Reena menatap suaminya dengan tatapan tajam. Dia tersenyum dan berkata, "Ternyata kamu sadar juga, ya. Kita berdua ini nggak ada apa-apanya dibanding Mama. Tak perlu kita yang bilang, Mama pasti akan mengompori Ricky, kok."Setelah berhenti sejenak, Reena melanjutkan, "Kita ini kurang berbakti ya, Pak. Ricky anak kita, tapi kita malah suruh Mama yang pusing memikirkan urusan hidupnya.Eh, belakangan ini Mama suka apa, atau pengin apa? Kita belikan buat dia."Malvin menjawab, "Apa yang kurang dari Mama? Beliau itu lebih kaya dari kita, yang paling dia butuhkan sekarang ini adalah menantu perempuan dan cicit."Saat membicarakan soal anak, Reena berbisik, "Kenapa Oliv belum ada tanda-tanda, ya?"Malvin segera menepuk-nepuk punggung istrinya sambil berbisik, "Jangan keras-keras, nanti Oliv dengar dan jadi sedih. Dia yang paling tertekan soal ini. Urusan punya anak itu ‘kan masalah takdir, kalau belum waktunya, ya mau gimana lagi.""Terakhir kali Mama memanggil seorang master untuk melihat n
Nenek Sarah berjalan sambil tertawa bersama Russel. “Russel, Nenek sudah lama banget nggak liat kamu, kangen banget deh sama Russel,” ujarnya.Russel juga sangat senang bertemu Nenek Sarah. Meski Nenek Sarah bukan nenek kandungnya, tapi ibunya bilang bahwa Nenek Sarah adalah nenek dari sepupunya yang belum lahir, jadi bisa dibilang Nenek Sarah adalah nenek Russel juga.“Nenek, aku juga kangen banget sama Nenek, kangen berat!” kata Russel dengan manisnya.Russel sangat pandai berbicara. Terlebih kepada orang yang dia suka. Russel bisa sekali membuat orang dewasa di sekitarnya senang mendengar ocehannya. Akan tetapi, jika dihadapan orang yang tak terlalu dikenalnya, seperti Ricky, Russel akan jadi lebih blak-blakan.“Nenek denger kamu mau datang, jadi Nenek sudah suruh om di dapur bikin banyak makanan enak buat kamu. Nanti Russel makan yang banyak, ya. Biar cepet gede dan bisa sekolah,” ujar Nenek Sarah sambil menggendong Russel. Mereka berjalan cepat. Nenek Sarah sama sekali tidak ter
Padahal Russel adalah anak laki-laki. Jika saja dia adalah anak perempuan, mungkin para orang tua di sana bukan hanya mengajaknya berbicara, tapi malah berebut menggendong dia. Bagi keluarga Adhitama yang tak pernah memiliki keturunan perempuan selama beberapa generasi, mereka benar-benar menginginkan keturunan perempuan.Stefan dan Olivia yang diabaikan dan duduk di pojokan malah merasa lega. Mereka malah bisa bermesraan di pojokan. Tak lama kemudian, yang lainnya pun berbondong-bondong datang. Orang yang duduk di pojokan pun, semakin lama semakin banyak. Mereka semua saling melihat satu sama lain. Ekspresinya semuanya sama. Olivia tertawa terbahak melihat ekspresi para anak muda keluarga Adhitama. Saat itu, pengurus rumah datang dan duduk di sebelah Nenek Sarah. Dia mengingatkan Nenek Sarah sembari tertawa, “Bu, Den Calvin datang sama Non Rosa.”“Rosa datang, ayo kita ke rumah Calvin.”Di keluarga Adhitama, rumah utama menjadi yang utama. Yang tinggal di rumah utama adalah nyon
Calvin tak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan Rosa. Setelah pembantu membantu membongkar hadiah dari mobil, mereka berdua perlahan menuju rumah Calvin. Pembantu-pembantu mengikuti di belakang, membawa hadiah-hadiah itu.Mengingat kebiasaan Rosa berjalan dengan menghitung langkah, Calvin sengaja melambatkan jalannya agar Rosa bisa mengikuti. Saat melewati rumah utama, Calvin menjelaskan, "Sekarang kita ada di depan pintu rumah utama. Ada beberapa anak tangga di sini. Ini adalah Villa Permai, tempat Nenek dan keluarga besar Pamanku tinggal."Rosa mengangguk, menyimpan kalimat Calvin dalam ingatannya. "Kita mau masuk? Mampir ke Nenek Sarah dulu?" tanya Rosalina.Calvin sangat menghormati Stefan. Dia mengira mereka akan masuk ke rumah utama.Calvin menjawab, "Kita mampir nanti. Sekarang, ke rumah kita dulu. Nenek dan yang lainnya lagi nggak ada di sini, mereka nunggu di sana." Mereka harus ke rumah Calvin sebelum berkunjung ke tempat lain. Rosa berpikir sejenak lalu berkata
Calvin menggandeng Rosa menuju pintu depan rumahnya, lalu berhenti sejenak untuk memberitahukan berapa anak tangga yang ada di depan mereka. Dengan hati-hati, Calvin membantu Rosa menaiki tangga tersebut. Calvin berjalan perlahan, khawatir Rosa akan terjatuh.Rosa mendengar suasana rumah yang ramai, tanda banyak orang di dalam. Calvin memberitahunya bahwa keluarga dan saudara-saudaranya sedang menunggu di dalam, termasuk Haris dan istrinya. Rosa juga mendengar suara Russel."Rosa," ujar Olivia, sebagai menantu tertua di keluarga, ia berdiri menyambut mereka."Oliv," Rosa berhenti dan membalas sapaan Olivia. Wajah cantiknya masih merona, bukan karena malu, tapi mungkin karena cuaca."Baru sampai, ya? Capek, nggak?" Olivia bertanya dengan penuh perhatian.Rosa tersenyum dan menggeleng, "Nggak, kok. Memang baru sampai aja. Penglihatanku kurang, jadi nggak bisa jalan cepat, maaf membuat semua orang menunggu.""Nggak apa-apa, kami juga baru datang," Olivia menjawab sambil melirik tangan
Semua orang di keluarga Adhitama tahu bahwa Rosa tidak dapat melihat, dan dia mengenali orang-orang melalui suara dan ingatannya. Ketika Calvin memperkenalkan Rosa kepada keluarga, semua orang bersikap tenang dan hanya berbicara ketika perlu. Hal itu dilakukan agar Rosa bisa mengingat dan mengenali suara mereka satu per satu. Rosa sekali lagi terharu oleh kelembutan dan perhatian keluarga Adhitama.Calvin benar-benar tidak pernah menipunya. Keluarga Calvin semuanya sangat baik. Baik para orang tua maupun para generasi mudanya, tidak ada yang meremehkan atau merasa Rosalina tidak layak untuk Calvin. Rosa menyadari bahwa dirinya telah terlalu rendah diri selama ini, enggan menerima cinta Calvin.Kalau bukan karena Rida yang mengunjungi Vila Ferda di kota Aldimo dan mengetahui upaya Calvin mencari pengobatan untuknya, mungkin Rosa masih belum bisa mengumpulkan keberanian untuk melangkah lebih jauh dengan Calvin. Nenek Sarah, sebagai tetua keluarga Adhitama, sangat lembut dan tidak me
Odelina berpikir toh naik turun ke lantai atas dengan lift, tidak masalah jika pengawal tidak mengikuti. Dia tetap bisa mendorong Daniel ke lantai atas.Sekarang Daniel masih belum bisa berjalan. Odelina hanya mendorongnya keluar untuk menghirup udara segar di luar dan bersantai sejenak. Daripada pria itu berbaring di tempat tidur setiap hari dan menjadi sangat pemarah.Daniel telah dirawat di rumah sakit selama hampir sebulan. Untuk saat ini dia masih belum bisa berdiri, temperamennya menjadi semakin buruk, menjadi semakin mudah tersinggung. Dia selalu merasa kalau dia tidak akan pernah pulih lagi. Dia bahkan ingin mengusir Odelina pergi, tidak ingin Odelina menjaganya lagi.Daniel bahkan mengatakan kalau dia bersedia memberi Odelina uang sebanyak 1,2 miliar per bulan, asalkan Odelina tidak muncul lagi di hadapannya.Sebenarnya Daniel tidak tega melihat Odelina kelelahan. Odelina baru merawatnya selama sebulan, tapi perempuan itu sudah kehilangan banyak berat badannya. Daniel sendiri
Yanti takut suami dan putranya akan bertengkar. Oleh karena itu, dia segera mendorong Daniel ke kanan. Di sebelah kanan ada jalan khusus untuk pasien yang menggunakan kursi roda.Odelina dan Yanti mendorong Daniel ke bawah bersama-sama. Begitu mereka sampai di lantai pertama, Odelina melihat seorang staf medis mendorong seorang pasien ke dalam lift.Odelina juga melihat seorang kenalan, yaitu suami mantan kakak iparnya, Chris. Pria itu juga melihat Odelina. Dia pun spontan menghentikan langkah kakinya.“Odelina.”Chris memanggil Odelina. Pada awalnya Odelina ingin lewat begitu saja, anggap seolah-olah mereka tidak saling kenal. Akan tetapi, Chris telah memanggilnya lebih dulu. Mau tidak mau, Odelina pun berhenti. Yanti juga memperhatikan Chris, lalu bertanya pada Odelina, “Siapa dia?”“Kakak ipar mantan suamiku,” jawab Odelina.Yanti hanya berkata oh, lalu dia berinisiatif mendorong putranya ke depan dan berkata kepada Odelina, “Kami tunggu kamu di luar.”Chris sepertinya ingin mengata