“Pak Arif, aku juga nggak mendengar apa pun, apalagi melihat apa pun. Aku mau pulang istirahat.”Pada akhirnya, Dimas tidak berani mengatakan bahwa Stefan disukai oleh putri kliennya. Dia cepat-cepat kabur.“Dasar anak itu.” Pak Arif mengocehi Dimas dan menatap ke arah sopir.Sopir itu menguap dan berkata, “Pak Arif, aku benar-benar nggak melihat atau mendengar apa yang dikatakan Pak Stefan. Aku hanya menyetir mobil.”“Pak Arif, ini sudah larut. Aku mau pulang istirahat. Selamat malam.”Setelah mengatakan itu, si sopir pun pergi.Para pengawal lainnya tidak tahu apa yang telah terjadi. Yang duduk satu mobil dengan Stefan adalah Dimas. Kalau Dimas tidak bilang apa-apa, mereka tidak akan tahu.Pak Arif tak punya pilihan lain selain kembali ke rumah.Stefan tidak berlama-lama di lantai satu dan sudah naik ke atas.Dia pergi ke ruang kerja dan mengetuk pintu dengan lembut.Olivia mungkin terlalu sibuk dan tidak mendengar suara di luar. Dia tidak tahu kalau Stefan sudah kembali. Saat dia me
Bukan masalah pekerjaan.Olivia mengerjapkan mata indahnya. Dia bertanya lagi, “Kalau begitu apa? Ngomong, dong. Kita ini suami istri. Kamu juga yang bilang sendiri, ke depannya kalau ada masalah apa pun, nggak ada yang boleh disembunyikan.”“Sayang.”Stefan berkata dengan suara rendah, “Aku digoda wanita lain.”Olivia terdian.Dia tercengang.Apa dia salah dengar?Ada yang berani menggoda Stefan?Pria ini memiliki wajah segalak ini sepanjang hari, memancarkan aura yang membuat orang ingin menjauh darinya dan diikuti oleh sekelompok pengawal ke mana pun dia pergi, sehingga orang asing tidak diperbolehkan sembarangan mendekatinya.Bagaimana mungkin dia bisa digoda?Kecuali kalau yang menggoda adalah seorang pria.Olivia berpikir seperti itu dan bertanya, “Apa orang itu laki-laki? Orang itu gay dan naksir kamu?”Dia pikir, hanya orang berjenis kelamin sama yang akan dibiarkan untuk mendektinya, hanya dengan begitu mereka akan memiliki kesempatan untuk menggodanya.Stefan terdiam, lalu be
Setelah mengatakan itu, senyum Olivia memudar. Dia kemudian mengatakan sesuatu yang mereka semua tahu, “Roni dan Yenny adalah contohnya. Tentu saja, Yenny nggak bisa disalahkan sepenuhnya. Kesalahan terbesar ada pada Roni.”Sekarang, Yenny mendapatkan balasannya.Roni belum.Stefan memasang tampang sedih dan berkata, “Sayang, aku nggak peduli. Aku milikmu. Kamu harus melindungiku mulai sekarang, dan nggak ada orang lain yang boleh menyentuhku lagi.”“Oke, oke. Aku akan melindungimu. Kapan pun kamu mau pergi bertemu klien ke depannya, aku akan menemanimu dan menunjukkan bahwa kamu adalah milikku di depan semua orang. Stefan hanya bisa menjadi milik aku, Olivia. Siapa pun yang berani merebut priaku, aku akan menghajar mereka sampai gigi mereka patah semua.”“Sayang, kamu terdengar seperti sedang membujuk anak kecil.”“Lalu, kamu maunya aku berkata apa?”Stefan berhenti bicara lagi.Olivia mengecup bibir pria itu sebentar, lalu memeluknya, menyandarkan tubuh bagian atasnya ke dada suaminy
Setidaknya ini adalah perasaannya yang paling tulus.Surat ini jauh lebih baik dari satu halaman penuh puisi indah yang disalinnya.Masih ada tulisan di belakang surat itu.Stefan membalik dan melihatnya.Bunyinya, “Aku mau lari pagi di luar. Kita sarapan bersama nanti.”Stefan dengan senang hati melipat surat itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop, lalu membuka laci dan memasukkan surat cinta itu ke dalam laci.Dia berdiri, berjalan ke jendela, dan membuka tirai tebal di kamar itu, membiarkan sinar matahari langsung masuk ke dalam.Di musim kemarau ini, sinar matahari pagi bisa sangat menyilaukan.Setelah musim kemarau yang terik, musim penghujan yang sejuk akan datang, juga waktu di mana hari pernikahannya dan Olivia akan diadakan.Yang lebih dinantikan Stefan adalah datangnya buah cinta antara dirinya dan Olivia.Orang pintar memberi tahu mereka dengan yakin bahwa anak mereka akan lahir di musim gugur. Sebelum saat ini, tidak peduli seberapa mesra dan saling mencintainya mere
Olivia tidak banyak berpikir dan berkata, “Oke. Kakakku akan pergi ke rumah sakit untuk menjaga Pak Daniel kalau dia punya waktu. Bu Yanti yang meminta padanya.”Stefan tidak terkejut. Daniel seperti ini sekarang, Yanti pasti sangat menyesal. Dia rela melakukan apa pun agar Daniel sembuh, meski diminta berlutut dan memohon pada Odelina sekalipun.“Apa Daniel mau bertemu dengan Kak Odelina?” tanya Stefan prihatin.“Aku nggak bertanya, tapi kalau adikku memutuskan untuk merawatnya, dia akan selalu punya cara untuk masuk ke dalam kamar pasiennya.”Bagaimanapun caranya, pasti bisa masuk.Bagaimanapun juga, mereka adalah kakak beradik. Olivia sangat mengenal kakaknya.Stefan bergumam mengerti. “Kuharap Daniel berhenti bersikap seperti itu dan bisa segera sembuh.”Kalau memikirkan Daniel yang dulu dan membandingkannya dengan Daniel yang sekarang, Stefan bisa memahami suasana hati Daniel. Kalau hal itu terjadi padanya, akan sulit baginya untuk mendapatkan kepercayaan dirinya lagi.“Semua akan
Russel mengerjapkan matanya, tapi tidak bisa mendeskripsikan ketidaknyamanannya.“Dia biasanya berteriak dengan suara keras, tapi hari ini dia menjadi lembut. Dia pasti merasa nggak enak badan. Olive, ambilkan termometer dan bantu ukur suhu tubuhnya.”Tidak perlu disuruh pun, Olivia sudah pergi mengambil termometer untuk mengukur suhu Russel.Beberapa menit kemudian, Stefan mengambil termometer dari lengan si kecil dan menyerahkannya pada Olivia.Olivia mengangkat termometer dan melihatnya, lalu berkata, “38.3 derajat. Benar-benar demam. Kalau menyentuh keningnya, rasanya suhunya nggak terlalu tinggi. Tapi, saat diukur suhunya, suhunya ternyata sangat tinggi. Aku aan naik ke atas untuk berganti pakaian, lalu kita segera bawa dia ke rumah sakit untuk diperiksa.”“Aku akan menelepon gurunya dan meminta izin untuknya.”Setelah mengatakan itu, Olivia mengeluarkan ponselnya dan menelepon guru dari tempat kursus bela diri untuk meminta izin kepada Russel.Stefan berkata, “Jangan panik dulu.
Dokter keluarga itu berkata, “Bu, aku akan menuliskan resep obat untuk anak ini. Kalau suhunya bisa turun tanpa minum obat, obatnya nggak perlu diminum. Tapi kalau penurunan suhunya nggak sepenuhnya dan sering kembali demam lagi, dan kalau suhunya melebihi 35 derajat, beri dia minum obat. Aku akan datang lagi untuk memeriksanya besok.”“Sekarang nggak perlu diberi obat?” tanya Olivia.Stefan menjawab, “Usahakan sebisa mungkin untuk nggak meminum obat. Obat juga ada efek sampingnya.”Kalau masalah kecil saja minum obat dan diinfus, suatu hari nanti kalau sampai terjadi resistensi obat, pasti akan repot.Olivia juga tahu mereka sebisa mungkin harus menghindari minum obat. Namun, setiap kali Russel merasa tidak enak badan, dia dan kakaknya jadi sangat gugup dan cemas, berharap anak itu segera sembuh dan akan segera membawa anak itu ke rumah sakit untuk diperiksa dokter, diinfus dan minum obat.Beberapa menit kemudian, Olivia mengeluarkan termometer. Setelah membacanya, dia menghela napas
Daniel melihat kotak makan siang yang dibawa Odelina. Odelina telah memindahkannya ke sisi yang jauh darinya dan dia tidak dapat menjangkaunya karena kakinya tidak bisa digerakkan.Dia sangat tidak berguna!Semua orang menyemangatinya dan memintanya untuk merawat luka-lukanya dengan baik. Dokter bilang dia memiliki peluang besar untuk sembuh, tetapi tidak bilang peluangnya 100%. Siapa yang tahu dia bisa sembuh atau tidak?Kalau dia tidak bisa sembuh, hidupnya akan seperti yang dia lakukan sekarang, mencoba menjatuhkan kotak makan siang ke lantai saja tidak bisa. Kotak makan siang itu seperti punya mulut, sedang mengolok-oloknya. Dia tidak suka melihat kotak makan siang itu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.Daniel hendak marah ketika ponsel Odelina berbunyi.Dia melihat wanita menjawab telepon dan mendengarnya memanggil “Oliv”, jadi dia tahu Olivia yang menelepon.Saat sedang berbicara dengan Olivia, perhatian Odelina tidak tertuju padanya, sehingga Daniel berani melepas semua topeng ke