Ekspresi Rika menggelap dan dengan tidak berdaya berkala, “Ma, aku hanya bisa istirahat di akhir pekan. Aku mau tidur hingga bangun dengan sendirinya. Lagian aku hanya istirahat satu hari saja. Kalau keluar main, akan lebih lelah dibandingkan bekerja.”“Apalagi Pak Ricky juga sibuk. Bagaimana mungkin bisa merepotkan dia lagi?”Ayahnya buru-buru menambahkan, “Nggak boleh biarkan Ricky yang bawa Riko jalan. Seharusnya Riko yang bawa Ricky jalan-jalan. Riko jauh lebih tahu Cianter dibandingkan Ricky, kan?”Ekspresi Riko mengeras seketika. Ricky tertawa dan berkata, “Kalau aku ada perlu sesuatu, aku akan merepotkan Pak Riko untuk menjadi pemandu wisata.”“Ricky kamu bilang saja pada Riko kalau ingin bermain. Dia orangnya memang dingin dan cuek, tetapi bagaimanapun dia asli orang Cianter. Riko tahu yang mana tempat-tempat bagus dan makanan yang enak.”“Tante, kalau Tante sudah bilang begitu, aku nggak akan sungkan lagi,” ujar Ricky.“Nggak perlu sungkan, Tante paling senang dengan kamu,” uj
“Ternyata begitu.”Ibunya Rika tersenyum sembari berkata, “Ricky, kamu juga nggak boleh menyalahkan kedua orang tua kamu yang bersikap begitu. Tante juga sering kejar Riko dan adiknya, tapi mereka nggak mau dengar. Percuma juga Tante kejarin terus, paling Tante ngomel saja. Mungkin karena kami suka ngomel, Riko jadi jarang pulang.”“Kalau Ronald nggak perlu diomelin. Dia ada banyak teman perempuan, tapi nggak ada kekasih yang benar. Yang namanya anak semuanya merupakan tanggung jawab besar kami.”“Ma, bukannya bilang tunggu aku pulang buat sarapan? Aku nggak makan apa-apa dan langsung pulang,” kata Rika memotong ucapan ibunya.“Iya, ayo sarapan dulu. Kalian berdua bukannya mau naik kuda? Ricky, di sekitar peternakan keluarga Arahan ada sebuah tempat pemandian air panas. Setelah main kuda kalian bakalan keringatan sekali, boleh sekalian mandi air hangat setelah itu.”Rika terdiam mendengar ucapan ibunya. Kenapa tidak sekalian bilang pada Ricky kalau dia seorang perempuan?Ricky terkekeh
Rika kembali bertanya, “Kalian hanya boleh mengejar cinta dari calon istri yang sudah dipilih oleh nenek kalian saja, kan? Nggak ada yang boleh ganti pasangan?”“Iya, hanya boleh mengejar orang yang menjadi pilihan nenekku,” jawab Ricky.Keramahan kedua orang tua Rika mendadak berkurang drastis. Ketika Rika bertanya pada Ricky, dia sengaja melirik reaksi kedua orang tuanya. Melihat sikap orang tuanya yang mendadak dingin, membuat Rika menghentikan aksinya dan tidak bertanya lagi.Dengan tidak rela ibunya Rika bertanya, “Ricky, kamu dan saudara kamu semuanya orang penting dan merupakan orang unggulan. Kenapa urusan pernikahan harus diserahkan pada nenekmu?”“Anak muda sekarang memiliki kebebasan mengejar cinta mereka dan pernikahan mereka sendiri. Sudah nggak seperti zaman dulu yang mendengar perintah orang tuanya. Sebagai orang tua juga nggak boleh memaksakan kehendak mereka pada anak-anak, hanya perlu memberikan sedikit saran saja,” ujar ayahnya Rika.“Orang tua kalian nggak bersuara,
Rosalina jauh membuat orang lain iri dibandingkan Olivia karena perempuan itu tidak bisa melihat. Ditambah Calvin merupakan anak pertama dari putra kedua keluarga Adhitama. Pemuda itu sangat unggul di berbagai bidang. Ada banyak sekali ibu-ibu yang tertarik pada lelaki itu untuk dijadikan calon menantu. Akan tetapi Calvin justru jatuh hati pada Rosalina yang tidak bisa melihat.Kedua orang tuanya merasa cepat atau lambat Ricky akan menjadi menantu keluarga lain. Sikapnya tidak berubah, tetapi pada faktanya keramahannya sedikit berkurang. Ricky merasakan hal itu, tetapi dia tidak mengambil hati.Biarkan mereka kecewa sehingga bisa merasakan adanya harapan dan mendapatkan kejutan. Ricky yakin kalau keluarga Arahan tidak akan menyangka kalau calon istri pilihan neneknya adalah Rika.“Ricky, siapa gadis pilihan nenekmu untuk kamu? Kamu bilang kamu kabur ke sini untuk menghindari perjodohannya. Apakah kamu nggak suka dengan pilihan nenekmu?” tanya ibunya Rika ingin tahu.Kalau begitu, setel
Ricky terkekeh dan berkata, “Aku juga belum bantu mencarikan jodoh untuk Pak Riko, nggak perlu berterima kasih.”Pemuda itu menatap Rika dan berkata dengan nada jenaka, “Pak Riko harus semangat, kalau menikah nanti harus mengundangku!”Rika meliriknya dan berkata, “Kalau ada hari itu, aku pasti akan mengundangmu.” Dia sudah berencana untuk tidak menikah selamanya.Setelah selesai sarapan, ibunya meminta para pelayan membereskan bekal untuk dibawa oleh Rika dan Ricky. Meski harapan untuk menjadikan Ricky sebagai menantu mereka sangat kecil, ibunya Rika tetap meminta putrinya untuk berkuda bersama dengan lelaki itu. Lebih baik berolahraga dibandingkan mengurung diri di rumah.Rika berkata dengan nada pasrah, “Ma, aku nggak pernah seharian berdiam di rumah. Aku libur hanya satu hari selama seminggu.”Terkadang di hari libur dia juga harus menghadiri acara atau makan bersama. Bahkan waktu istirahat saja tidak ada. Tidak mudah menjadi seorang penerus. Sesungguhnya ayahnya yang masih berpera
“Kak, semakin kamu menghindari Ricky, semakin mudah terbongkar.”Kalimat tersebut diucapkan oleh Ronald dengan sangat kecil sekali. Dia tahu apa yang dihindari oleh kakaknya dari Ricky, dia pasti khawatir kalau lelaki itu tahu bahwa dia adalah seorang perempuan.“Kira-kira siapa pilihan istri yang diberikan untuk Ricky.”Mereka sudah menanyakan pertanyaan tersebut, tetapi Ricky tetap tidak menjawab siapa calon istri pilihan neneknya untuk dia.Ronald tertawa dan dengan raut tidak tertarik berkata, “Terserah siapa orangnya, yang penting nggak ada hubungannya dengan kita. Dia orang Mambera, Neneknya pasti pilih gadis dari Mambera. Meski bukan orang kaya, aku yakin pasti tetap berasal dari Kota Mambera.”“Istri dari cucu pertama dan calon istri cucu kedua semuanya dari Mambera,” ujar Ronald sambil menatap kakaknya penuh arti. Rika mengerti dengan tatapan tersebut yang mengatakan bahwa calon Ricky sudah pasti bukan dia dan tidak perlu curiga.Rika biasanya tidak akan menghindar dan curiga
Ricky menaiki punggung sebuah kuda besar dan tinggi. Ketika kedua kakak adik tersebut menghampirinya, Ricky tersenyum dan berkata, “Ayo, kita balap kuda.”“Kita datang ke sini memang untuk balap kuda,” ujar Ronald.“Pak Riko, kita semua mendengar bahwa kalian berdua sangat unggul di berbagai hal. Hari ini aku mau memintamu untuk mengajariku berkuda. Selain itu tolong Pak Ronald mengalah padaku, aku sudah sangat lama nggak pernah berkuda dan takut kalah dengan kalian.”“Pak Ricky adalah tamu kehormatan kami, tentu saja aku akan mengalah satu menit,” ujar Ronald.Ricky menatap Rika dan dibalas oleh perempuan itu, “Aku juga sudah lama nggak pernah berkuda. Kalau mengalah, kamu pasti akan menang. Kita berlomba dengan adil saja.”“Ok.”Ronald menaiki kudanya dan diam di tempat, sedangkan Ricky dan Rika sudah menunggangi kuda mereka berlari mengelilingi lapangan. Melihat itu Ronald hanya terdiam saja. Kenapa dia harus menjawab begitu cepat? Sekarang kedua orang itu sudah berada cukup jauh da
Ronald langsung menepuk pundak Ricky sambil berkata, “Pak, jangan sampai kakakku dengar kalimat itu. Kalau nggak, dia akan marah besar padamu! Biasanya dia nggak cerewet dan hanya mengomeli aku yang jadi adiknya saja.”“Kakakku nggak terlihat seperti perempuan sama sekali,” lanjut Ronald lagi.Ricky terkekeh dan berkata, “Kakakmu hanya perhatian denganmu.”Rika memang tidak terlihat seperti perempuan. Jika terlihat sedikit saja sikap seperti perempuan, Ricky sudah pasti akan langsung bergerak. Sekarang dia ingin bergerak, tetapi ketika menatap Rika, hati Ronald tidak bisa ikut tergerak. Dia merasa dirinya tengah mengejar seorang lelaki. Perempuan itu menoleh dan mata mereka berdua bertemu.Ricky tersenyum dan membuat kedua bola mata Rika menggelap seketika kemudian membuang pandangannya. Ronald menyadari jika Ricky terus menatap kakaknya sehingga dia menyenggol lelaki itu sembari berkata dengan nada jenaka,“Pak Ricky, jangan-jangan kamu seperti para perempuan itu yang menyukai kakakku
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk
“Russel sepertinya mulai libur minggu depan. Setelah dia libur, aku akan membawanya ke sana lagi. Nanti, saat kamu libur Tahun Baru, kita akan pulang bersama ke Mambera untuk merayakan Tahun Baru,” kata Odelina.“Kalau aku ke sana, kita lihat-lihat rumah, ya? Kamu mau mengembangkan bisnismu di Cianter, jadi kita beli rumah saja di sana. Dengan begitu, kalau kita ke sana, kita nggak perlu tinggal di hotel lagi,” kata Daniel. Odelina menjawab, “Nggak perlu buru-buru beli rumah. Tunggu aku stabil dulu, baru kita pikirkan. Sekarang aku juga nggak punya banyak uang. Kalau hanya untuk membeli apartemen, mungkin masih bisa.” Namun, Daniel sepertinya tidak suka tinggal di apartemen. Russel masih kecil. Jika tinggal di apartemen, dia akan berlari-lari ke sana kemari, dan bisa membuat penghuni atas atau bawah mengeluh. Saat Odelina masih belum bercerai, dia sering mendapat keluhan dari penghuni bawah. Setiap kali ada keluhan, Roni akan memarahinya dan menyuruhnya menjaga Russel agar tidak mem
Kadang-kadang, ketika terlalu banyak berpikir, Daniel khawatir akan timbul perasaan kesal dalam dirinya. Dia menenangkan diri dan mencoba berpikir positif. Lelaki itu tahu bahwa Odelina bahkan meninggalkan putra kecilnya di rumah adiknya untuk diasuh dan jarang sekali memiliki waktu untuk menelepon, apalagi untuk dirinya. “Aku biasanya tidur siang hanya setengah jam, dan itu sudah cukup. Aku sudah tidur setengah jam tadi. Kupikir sekarang kamu juga sudah bangun, jadi aku meneleponmu sebelum kamu mulai bekerja,” kata Daniel. “Iya, setelah minum kopi, aku akan mulai bekerja. Ada apa?” tanya Odelina dengan lembut. “Kamu kangen aku?” Dengan penuh perasaan, Daniel menjawab, “Aku kangen kamu. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, aku merindukanmu. Aku merindukanmu sampai terasa seperti mau gila.” Di telepon, terdengar tawa Odelina. Mendengar tawanya, Daniel merasa energinya untuk bekerja sore itu akan meningkat secara drastis. “Kamu baru saja pulang, 'kan?” tanya Odelina sambil terseny
Anak perempuan harus memakai marga Gatara, yang berarti Daniel harus menjadi menantu yang masuk ke keluarganya.Jika anak yang dilahirkan adalah laki-laki, dia bisa memakai marga Lumanto, tetapi jika perempuan, tidak bisa. Odelina tidak tahu apakah Daniel akan setuju atau tidak. Jadi, semua itu adalah urusan masa depan. Yang perlu dia pikirkan sekarang adalah bagaimana mengelola perusahaannya dengan baik, memperbesar skala bisnis, dan berinvestasi di industri lain agar menghasilkan lebih banyak uang serta mendapatkan posisi di dunia bisnis Cianter. Odelina tidak bisa terus-menerus bergantung pada Rika. Hanya dengan menjadi kuat, seseorang baru benar-benar kuat. Setelah itu, kedua saudara perempuan itu tidak saling mengirim pesan lagi. Olivia pun bersandar pada suaminya dan tertidur sebentar. Sementara itu, Odelina meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur sebelum berbaring kembali. Di kantornya, dia telah membuat ruangan kecil untuk beristirahat, dengan menambahkan sebuah r
Olivia mengecilkan volume ponselnya ke level paling rendah sebelum mengirim pesan kepada kakaknya. Dia memberi tahu bahwa mereka telah menemukan Setya. Atau lebih tepatnya, lelaki renta itu yang datang untuk menemui mereka. Setelah mengirim pesan, dia menambahkan bahwa Nenek sedang beristirahat di dalam mobil. Jadi mereka hanya bisa berbicara lewat pesan teks, jangan menelepon agar tidak mengganggu Nenek. Setelah menerima pesan itu, Odelina langsung membalas dengan bertanya kepada adiknya, di mana Setya bersembunyi selama ini. Apakah sudah dipastikan bahwa dia adalah asisten Nenek? Apa mungkin dia hanya seorang penipu? Olivia menjelaskan bahwa Setya telah diselamatkan oleh Dokter Panca dan yang temannya. Selama bertahun-tahun, lelaki itu hidup bersama mereka dengan identitas tersembunyi. Kesehatannya juga sedikit bermasalah. Selama ini, dia juga mencari ibu dan bibi mereka. Baru-baru ini, Setya memastikan identitas bibi mereka, dan karena itu, dia datang untuk bertemu. Meskipun bib