"Di lantai tiga, ya. Eh, di lantai satu banyak makanan, kamu mau beli sesuatu nggak? Buat dimakan?"Russel menggelengkan kepalanya.Saat ini, Russel sama sekali tidak kekurangan makanan dan mainan.Ikut dengan Tante Olivia, apa ada makanan enak yang belum ia coba?Melihat si kecil tidak tertarik membeli hal lain, Daniel langsung membawa Russel ke lantai tiga pusat perbelanjaan itu.Di satu sisi lantai tiga ada tempat bermain anak-anak, sementara sisi lainnya adalah toko sepatu dan pakaian.Beberapa orang tua yang datang untuk membeli sepatu sering meninggalkan anak-anak mereka di tempat bermain anak-anak, lalu membiarkan mereka bermain di sana. Karena masuk ke tempat bermain perlu membayar, ada staf khusus yang menjaga, dan anak-anak biasanya tidak akan keluar kecuali mereka tidak ingin bermain lagi.Bahkan jika mereka keluar, staf tidak akan membiarkan anak-anak pergi sendiri tanpa orang tua.Hal ini biasanya membuat para orang tua cukup tenang. Mereka hanya perlu menaruh anak-anak d
Odelina tidak percaya Yanti hanya kebetulan berada di dekat rumahnya. Yanti pasti sengaja datang untuk mencarinya. Melihat Russel sedang asyik bermain, Odelina melirik ke arah Daniel, lalu berkata, "Bu Yanti, saya lagi di luar, kayaknya masih agak lama baru pulang." "Kamu di luar, ya? Sendirian?" Yanti bertanya dengan “sabar”. Tadinya Yanti tidak tahu nomor kontak Odelina. Dia sengaja pergi ke restoran sarapan 'Makan Sepuasnya' dan mencatat nomor kontak Odelina dari papan nama restoran tersebut."Saya sama Russel di mal XX, ada area bermain indoor di sini, Russel suka main di sini. Saya kebetulan ketemu Pak Daniel di pintu masuk mal, sekarang Pak Daniel juga ada di sini." Yanti kesal mendengar anaknya lagi-lagi membuat kebetulan lagi untuk bersama Odelina. Namun, Yanti tidak marah pada Odelina. Setelah menahan rasa jengkelnya, Yanti berkata, "Odelina, kalau ada Daniel di sana, biar dia saja yang jaga Russel. Kita cari tempat ngobrol, yuk." Ucapan Yanti lebih terdengar seperti peng
Odelina selalu berusaha menjaga jarak dari Daniel sehingga Daniel hanya bisa menggunakan Russel sebagai alasan untuk membuat Odelina tak bisa menolak kehadirannya.“Itu sih kamu yang cari masalah. Kamu itu ninggalin Cherly yang jelas-jelas punya perasaan ke kamu dan ingin jadi pasanganmu, terus malah ngejar Odelina. Kamu ‘kan tahu Odelina nggak punya perasaan ke kamu. Kamunya saja yang ngotot. Kamu malah merendahkan diri, ngejar-ngejar dia,” kata Yanti tanpa sedikit pun memberikan simpati terhadap kesulitan anaknya.Yanti bahkan berharap Odelina akan terus bertahan dengan sikapnya, sehingga Daniel menyerah. “Ma, aku nggak punya perasaan itu ke Cherly. Aku sukanya Odelina.” “Coba kasih tahu Mama, apa yang bikin Odelina lebih baik dari Cherly?' tanya Yanti.“Cherly punya kelebihannya, Odelina juga punya kelebihannya. Mereka punya kelebihan masing-masing,' jawab Daniel. Dia tidak membenci Cherly, tapi Daniel tahu betul bahwa Cherly bukan tipenya. Cherly adalah wanita karir yang kuat.
Setelah sampai di tempat yang disebutkan Yanti, Odelina melihat Yanti sudah menunggunya. Odelina memarkir skuter listriknya, melepas helm, kemudian berjalan mendekati Yanti.Odelina menyapa dengan sopan, “Selamat malam, Bu Yanti.”Meskipun Yanti baru saja bertengkar dengan Daniel dan masih merasa sangat marah, dia tetap mempertahankan sikapnya dengan baik saat berhadapan dengan Odelina. Yanti menyambut salam Odelina dengan lembut. “Ayo kita masuk,” ajak Yanti.Odelina mengangguk, mempersilahkan Yanti berjalan lebih dulu, baru kemudian mengikutinya. Pak Darius, suami Yanti, tidak mengikuti mereka. Dia diperintahkan Yanti untuk tetap tinggal di dalam mobil dan tidak turun. Yanti memilih meja di sudut yang jauh dari pelanggan lain. Dia merasa tempat itu cukup tenang, cocok untuk bercakap-cakap dengan Odelina, tanpa khawatir ada yang mendengarkan.Setelah Odelina duduk, Yanti memanggil pelayan dan memesan jus buah, memutuskan untuk tidak minum kopi karena sudah malam. “Odelina, mau min
“Silakan bicara, Bu Yanti," ujar Odelina. Yanti memperhatikan wajah cantik Odelina yang sudah berhasil menurunkan berat badan. Dia memuji, "Odelina, kamu mirip deh sama Yuna di masa mudanya. Bibi kamu itu dulu adalah wanita kuat dan cantik. Entah berapa banyak orang tua yang ingin menjadikan Bibi kamu sebagai menantu mereka." "Akhirnya, Pak Sanjaya yang berhasil mendapatkannya lebih dulu, terus bibi kamu jadi menantu keluarga Sanjaya. Sekarang, dia jadi tiang penyangga keluarga Sanjaya." Nyonya Besar Keluarga Sanjaya dulu awalnya tidak setuju dengan pernikahan anaknya dengan Yuna, tetapi karena suami dan anaknya menyukai Yuna, akhirnya dia mau tak mau harus menerima Yuna dengan berat hati. Hubungan antara mertua dan menantu itu tidak pernah baik. Hingga kemudian suatu hari, ketika Sanjaya Group mengalami masalah, Yuna-lah yang membantu menyelesaikannya. Baru kemudian saat itulah Nyonya Besar Keluarga Sanjaya benar-benar menerima Yuna. Amelia juga pernah bercerita bahwa ibunya dul
Cherly menyerah pada Daniel karena dia tahu Daniel menyukai Odelina. Dia hampir tidak berusaha melakukan hal lebih lain sama sekali sebelum akhirnya menyerah. Daniel memiliki selera yang unik dan Cherly tidak bisa memenuhinya. Menurut Cherly, lebih baik menyerah daripada membuat Daniel membencinya. Dengan demikian, mereka masih bisa menjadi mitra bisnis. "Bu Yanti, saya juga sudah coba bujuk Pak Daniel. Saya bilang Cherly itu baik, dan mereka berdua kelihatannya cocok," kata Odelina. Memang benar, Odelina sudah mencoba, tapi tidak berhasil. Seperti kata Yanti, Daniel adalah pria mandiri dan keras kepala. Dia tidak mudah berubah pikiran kecuali jika dia sendiri yang memutuskan."Odelina, saya tahu ini bukan salah kamu, masalahnya ada pada Daniel," kata Yanti. Jika Odelina yang mengejar Daniel, Yanti mungkin sudah sejak lama mengusirnya. Tidak peduli seberapa kuat latar belakang Odelina. Tapi karena Odelina tidak menyukai anaknya, Yanti pun tidak bisa berbuat apa-apa. "Tapi, Odeli
Odelina sadar, dia memang bisa menghindar dari orangnya, tapi tidak bisa menghindar dari masalahnya. Dan, pergi, jelas tidak bisa menyelesaikan masalah, terlebih lagi akar masalahnya. "Akan lebih baik jika Bu Yanti yang bisa membujuk Pak Daniel. Itu akan jadi solusi terbaik. Saya harap Bu Yanti bisa lebih berusaha untuk membujuknya," ujar Odelina. Yanti merasa wajahnya memanas mendengar kata-kata Odelina. Dia ingin Odelina menjauh dari Daniel, tapi Odelina malah berharap dia bisa menghentikan anaknya dari mengganggu Odelina.Setelah beberapa saat, Yanti berkata dengan nada memohon, "Odelina, saya pasti sudah mencari cara lain jika saya bisa. Anak saya itu benar-benar keras kepala. Saya hanya bisa meminta tolong sama kamu." "Odelina, saya nggak bermaksud merendahkan kamu, tapi pernikahan itu perlu sepadan. Kamu orang yang paham. Nggak perlu bicara tentang kamu yang sekarang sudah hidup tenang dan nggak mau mempertimbangkan menikah lagi. Bahkan jika kamu mempertimbangkan untuk menika
"Bu Yanti, ada hal lain yang ingin dibicarakan? Kalau nggak, saya pamit pergi dulu, Russel masih di mal, saya harus jemput Russel pulang." Odelina merasa sedikit tidak nyaman. Dia memang tidak pernah memiliki perasaan khusus terhadap Daniel, tapi permintaan Yanti benar-benar membuatnya tak nyaman.Odelina hanya menyewa toko milik Daniel, dan Daniel adalah teman baik adik iparnya. Ditambah dengan bantuan yang sudah diberikan Daniel kepadanya, membuat Odelina harus bersikap lebih hangat kepada Daniel. Namun, Odelina benar-benar tidak memiliki perasaan lebih dari itu. Entah mengapa malah dia yang harus menghadapi tekanan tidak langsung dari Yanti. Odelina merasa tidak bersalah, mengapa dia yang harus meninggalkan Mambera?"Ya sudah, silakan. Hati-hati di jalan, jalanan lagi padat," kata Yanti, berupaya untuk tetap bersikap lembut. Odelina mengambil kunci skuter listriknya, mengucapkan selamat tinggal pada Yanti, lalu berdiri dan pergi. Setelah Odelina pergi, Darius datang. Melihat i
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk