya sambil bertanya, “Berita apa yang bisa membuatmu merasa lucu sampai mau mati? Kamu harus jaga diri karena masih ada bayi di perut istrimu.”“Sial! Kamu sedang menyumpahiku?! Aku akan umur panjang dan sampai kakek nenek dengan Junia dan berusia seratus tahun! Eh, aku harus seratus tahun lebih karena aku lebih tua beberapa tahun dari Junia.”“Kamu benar-benar tamak. Aku merasa sudah cukup hidup sampai 90 tahun. Jarang sekali ada yang hidup sampai ratusan tahun.”Reiki duduk di kursi depan meja kerja lelaki itu dan berkata sambil terkekeh, “Aku baru terima satu berita. Coba kamu tebak berita tentang ap
“Bahkan keluarganya saja juga pasti mengira dia lelaki.”Seluruh keluarga jauh keluarga Arahan ingin mengenalkan perempuan pada Rika.“Semua orang sudah terbiasa memandang Riko itu sebagai seorang lelaki. Aku tiba-tiba juga lupa,” ujar Reiki. Dia tidak mau mengakui kalau kecerdasannya sudah berkurang.“Ricky tetap mengejar istrinya meski harus mendapat predikat pecinta sesama jenis. Aku kagum sama dia.“Yang penting dia tahu kalau dia nggak seperti itu. Apa yang dia lakukan merupakan cara paling cepat dan nggak perlu menghabiskan waktu serta tenaga untuk membongkar penyamaran Rika,” ujar Stefan.“Rika sendiri juga tahu kalau dia itu perempuan atau lelaki. Meski sejak kecil sudah menyamar menjadi lelaki dan sudah berjalan selama 20 tahun, dia nggak pernah melakukan operasi plastik atau perubahan jenis kelamin. Penyamaran seumur hidup juga nggak akan bisa menutupi kenyataan bahwa dia seorang perempuan.”“Sikap Ricky akan membuat dia nggak tahan dan kembali menjadi perempuan. Kalau dia bi
Sesaat kemudian, Reiki berkata, “Aku ingin sekali ke Cianter dan menyaksikan langsung.”“Kamu di Mambera saja sudah bisa tahu informasinya. Dia baru satu jam yang lalu kasih bunga ke Rika, tapi kamu sudah tahu dengan jelas dan lengkap. Untuk apa ke Cianter lagi?”Reiki terkekeh dan berkata, “Tapi kalau menonton langsung lebih seru.”“Masih ada 20 menit lagi baru pulang kerja,” ujar Stefan secara tiba-tiba.“Lalu kenapa? Setelah pulang kerja aku masih harus menemani istriku makan. Aku harus membagikannya pada istriku! Dia paling suka mendengar gosip. Stefan, aku nggak takut kamu menertawaiku, tapi aku selalu curiga Junia menikah denganku demi mengetahui gosip-gosip terkini.”“Kamu cukup tahu diri juga,” balas Stefan.“Enak aja! Junia pasti mencintaiku karena kecerdasanku dan kebaikanku. Bukan karena dia mau tahu tentang gosip! Tapi memang lebih seru berbagi gosip dengan pasangan sendiri. Aku izin lebih cepat 20 menit untuk pulang kerja, mau menemani istriku makan. Jalanan sekarang lebih
Saat ini sudah waktunya pulang kerja. Ada begitu banyak orang yang keluar masuk perusahaan. Begitu Rika melihat lautan bunga yang disiapkan Ricky, dia benar-benar merasa tidak bisa menghindar lagi.Rika benar-benar tidak menyangka dalam waktu semalam, Ricky akan melancarkan serangan padanya seperti kerasukan hantu.Ricky ingin mengejarnya? Sekarang Rika berpenampilan sebagai pria. Ricky mengejarnya secara terbuka seperti ini, bukankah sama saja dengan memberitahu seluruh dunia kalau Ricky seorang gay?“Pak Riko, Pak Ricky mendatangkan banyak orang. Takutnya nggak enak hancurkan bunganya dengan begitu saja,” kata si sekretaris yang merasa serba salah.Apalagi Ricky bukanlah orang biasa. Ricky adalah putra ketiga keluarga Adhitama, sekaligus penanggung jawab Blanche Hotel. Meskipun Kota Cianter bukan wilayah kekuasaan keluarga Adhitama, mereka masih memiliki pengaruh di kota ini.“Banyak orang yang lewat sedang mengambil foto.”Raut wajah Rika menjadi muram, dia pun berkata dengan dingin
Sesaat kemudian, ketua tim satpam Aurora Group keluar bersama sekelompok satpam untuk menghancurkan bunga. Tentu saja, orang-orang suruhan Ricky segera menghentikan mereka.Suasana seketika menjadi ribut. Namun, Ricky tidak tergesa-gesa. Dia masih sempat memotret hasil “kerja kerasnya” dengan kamera ponselnya. Setelah mengambil beberapa foto, dia tidak sengaja melihat Ronald di tengah kerumunan. Dia pun berjalan ke arah Ronald.Sementara itu, Ronald berjongkok dan mengambil sekuntum bunga dari lautan bunga di depannya. Pada saat Ricky mendekat, dia langsung menyerahkan bunga itu kepada Ricky. Seulas senyum tipis merekah di wajahnya. “Kalau Pak Ricky suka pria, kenapa nggak kejar aku saja? Aku rasa aku lebih cocok untuk Pak Ricky. Kakakku nggak cocok untuk Pak Ricky. Kakakku seorang pria normal, dia nggak akan suka sama Pak Ricky,” kata Ricky.Ricky mengapit bunga itu dengan kedua jarinya. Kemudian, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mencium bunga itu. “Baunya segar,” katanya.Seg
Rika, “....”Seandainya Rika tahu Ricky begitu sulit untuk dihadapi dan akan membuat keributan sebesar ini, dia pasti menerima buket bunga yang pria itu berikan padanya, lalu membuangnya ke tempat sampah setelah Ricky pergi. Mungkin saja tidak akan terjadi keributan besar seperti ini.“Pak Riko sudah pulang kerja, kan?”Ricky mendongak dan menatap matahari di langit yang tinggi. Sinar matahari yang menyilaukan membuatnya tidak bisa membuka matanya. Dia pun segera menundukkan kepalanya dan berkata pada Rika, “Pak Riko, aku traktir kamu makan. Mau, nggak?”“Maaf, siang ini aku sudah ada janji, nggak ada waktu.” Rika langsung menolak.Ricky tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa. Hari ini Pak Riko nggak ada waktu, di hari lain pasti ada waktu luang. Aku akan datang ke sini setiap hari untuk traktir kamu makan, buat lautan bunga di depan perusahaanmu ini, sampai kamu setuju untuk makan bareng aku.”Rika benar-benar dibuat emosi oleh pria di depannya ini. Untung saja didikan keluarganya sang
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk