Jonas berangkat ke kota Aldimo pada sore hari keesokan harinya. Hanya dua hari setelah dia tiba di kota Aldimo, Mulan melahirkan. Mulan melahirkan sepasang bayi kembar siam, laki-laki dan perempuan. Jonas langsung menelepon Amelia untuk berbagi kegembiraannya. Ini bukan pertama kalinya dia menjadi paman, tapi kali ini berbeda. Sebelumnya, dia adalah paman dari pihak ayah. Kali ini, dia adalah paman kandung.Saat Amelia menerima panggilan Jonas, dia masih tinggal di rumah yang terdaftar atas namanya dan belum kembali ke rumah besar keluarga Sanjaya. Yuna mengetahui bahwa putrinya tinggal di rumahnya sendiri melalui Olivia, tetapi tidak menghubungi putrinya terlebih dahulu. Mereka seolah-olah sedang dalam perang dingin. Yuna merasa tidak bersalah. Dia menganggap Amelia tidak tahu sikon, tidak patuh, dan tidak mendengarkan nasihatnya. Amelia, di sisi lain, berpikir bahwa ibunya terlalu keras kepala. Padahal, Jonas sudah mengatur semuanya dengan sempurna, tapi Yuna tetap bersikeras
"Aku juga tetap harus kembali, banyak hal yang perlu diurus di perusahaan," kata Jonas dengan lega, tapi dia tetap memutuskan untuk kembali ke Mambera sore itu. Banyak hal di perusahaan yang memang harus diurus. Alasan utamanya masih tetap agar bisa dekat dengan Amelia di Mambera. "Jam berapa kamu sampainya? Mau dijemput di bandara nggak?" tanya Amelia. Biasanya, Jonas ke kota Aldimo dengan pesawat pribadi, kecuali jika pesawat pribadinya sedang digunakan oleh saudaranya, baru dia akan memesan tiket penerbangan komersial. Mendengar Amelia menawarkan diri untuk menjemput, Jonas segera memutuskan untuk tidak menggunakan pesawat pribadinya. "Nanti aku screenshoot tiket penerbanganku kalau sudah pesan, ya," jawab Jonas. "Oke, entar kita makan malam sama-sama," ucap Amelia. Jonas merasa sangat bahagia, "Oke." "Aku kerja dulu, ya," kata Amelia. Jonas dengan tidak rela berkata, "Ya sudah, jaga kesehatan, jangan terlalu capek. Kalau kamu butuh bantuan, bilang saja sama aku, ya." "Iya
Yolanda sekarang lebih santai tentang pernikahan Jonas, putra bungsunya, sejak tahu Jonas sudah punya seseorang di hati. Jonas memang jarang berbagi soal perasaan pribadinya dengan orang tuanya. Dia lebih sering berbicara dengan kakaknya. Yolanda sendiri pun mengetahui soal Amelia, pujaan hati Jonas, dari Yose, anak sulungnya.Yolanda sudah pernah melihat foto Amelia dan mendengar cerita tentang kepribadian Amelia dari Yose dan Mulan. Dia sangat terkesan dengan Amelia, putri keluarga Sanjaya itu. Namun, mengingat Jonas belum berhasil menaklukkan hati Amelia, Yolanda tidak mau serta merta mendatangi gadis itu, khawatir akan membuat Amelia kaget.Wajah Jonas sedikit memerah saat dia dengan jujur mengakui, “Beberapa hari ini meski badanku rumah, pikiranku melayang ke Mambera, Ma.” Jonas terus memikirkan Amelia. Jonas akhirnya tahu apa itu yang biasa dibilang orang: “Rindu yang begitu dalam”.Yolanda tertawa terbahak-bahak, menepuk bahu putranya dan berkata, “Jonas, semangat, ya! Mama
"Rumah ini sepi banget, sih. Seharusnya ada dua atau tiga orang yang tinggal di sini untuk jagain rumah, biar kerasa ada sedikit kehidupan." Keluarga Sanjaya biasanya mengatur orang untuk membersihkan rumah itu setiap dua hari sekali, tapi tidak ada yang tinggal di sana. Amelia lebih suka tinggal sendiri, bebas tanpa ada yang mengganggu."Aku lebih suka begini, Ma," jawab Amelia.Yuna melirik putrinya, tidak melanjutkan topik itu. "Mama malam ini harus menghadiri acara amal. Kamu temani Mama, ya." "Ih, Mama ‘kan tahu aku nggak suka ke pesta. Mama ajak Oliv atau Kak Odelina saja."Yuna mencubit Amelia lagi, "Kamu sekarang ‘kan pebisnis. Pebisnis itu harus pandai bergaul. Kalau nggak mau bersosialisasi, mau berbisnis gimana, coba? Di Mambera mungkin kamu bisa berbisnis karena orang menghormati keluarga besarmu. Untung saja binis sayurmu oke, nggak bikin orang lain komentar ini itu, Tapi di kota lain, memangnya siapa yang mengenal Amelia Sanjaya?""Mama bawa kamu ke pesta untuk buka j
“Oliv, aku ‘kan baru saja hamil. Masih ada delapan atau sembilan bulan lagi sebelum melahirkan. Bayangin Reiki memperlakukanku seperti sapi peliharaan tuh bikin sakit kepala, tahu.” Olivia tertawa, “Kamu ini. Nggak bersyukur.” Junia berkata, “Suatu hari nanti aku akan bilang hal yang sama sama kamu.”Olivia kembali bersama Russel. Russel menyapa Junia, kemudian duduk sendiri di kursi. Junia mengelus pipi kecil Russel, “Yah, meski pas hamil diatur-atur sampai nggak punya kebebasan, tapi kalau melahirkan bayi seimut Russel, nggak apa-apa, sih.”“Tante Junia, apa di perut Tante ada adik laki-laki?” tanya Russel dengan polos. Mendengar itu, Junia dan Olivia bertukar pandang, lalu Junia berkata kepada Russel, “Russel, bukannya di perut Tante Junia adanya adik perempuan?” Junia berharap mendapatkan seorang putri. Russel dengan polosnya berkata, “Aku nggak tahu.” Pertanyaan Russel barusan adalah insting yang muncul spontan. “Baru hamil, mana bisa tahu apa laki-laki atau perempuan,” k
“Kamu mau pulang siap-siap?” Junia bertanya pada Olivia, setelah mengeluh panjang.Olivia menjawab, “Aku harus antar Russel pulang dulu, dia bilang kangen sama aku pas pulang sekolah hari ini, jadi Dimas antar dia ke sini.” Olivia harus menemani suaminya ke acara amal malam ini. Tidak akan nyaman membawa Russel.“Ya sudah, sana. Aku saja yang urus toko. Sudah lama aku nggak duduk di sini. Tau deh, anak-anak nakal itu masih ingat sama aku atau nggak.” Bagi Junia, para siswa itu adalah anak-anak nakal. “Kamu di sini jaga toko? Perlu bilang sama Pak Reiki, nggak?” Junia menjawab, “Nggak perlu, lah. Toh dia pasti sudah tahu. Lagipula, lihat saja barisan pengawal di luar sana, kalau aku nggak bilang pun, mereka pasti akan kasih tahu. Kan cuma jaga toko. Reiki nggak akan keberatan. Cuma duduk sama terima duit doang.”Olivia tertawa, “Oke, deh. Aku antar Russel pulang, ya.” “Oke.”Setelah Olivia meninggalkan toko buku, Junia segera masuk ke dapur, mencari es krim di kulkas, tapi tidak me
Mereka tahu Junia adalah orang yang tidak suka memamerkan status, jadi ketika dia mengatakan ingin mentraktir mereka es krim, maka itu benar-benar dari hati. Bahkan jika Reiki tahu pun, dia tidak akan berkata apa-apa. Boy pergi ke toko yang Junia sebutkan untuk membeli es krim. Setelah Boy pergi membeli es krim, Junia kembali ke dalam toko menunggu. Junia berharap dirinya bisa makan es krim, menunggu dengan senang.Tidak lama kemudian, Boy kembali. Dia masuk ke toko dengan tangan kosong dan mengembalikan uang kembaliannya kepada Junia. “Es krimnya mana?” tanya Junia dengan heran. Mungkinkah toko Pak Ratno tidak jual es krim? Tidak mungkin! Junia sering melihat ada es krim di freezer toko itu. “Sudah dibeli, saya bagi-bagikan sama yang lain. Ini uang kembaliannya saya kembalikan. Terima kasih sudah mentraktir kami es krim, ya, Non.” Boy mengembalikan uang sambil mengucapkan terima kasih. Memang sangat menyenangkan makan es krim saat cuaca panas.Junia menerima uang sambil bertan
Russel memanggil lagi, "Tante Rosa!" Kali ini suaranya sangat keras. Rosalina terperanjat. Dia sedikit panik, sambil meraih tangan Russel. Setelah menyentuhnya, Rosalina tersenyum lembut, "Russel datang, ya. Kamu datang sama Mama?"Odelina juga sesekali datang ke Spring Blossom untuk membeli beberapa pot bunga untuk dirawat. Mungkin karena tidak punya waktu untuk merawat, bunga-bunga Odelina selalu mati. Setiap kali bunganya mati, dia akan membeli beberapa pot lagi dan sekaligus meminta saran Rosa tentang cara merawat bunga."Aku sama Tante," jawab Russel. "Tante Rosa, setelah aku sama Tante masuk, kok Tante Rosa nggak sadar, sih? Aku panggil tadi, tapi Tante Rosa nggak jawab."Rosalina meminta maaf, "Maaf, Russel. Tante Rosa lagi mikirin sesuatu tadi. Tante lagi tenggelam dalam pikiran sampai nggak dengar langkah kaki kalian."Rosalina menoleh ke Olivia, "Olivia, kamu datang. Kok tumben ada waktu hari ini?""Aku mau menghadiri jamuan makan malam amal sama Stefan malam ini. Aku tu
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela