Setelah mengirim pesan itu, Calvin segera menyalakan mobilnya dan berangkat. Dia tidak peduli lagi betapa ramainya obrolan di grup. Calvin segera meluncur membawa kekasih barunya membeli hadiah.Sementara itu, grup keluarga riuh. Reena tiba-tiba men-tag nama anak sulungnya, Ricky."Ricky, kamu gimana progres sama calon menantu Mama? Kapan kamu bawa Rika makan di rumah?" tanya Reena kepada Ricky.Ricky langsung 'menghilang' dari obrolan.Karena tidak mendapat jawaban dari anaknya, Reena menggerutu pada suaminya, "Lihat deh anakmu itu. Aku kasih foto ke dia dan Calvin, Calvin aja malam ini udah bawa Rosa makan bersama dan ketemu orangtua. Anakmu ini kapan sih mau bawain aku menantu?"Malvin menimpali, "Wah, nggak bisa buru-buru begitu, lah. Kalau dia sendiri belum siap, kita panik juga nggak guna. Kita ‘kan nggak mungkin ke Cianter buat ngejar istrinya dia.""Tapi ini penting, Pak! Nanti Calvin sudah jadi bapak, anak kita masih di situ-situ saja. Mereka ‘kan seumuran. Kalau dia Sandy, s
Reena menatap suaminya dengan tatapan tajam. Dia tersenyum dan berkata, "Ternyata kamu sadar juga, ya. Kita berdua ini nggak ada apa-apanya dibanding Mama. Tak perlu kita yang bilang, Mama pasti akan mengompori Ricky, kok."Setelah berhenti sejenak, Reena melanjutkan, "Kita ini kurang berbakti ya, Pak. Ricky anak kita, tapi kita malah suruh Mama yang pusing memikirkan urusan hidupnya.Eh, belakangan ini Mama suka apa, atau pengin apa? Kita belikan buat dia."Malvin menjawab, "Apa yang kurang dari Mama? Beliau itu lebih kaya dari kita, yang paling dia butuhkan sekarang ini adalah menantu perempuan dan cicit."Saat membicarakan soal anak, Reena berbisik, "Kenapa Oliv belum ada tanda-tanda, ya?"Malvin segera menepuk-nepuk punggung istrinya sambil berbisik, "Jangan keras-keras, nanti Oliv dengar dan jadi sedih. Dia yang paling tertekan soal ini. Urusan punya anak itu ‘kan masalah takdir, kalau belum waktunya, ya mau gimana lagi.""Terakhir kali Mama memanggil seorang master untuk melihat n
Nenek Sarah berjalan sambil tertawa bersama Russel. “Russel, Nenek sudah lama banget nggak liat kamu, kangen banget deh sama Russel,” ujarnya.Russel juga sangat senang bertemu Nenek Sarah. Meski Nenek Sarah bukan nenek kandungnya, tapi ibunya bilang bahwa Nenek Sarah adalah nenek dari sepupunya yang belum lahir, jadi bisa dibilang Nenek Sarah adalah nenek Russel juga.“Nenek, aku juga kangen banget sama Nenek, kangen berat!” kata Russel dengan manisnya.Russel sangat pandai berbicara. Terlebih kepada orang yang dia suka. Russel bisa sekali membuat orang dewasa di sekitarnya senang mendengar ocehannya. Akan tetapi, jika dihadapan orang yang tak terlalu dikenalnya, seperti Ricky, Russel akan jadi lebih blak-blakan.“Nenek denger kamu mau datang, jadi Nenek sudah suruh om di dapur bikin banyak makanan enak buat kamu. Nanti Russel makan yang banyak, ya. Biar cepet gede dan bisa sekolah,” ujar Nenek Sarah sambil menggendong Russel. Mereka berjalan cepat. Nenek Sarah sama sekali tidak ter
Padahal Russel adalah anak laki-laki. Jika saja dia adalah anak perempuan, mungkin para orang tua di sana bukan hanya mengajaknya berbicara, tapi malah berebut menggendong dia. Bagi keluarga Adhitama yang tak pernah memiliki keturunan perempuan selama beberapa generasi, mereka benar-benar menginginkan keturunan perempuan.Stefan dan Olivia yang diabaikan dan duduk di pojokan malah merasa lega. Mereka malah bisa bermesraan di pojokan. Tak lama kemudian, yang lainnya pun berbondong-bondong datang. Orang yang duduk di pojokan pun, semakin lama semakin banyak. Mereka semua saling melihat satu sama lain. Ekspresinya semuanya sama. Olivia tertawa terbahak melihat ekspresi para anak muda keluarga Adhitama. Saat itu, pengurus rumah datang dan duduk di sebelah Nenek Sarah. Dia mengingatkan Nenek Sarah sembari tertawa, “Bu, Den Calvin datang sama Non Rosa.”“Rosa datang, ayo kita ke rumah Calvin.”Di keluarga Adhitama, rumah utama menjadi yang utama. Yang tinggal di rumah utama adalah nyon
Calvin tak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan Rosa. Setelah pembantu membantu membongkar hadiah dari mobil, mereka berdua perlahan menuju rumah Calvin. Pembantu-pembantu mengikuti di belakang, membawa hadiah-hadiah itu.Mengingat kebiasaan Rosa berjalan dengan menghitung langkah, Calvin sengaja melambatkan jalannya agar Rosa bisa mengikuti. Saat melewati rumah utama, Calvin menjelaskan, "Sekarang kita ada di depan pintu rumah utama. Ada beberapa anak tangga di sini. Ini adalah Villa Permai, tempat Nenek dan keluarga besar Pamanku tinggal."Rosa mengangguk, menyimpan kalimat Calvin dalam ingatannya. "Kita mau masuk? Mampir ke Nenek Sarah dulu?" tanya Rosalina.Calvin sangat menghormati Stefan. Dia mengira mereka akan masuk ke rumah utama.Calvin menjawab, "Kita mampir nanti. Sekarang, ke rumah kita dulu. Nenek dan yang lainnya lagi nggak ada di sini, mereka nunggu di sana." Mereka harus ke rumah Calvin sebelum berkunjung ke tempat lain. Rosa berpikir sejenak lalu berkata
Calvin menggandeng Rosa menuju pintu depan rumahnya, lalu berhenti sejenak untuk memberitahukan berapa anak tangga yang ada di depan mereka. Dengan hati-hati, Calvin membantu Rosa menaiki tangga tersebut. Calvin berjalan perlahan, khawatir Rosa akan terjatuh.Rosa mendengar suasana rumah yang ramai, tanda banyak orang di dalam. Calvin memberitahunya bahwa keluarga dan saudara-saudaranya sedang menunggu di dalam, termasuk Haris dan istrinya. Rosa juga mendengar suara Russel."Rosa," ujar Olivia, sebagai menantu tertua di keluarga, ia berdiri menyambut mereka."Oliv," Rosa berhenti dan membalas sapaan Olivia. Wajah cantiknya masih merona, bukan karena malu, tapi mungkin karena cuaca."Baru sampai, ya? Capek, nggak?" Olivia bertanya dengan penuh perhatian.Rosa tersenyum dan menggeleng, "Nggak, kok. Memang baru sampai aja. Penglihatanku kurang, jadi nggak bisa jalan cepat, maaf membuat semua orang menunggu.""Nggak apa-apa, kami juga baru datang," Olivia menjawab sambil melirik tangan
Semua orang di keluarga Adhitama tahu bahwa Rosa tidak dapat melihat, dan dia mengenali orang-orang melalui suara dan ingatannya. Ketika Calvin memperkenalkan Rosa kepada keluarga, semua orang bersikap tenang dan hanya berbicara ketika perlu. Hal itu dilakukan agar Rosa bisa mengingat dan mengenali suara mereka satu per satu. Rosa sekali lagi terharu oleh kelembutan dan perhatian keluarga Adhitama.Calvin benar-benar tidak pernah menipunya. Keluarga Calvin semuanya sangat baik. Baik para orang tua maupun para generasi mudanya, tidak ada yang meremehkan atau merasa Rosalina tidak layak untuk Calvin. Rosa menyadari bahwa dirinya telah terlalu rendah diri selama ini, enggan menerima cinta Calvin.Kalau bukan karena Rida yang mengunjungi Vila Ferda di kota Aldimo dan mengetahui upaya Calvin mencari pengobatan untuknya, mungkin Rosa masih belum bisa mengumpulkan keberanian untuk melangkah lebih jauh dengan Calvin. Nenek Sarah, sebagai tetua keluarga Adhitama, sangat lembut dan tidak me
Odelina berpikir toh naik turun ke lantai atas dengan lift, tidak masalah jika pengawal tidak mengikuti. Dia tetap bisa mendorong Daniel ke lantai atas.Sekarang Daniel masih belum bisa berjalan. Odelina hanya mendorongnya keluar untuk menghirup udara segar di luar dan bersantai sejenak. Daripada pria itu berbaring di tempat tidur setiap hari dan menjadi sangat pemarah.Daniel telah dirawat di rumah sakit selama hampir sebulan. Untuk saat ini dia masih belum bisa berdiri, temperamennya menjadi semakin buruk, menjadi semakin mudah tersinggung. Dia selalu merasa kalau dia tidak akan pernah pulih lagi. Dia bahkan ingin mengusir Odelina pergi, tidak ingin Odelina menjaganya lagi.Daniel bahkan mengatakan kalau dia bersedia memberi Odelina uang sebanyak 1,2 miliar per bulan, asalkan Odelina tidak muncul lagi di hadapannya.Sebenarnya Daniel tidak tega melihat Odelina kelelahan. Odelina baru merawatnya selama sebulan, tapi perempuan itu sudah kehilangan banyak berat badannya. Daniel sendiri
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu