"Aku juga tetap harus kembali, banyak hal yang perlu diurus di perusahaan," kata Jonas dengan lega, tapi dia tetap memutuskan untuk kembali ke Mambera sore itu. Banyak hal di perusahaan yang memang harus diurus. Alasan utamanya masih tetap agar bisa dekat dengan Amelia di Mambera. "Jam berapa kamu sampainya? Mau dijemput di bandara nggak?" tanya Amelia. Biasanya, Jonas ke kota Aldimo dengan pesawat pribadi, kecuali jika pesawat pribadinya sedang digunakan oleh saudaranya, baru dia akan memesan tiket penerbangan komersial. Mendengar Amelia menawarkan diri untuk menjemput, Jonas segera memutuskan untuk tidak menggunakan pesawat pribadinya. "Nanti aku screenshoot tiket penerbanganku kalau sudah pesan, ya," jawab Jonas. "Oke, entar kita makan malam sama-sama," ucap Amelia. Jonas merasa sangat bahagia, "Oke." "Aku kerja dulu, ya," kata Amelia. Jonas dengan tidak rela berkata, "Ya sudah, jaga kesehatan, jangan terlalu capek. Kalau kamu butuh bantuan, bilang saja sama aku, ya." "Iya
Yolanda sekarang lebih santai tentang pernikahan Jonas, putra bungsunya, sejak tahu Jonas sudah punya seseorang di hati. Jonas memang jarang berbagi soal perasaan pribadinya dengan orang tuanya. Dia lebih sering berbicara dengan kakaknya. Yolanda sendiri pun mengetahui soal Amelia, pujaan hati Jonas, dari Yose, anak sulungnya.Yolanda sudah pernah melihat foto Amelia dan mendengar cerita tentang kepribadian Amelia dari Yose dan Mulan. Dia sangat terkesan dengan Amelia, putri keluarga Sanjaya itu. Namun, mengingat Jonas belum berhasil menaklukkan hati Amelia, Yolanda tidak mau serta merta mendatangi gadis itu, khawatir akan membuat Amelia kaget.Wajah Jonas sedikit memerah saat dia dengan jujur mengakui, “Beberapa hari ini meski badanku rumah, pikiranku melayang ke Mambera, Ma.” Jonas terus memikirkan Amelia. Jonas akhirnya tahu apa itu yang biasa dibilang orang: “Rindu yang begitu dalam”.Yolanda tertawa terbahak-bahak, menepuk bahu putranya dan berkata, “Jonas, semangat, ya! Mama
"Rumah ini sepi banget, sih. Seharusnya ada dua atau tiga orang yang tinggal di sini untuk jagain rumah, biar kerasa ada sedikit kehidupan." Keluarga Sanjaya biasanya mengatur orang untuk membersihkan rumah itu setiap dua hari sekali, tapi tidak ada yang tinggal di sana. Amelia lebih suka tinggal sendiri, bebas tanpa ada yang mengganggu."Aku lebih suka begini, Ma," jawab Amelia.Yuna melirik putrinya, tidak melanjutkan topik itu. "Mama malam ini harus menghadiri acara amal. Kamu temani Mama, ya." "Ih, Mama ‘kan tahu aku nggak suka ke pesta. Mama ajak Oliv atau Kak Odelina saja."Yuna mencubit Amelia lagi, "Kamu sekarang ‘kan pebisnis. Pebisnis itu harus pandai bergaul. Kalau nggak mau bersosialisasi, mau berbisnis gimana, coba? Di Mambera mungkin kamu bisa berbisnis karena orang menghormati keluarga besarmu. Untung saja binis sayurmu oke, nggak bikin orang lain komentar ini itu, Tapi di kota lain, memangnya siapa yang mengenal Amelia Sanjaya?""Mama bawa kamu ke pesta untuk buka j
“Oliv, aku ‘kan baru saja hamil. Masih ada delapan atau sembilan bulan lagi sebelum melahirkan. Bayangin Reiki memperlakukanku seperti sapi peliharaan tuh bikin sakit kepala, tahu.” Olivia tertawa, “Kamu ini. Nggak bersyukur.” Junia berkata, “Suatu hari nanti aku akan bilang hal yang sama sama kamu.”Olivia kembali bersama Russel. Russel menyapa Junia, kemudian duduk sendiri di kursi. Junia mengelus pipi kecil Russel, “Yah, meski pas hamil diatur-atur sampai nggak punya kebebasan, tapi kalau melahirkan bayi seimut Russel, nggak apa-apa, sih.”“Tante Junia, apa di perut Tante ada adik laki-laki?” tanya Russel dengan polos. Mendengar itu, Junia dan Olivia bertukar pandang, lalu Junia berkata kepada Russel, “Russel, bukannya di perut Tante Junia adanya adik perempuan?” Junia berharap mendapatkan seorang putri. Russel dengan polosnya berkata, “Aku nggak tahu.” Pertanyaan Russel barusan adalah insting yang muncul spontan. “Baru hamil, mana bisa tahu apa laki-laki atau perempuan,” k
“Kamu mau pulang siap-siap?” Junia bertanya pada Olivia, setelah mengeluh panjang.Olivia menjawab, “Aku harus antar Russel pulang dulu, dia bilang kangen sama aku pas pulang sekolah hari ini, jadi Dimas antar dia ke sini.” Olivia harus menemani suaminya ke acara amal malam ini. Tidak akan nyaman membawa Russel.“Ya sudah, sana. Aku saja yang urus toko. Sudah lama aku nggak duduk di sini. Tau deh, anak-anak nakal itu masih ingat sama aku atau nggak.” Bagi Junia, para siswa itu adalah anak-anak nakal. “Kamu di sini jaga toko? Perlu bilang sama Pak Reiki, nggak?” Junia menjawab, “Nggak perlu, lah. Toh dia pasti sudah tahu. Lagipula, lihat saja barisan pengawal di luar sana, kalau aku nggak bilang pun, mereka pasti akan kasih tahu. Kan cuma jaga toko. Reiki nggak akan keberatan. Cuma duduk sama terima duit doang.”Olivia tertawa, “Oke, deh. Aku antar Russel pulang, ya.” “Oke.”Setelah Olivia meninggalkan toko buku, Junia segera masuk ke dapur, mencari es krim di kulkas, tapi tidak me
Mereka tahu Junia adalah orang yang tidak suka memamerkan status, jadi ketika dia mengatakan ingin mentraktir mereka es krim, maka itu benar-benar dari hati. Bahkan jika Reiki tahu pun, dia tidak akan berkata apa-apa. Boy pergi ke toko yang Junia sebutkan untuk membeli es krim. Setelah Boy pergi membeli es krim, Junia kembali ke dalam toko menunggu. Junia berharap dirinya bisa makan es krim, menunggu dengan senang.Tidak lama kemudian, Boy kembali. Dia masuk ke toko dengan tangan kosong dan mengembalikan uang kembaliannya kepada Junia. “Es krimnya mana?” tanya Junia dengan heran. Mungkinkah toko Pak Ratno tidak jual es krim? Tidak mungkin! Junia sering melihat ada es krim di freezer toko itu. “Sudah dibeli, saya bagi-bagikan sama yang lain. Ini uang kembaliannya saya kembalikan. Terima kasih sudah mentraktir kami es krim, ya, Non.” Boy mengembalikan uang sambil mengucapkan terima kasih. Memang sangat menyenangkan makan es krim saat cuaca panas.Junia menerima uang sambil bertan
Russel memanggil lagi, "Tante Rosa!" Kali ini suaranya sangat keras. Rosalina terperanjat. Dia sedikit panik, sambil meraih tangan Russel. Setelah menyentuhnya, Rosalina tersenyum lembut, "Russel datang, ya. Kamu datang sama Mama?"Odelina juga sesekali datang ke Spring Blossom untuk membeli beberapa pot bunga untuk dirawat. Mungkin karena tidak punya waktu untuk merawat, bunga-bunga Odelina selalu mati. Setiap kali bunganya mati, dia akan membeli beberapa pot lagi dan sekaligus meminta saran Rosa tentang cara merawat bunga."Aku sama Tante," jawab Russel. "Tante Rosa, setelah aku sama Tante masuk, kok Tante Rosa nggak sadar, sih? Aku panggil tadi, tapi Tante Rosa nggak jawab."Rosalina meminta maaf, "Maaf, Russel. Tante Rosa lagi mikirin sesuatu tadi. Tante lagi tenggelam dalam pikiran sampai nggak dengar langkah kaki kalian."Rosalina menoleh ke Olivia, "Olivia, kamu datang. Kok tumben ada waktu hari ini?""Aku mau menghadiri jamuan makan malam amal sama Stefan malam ini. Aku tu
Olivia kemudian menuangkan tiga cangkir air, memberikan satu kepada keponakannya. Dia membawa dua cangkir air hangat itu dan duduk kembali di depan Rosa, meletakkan salah satu cangkir di tangan Rosa. Kedua wanita itu minum setengah cangkir air hangat mereka."Rosa, tanya saja, kamu mau tanya apa sama aku?" tanya Olivia."Calvin kayak menghilang beberapa hari ini. Dia … lagi pergi buat urusan bisnis, kah?" Tanya Rosa. Olivia sedikit terkejut.Calvin pergi ke kota Aldimo untuk meminta Dokter Dharma membantu mengobati mata Rosa. Dia tidak memberi tahu Rosa. Sebelum Dokter Dharma setuju untuk mengobati mata Rosa, Calvin tidak akan memberi tahu agar Rosa tidak kecewa. Orang keluarga Siahaan juga mencoba mencari Dokter Dharma untuk membantu Rosa. Akan tetapi, karena tidak memiliki jaringan sebanyak Calvin, mereka tidak tahu bahwa Dokter Dharma telah kembali ke kota Aldimo. Dokter Dharma adalah harapan terakhir Rosa. Meski dia tidak mengatakannya, Calvin tahu Rosa sangat berharap.Jika Ca
“… kan bisa saja apa yang aku minta kalian nggak bisa bantu, makanya aku minta bantuannya ke kakak iparku. Kak Olivia sudah pergi ke Vila Ferda, Kak Rika masih belum resmi masuk keluarga Adhitama dan aku juga nggak begitu dekat sama dia. Cuma Kak Rosalina saja yang bisa kuminta bantuan. Memang nggak boleh aku minta tolong sama dia?”Rosalina adalah kakak iparnya yang paling tua, tetapi keluarga Adhitama ini terdiri dari beberapa anak lelaki dari ayah yang berbeda sehingga Olivia secara tidak langsung hanya ipar tiri statusnya. Hanya Rosalina saja yang bisa dianggap sebagai ipar dari saudara kandung.“Rosalina bahkan nggak kenal dan nggak pernah ketemu sama cewek yang kamu suka. Dia nggak bakal bisa bantu banyak juga, jadi mending kamu nggak usah ganggu dia. Kalau ada apa-apa, bilang ke aku saja. Kalau aku rasa Rosalina bisa bantu, nanti biar aku yang ngomong ke dia.”“Ini bukan soal si Rubah, tapi soal Nana. Kak Rosalina kan kenal sama Nana dan seharusnya mereka juga pernah berinteraks
“Ini mah banyak banget!” keluh Samuel.“Kamu pikir kami semua sesantai kamu? Kamu saja yang bisa santai, aku dan Kak Stefan setiap hari sibuknya bukan main.”“Kata siapa aku santai? Aku juga punya kesibukan sendiri, kok.”“Masa? Aku nggak pernah lihat kamu sibuk.”“.…”Samuel tidak ditempatkan di kantor pusat Adhitama Group, jelas saja para kakak yang lebih tua tidak pernah melihat Samuel sibuk. Ini salah Samuel sendiri yang tadi mengatakan kalau dia sedang senggang. Bukankah akan lebih baik jika dia terus terang saja apa tujuan dari kedatangannya ke sini?“Kak Stefan jauh lebih capek dari aku,” ucap Calvin.Stefan adalah kunci dari Adhitama Group. Meskipun urusan sepele tidak perlu melalui persetujuan Stefan lagi, tetap saja masih ada banyak urusan lain yang harus dia tangani secara langsung. Adhitama Group sangat besar. Setiap ari ada saja pekerjaan yang harus Stefan urus, belum lagi rapat yang tidak pernah ada habisnya dan sesekali harus pergi menjamu klien.Saat masih bertunangan,
Masih berbicara dengan suaminya di telepon, Rosalina berkata, “Kamu kan sibuk, beresin saja dulu sana. Aku mau menemani Nenek jalan-jalan lagi sebentar. Dia tadi habis marah-marah sama Dewi sampai mukanya merah semua.”Sarah, “….”Di telepon Calvin tertawa sangat keras, tetapi dia cukup sadar diri untuk tidak menanyakan apa yang Dewi katakan kepada neneknya, supaya neneknya tidak melampiaskan kekesalannya dengan cara mengumbar aib Calvin yang lain. Setelah pembicaraan di telepon berakhir, Calvin meletakan ponselnya dan menyeruput kopinya. Sebelum dia meletakkan kembali gelasnya di atas meja, dia mendengar suara ketukan pintu.“Masuk,” ujarnya.Lantas pintu ruang kantornya terbuka dimasuki oleh Samuel. Melihat kedatangan adik kecilnya itu, Calvin pun dengan rapi meletakkan gelasnya kembali ke tatakan gelas dan berkata dengan senyum tipis di wajah, “Tuben, ada angin apa kamu datang ke sini?”“Aku merasa sedikit tersinggung Kak Calvin ngomong begitu. Aku ini adik kandungmu, lho.”Samuel d
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han