Mendengar perkataan Reiki, para klien itu sangat terkejut dan buru-buru bertanya kepada Reiki, “Pak Reiki, jadi ada wanita yang disukai Pak Stefan? Boleh tahu nggak anak dari keluarga mana?”Mereka benar-benar tidak menyangka pria dingin seperti Stefan bisa menyukai orang.“Hush, itu rahasia. Kalau nggak, Pak Stefan akan menyalahkanku karena mulutku bocor, seperti tukang gossip. Pak Stefan bukan lagi pacaran, tapi agak sedikit tertarik pada wanita itu. Kalau dia sudah jatuh cinta, dengan kepribadiannya yang seperti itu, dia pasti akan mengumumkannya.”Kalau Stefan mengumumkannya, pengagumnya seperti Amelia tidak akan mengganggunya lagi.Para klien itu mengangguk-angguk.Yang penting mereka tahu kalau Stefan ternyata juga bisa suka wanita. Itu sudah cukup. Ada salah satu klien yang memiliki putri yang sudah cukup umur untuk menikah. Dia jadi lebih bersemangat mendengarnya.Dia pikir, kalau Stefan memang suka wanita, maka ke depannya dia akan membawa putrinya setiap kali mereka harus mau
“Aku gajian hari ini. Aku akan mentransfer biaya rumah tangga ke kamu nanti. Biaya yang perlu dikeluarkan tetap harus dikeluarkan, nggak perlu terlalu berhemat.”“Nggak perlu. Uang 200 juta yang kamu kasih ke aku sebelumnya masih sisa banyak. Pengeluaran kita nggak besar, nggak perlu uang sebanyak itu.” Mereka hanya menghabiskan beberapa puluh juta untuk beli perabotan rumah.Sisanya masih ada seratusan juta. Kalau dipakai untuk keperluan rumah tangga, masih bisa digunakan berbulan-bulan.Selain itu, dia juga tidak mungkin menggunakan uang Stefan semua.“Kalau nggak habis, kamu simpan saja. Pria itu kalau pakai uang boros. Aku kasih uangnya ke kamu, kamu tabung. Besok-besok kalau ada keperluan mendesak, jadinya punya uang untuk dipakai. Kalau nggak, aku akan menghabiskannya.”Olivia berpikir sejenak dan berkata, “Boleh juga.”Dia akan mencatat pengeluarannya.Dia akan menabung uang yang dikirimi Stefan setiap bulannya, juga mencatatnya. Ke depannya, kalau mereka berdua sudah saatnya be
“Olivia, kamu bisa merajut benda-benda kecil ini? Cantik sekali,” puji Amelia ketika melihat benda-benda kecil yang dikerjakan Olivia.Dia mengambil kucing keberuntungan yang baru saja selesai dibuat. Setelah mengamatinya dengan seksama, dia memuji, “Cantik banget!”“Kalau kamu suka, aku akan memberi beberapa barang kerajinannya untukmu. Tapi, barang-barang ini nggak berharga.”“Aku menyukainya. Suka banget.” Amelia mengangguk berulang kali, “Terima kasih sebelumnya.”Dia bertanya lagi, “Olivia, apa kamu menjual barang-barang kerajinan ini?”“Iya, aku menjualnya. Aku membuka toko online di internet yang khusus menjual barang-barang kerajinan ini. Penjualannya biasa lumayan bagus, tapi bulan ini sangat banyak yang beli.”Amelia tersenyum dan berkata, “Nanti tolong kasih link tokomu ke aku. Aku akan share di Facebook-ku, bantu merekomendasikannya. Cantik sekali.”Setelah mengetahui nasib Olivia yang cukup malang karena keluarganya itu, Amelia sangat bersedia membantu Olivia menjual produ
Bukan hanya keluarganya yang tidak setuju dia mengejar Stefan, teman-temannya juga membujuknya untuk menyerah saja. Mereka bilang, Stefan tidak gampang dikejar. Terlebih lagi, kedua perusahaan milik keluarga mereka merupakan saingan.Hanya Olivia yang mendukungnya.Dia jadi semakin bergantung pada Olivia dan menganggap Olivia sebagai orang kepercayaan yang bisa mendengarkan curhatnya.“Kalau tuan muda keluarga Adhitama punya istri atau pacar, aku nggak akan mengejarnya lagi. Aku juga berprestasi dan nggak perlu merebut pria orang. Tapi, pria itu jelas-jelas masih single. Aku menyukainya, jadi aku harus melakukan sesuatu. Asalkan aku berusaha, walaupun nanti nggak ada hasilnya, aku nggak akan menyesal di kemudian hari.” Amelia mengutarakan pemikirannya.Olivia berpikir dalam hati. Dengar-dengar, Amelia orangnya sombong dan angkuh. Bagaimanapun juga, wanita ini memiliki latar belakang yang bisa membuatnya sombong dan keras kepala. Namun, yang dia lihat sekarang, Amelia hanyalah gadis bia
“Kalau mau bahas soal mengejar pria, sebenarnya sama saja seperti ketika pria mengejar wanita. Pelajari apa yang orang itu suka, nggak gampang menyerah dan terus berusaha. Pasti akan ada balasannya.”Amelia berpikir sejenak dan berkata, “Aku tahu aku harus gigih. Dulu kakak iparku juga mengejar kakakku duluan. Aku menyaksikan seluruh prosesnya. Saat itu, kakakku juga sangat sombong seperti tuan muda keluarga Adhitama. Orangnya dingin dan nggak bisa didekati.”“Kakak iparku datang mengganggu kakakku setiap hari. Dia sangat tulus dan keras kepala, sehingga kakakku berhasil ditaklukkan olehnya. Dulu kakak iparku juga pernah berpikir untuk menyerah dan nggak muncul di depan kakakku lagi. Nggak disangka, kakakku sudah biasa diganggu olehnya. Jadi, ketika dia nggak muncul dan berniat menyerah, malah kakakku yang balik mengejarnya.”“Sekarang, di Mambera ini siapa sih yang nggak tahu kalau kakakku sangat memanjakan istrinya?”Yang paling membuat Amelia iri adalah rumah tangga penuh kasih yang
Amelia terdiam.Apa dia keras kepala dan sulit dihadapi?Setelah dipikir-pikir, dia harus mengakui bahwa dia memang sedikit susah dihadapi dan keras kepala.Alasan utamanya adalah dia selalu dimanjakan oleh keluarga Sanjaya. Dia memang dimanja, tapi tidak sampai dia tidak menghargai orang lain. Namun, orang-orang juga tidak gampang bergaul dengannya. Kalau orang yang tidak dia sukai berani mondar-mandir di depannya, dia tidak akan sungkan-sungkan untuk mengusir orang itu pergi.Dia tidak akan menjaga muka orang itu.Dia bahkan pernah melakukan itu pada anggota keluarga Sanjaya.Setelah beberapa saat, Amelia berterima kasih kepada Olivia, “Olivia, terima kasih karena sudah berani mengatakan ini padaku. Selama ini, nggak pernah ada yang berani mengingatkanku secara langsung kalau sifatku nggak baik dan harus diubah.”Olivia berpikir dalam hati. Siapa yang berani menyinggung perasaanmu?Hanya dia, orang yang tidak berada dalam lingkaran pertemanan yang sama dengan wanita itu yang berani.
Setelah mengantar Amelia ke pintu, Junia bertanya dengan rasa ingin tahu, “Oliv, bagaimana kamu bisa mengenal Amelia Sanjaya? Dia bahkan berinisiatif untuk mendatangimu.”Olivia memberi tahu Junia tentang bagaimana Amelia menghentikan motornya dan bagaimana dia mengantar wanita itu ke kantor Adhitama Group.Junia, “Ternyata bisa ya begitu.”Harus diakui, Amelia benar-benar gigih dalam mengejar tuan muda keluarga Adhitama. Keberanian dan semangatnya patut diacungi jempol.“Menurutku Amelia nggak seperti yang dibilang orang-orang. Dia memang angkuh, tapi dengan latar belakang keluarganya itu, dia memiliki hak untuk angkuh. Sebenarnya, cara pandangnya dalam berbagai hal sangatlah bagus. Dia padahal sangat menyukai tuan muda keluarga Adhitama, tapi dia bisa bilang kalau pria itu punya pacar, dia nggak akan mengejar pria itu lagi.”Keangkuhan yang dimilikinya itulah yang tidak memungkinkannya untuk terlibat dalam urusan cinta orang lain.Junia setuju dan berkata, “Bagus sekali kalau dia bis
Junia mengerutkan bibirnya, “Dia memang agak buruk. Aku takut nanti anak yang aku lahirkan akan jelek kalau menikah dengan pria jelek. Kamu gitu yang enak, suami istri sama-sama cantik dan ganteng. Anak kalian nanti pasti akan cantik dan ganteng juga.”Dia lebih memilih menikah dengan pekerja kantoran yang mau berusaha dalam hidup. Tidak apa-apa kalau Stefan tidak berasal dari latar belakang keluarga yang kaya. Pria itu bisa masuk ke Adhitama Group dan menjadi salah satu pemimpin dengan kemampuannya sendiri.Orang-orang yang bisa bekerja di kantor pusat Adhitama Group adalah yang terbaik dari yang terbaik.Olivia, “Kamu jangan kebanyakan baca novel, deh. Aku merasa kamu terlalu banyak baca novel, makanya berharap dirimu seperti tokoh utama dalam novel. Kamu ingin bertemu dengan CEO yang muda, tampan dan kaya, yang hanya menyukai tokoh utama wanitanya, setia dan memanjakan istri. Junia, itu hanya di novel. Mana ada CEO semuda itu di dunia nyata?”“Presdir Adhitama Group memang muda, tap
“Dengan kesalahan yang begitu akhirnya kamu dan Fani …. Dari awal nggak ada hubungannya sama Felicia!”"Cakra, Felicia memang nggak tumbuh besar di sisi kita, tapi dia adalah putri kandung kita, darahmu dan darahku mengalir dalam tubuhnya, dialah darah daging kita yang sebenarnya!" "Hal-hal yang buruk selalu kamu lemparkan kepada anak kandungmu sendiri, selalu menyalahkannya tanpa dasar. Apakah ada seorang ayah seperti ini?" Cakra dibuat terdiam karena ucapan istrinya.Sesaat kemudian, dia bertanya, “Aku dan Fani ... karena kebetulan semata, bukan karena ada yang sengaja merencanakan?" “Iya, kalau dibilang ini direncanakan, berarti ini direncanakan oleh anak pertama kesayanganmu. Kalau kamu bisa menerima bahwa anak sulungmu yang merencanakan ini semua, silakan anggap itu sebagai konspirasi. Aku nggak bisa mengendalikan cara berpikirmu." Cakra terdiam karena tidak percaya. Dia ada empat anak dan dalam keadaan tidak tahu Felicia adalah putri kandungnya, Cakra sangat menyayangi putra p
Mereka bisa mengerti jika Felicia diperlakukan seperti itu karena dia bukan anak kandung mereka. Namun, Fani adalah putri kandungnya. Mereka tetap memperlakukannya seperti itu. Fani yang dibesarkan dengan penuh kemanjaan di keluarga Gatara bagaimana mungkin bisa menerima perlakuan seperti itu?Mereka yang memaksanya hingga mati! Katanya itu adalah kematian karena kecelakaan jatuh dari gedung. Aris sama sekali tidak percaya. Dia sangat curiga bahwa Fani didorong jatuh oleh kakak kandungnya sendiri. Di dalam kamar rumah sakit, Patricia meminum sedikit air hangat yang dituangkan oleh putra bungsunya itu. Setelah membasahkan tenggorokannya, dia meletakkan kembali gelas itu dan berbicara pada suaminya yang sedang berbaring di ranjang. "Cakra, kau tahu Fani sudah meninggal, ‘kan?" Mata yang bengkak dan merah serta wajah lelahnya tidak dapat menyembunyikan fakta tersebut. Cakra tidak berani berbohong dan dengan jujur menjawab, "Tadi malam aku sudah tahu. Aris bahkan pergi ke sana. Fani ja
Setelah menerima kabar bahwa Fani meninggal karena jatuh dari gedung, Patricia secara khusus pergi ke rumah sakit. Cakra yang beberapa hari lagi sudah diizinkan pulang tampak terpukul atas kematian Fani. Tubuhnya lesu, matanya bengkak dan merah karena menangis cukup lama.Semalam, yang menemani dan merawatnya di rumah sakit adalah putra bungsunya. Ketika mendengar berita bahwa Fani meninggal akibat jatuh dari apartemen, Aris langsung pergi ke apartemen dan bahkan sempat bertengkar dengan dua kakak kandung Fani sebelum kembali. Ketika Patricia melihat ayah dan anak itu dalam keadaan seperti itu, pandangan matanya dalam dan sulit ditebak. Kedua pria itu yang sedang ditatap oleh Patricia bahkan tidak berani menghela napas berat. Mereka tegang dan terasa terintimidasi. Cakra memberi isyarat kepada putra bungsunya agar memecah keheningan di antara mereka bertiga. Namun, Aris tidak berani. Dia berharap ayahnya saja yang membuka pembicaraan. Akhirnya, setelah saling melempar pandang untuk
Mulai sekarang, dengan siapa pun Ivan akan bersama, tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya. Siapa yang ingin menjadi istri lelaki itu, silakan ambil saja. Yang dia inginkan hanya hidup!“Kak, kamu tahu apa yang kamu lakukan?” marah Felicia pada kakaknya.“Kamu hamper membunuh Kak Dania! Kamu pikir orang di rumah nggak tahu apa yang kamu lakukan di sini dengan perempuan itu?Felicia membungkuk dan mengambil tas kakak iparnya. Dia mengeluarkan setumpuk foto dari dalamnya lalu melemparkan foto-foto itu ke tubuh Ivan. Setelah itu, dia menarik tangan kakak iparnya. Felicia berkata kepada kakak iparnya,“Kak, ayo kita pulang. Biarkan dua orang murahan ini diurus sama Mama.”“Felicia ….”Ivan mengambil foto tersebut dan wajahnya seketika berubah. Dia mendongak, tetapi adiknya sudah menarik istrinya pergi. Tidak berani berlama-lama, lelaki itu segera kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan buru-buru keluar lagi. Melihat Fani yang pingsan karena pukulan Felicia, Ivan hanya menggerta
Dania tidak menjawab melainkan melayangkan satu tamparan kuat. Jejak tangan perempuan itu langsung tercetak di wajah Fani. Bahkan sudut bibirnya tampak berdarah.Dania masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia mengayunkan tasnya dan terus memukuli Fani sambil memaki, "Rendahan! Perempuan murahan! Nggak tahu malu!" Fani sendiri tidak tinggal diam. Kakak ipar dan adik ipar itu pun bergumul, saling menyerang tanpa henti. Keributan mereka begitu besar, dan karena malam itu adalah Minggu malam, hampir semua tetangga sedang berada di rumah. Para tetangga keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, melihat dua wanita sedang berkelahi sengit, mereka ragu untuk melerai karena tidak tahu duduk perkaranya. Ketika Dania memukuli Fani, dia juga menarik dan merobek pakaian tidur seksi yang dikenakan perempuan itu, sambil memaki, "Perempuan murahan! Menggoda suamiku! Akan kuhancurkan kamu, perempuan nggak tahu malu!" Barulah para tetangga menyadari apa yang sedang terjadi. Rupanya, ini ad
“Buat perhitungan dengan kakakmu. Sifatnya nggak akan bisa berubah.”Dania berjalan sambil menjawab Felicia. Dia berjalan dengan penuh emosi, langkahnya sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah melewati ruang tamu dan keluar dari rumah utama. Tidak lama kemudian, Felicia mendengar suara mobil yang menyala dari luar. Kakak iparnya benar-benar pergi. Setelah mengantarkan makanan ke lantai atas untuk ibunya, perempuan itu mencari alasan untuk pergi dan buru-buru keluar rumah untuk mengejar kakak iparnya. Dia bukan khawatir kakak iparnya akan melakukan sesuatu dalam keadaan marah, tetapi takut kakaknya dan Fani akan bekerja sama dan membuat kakak iparnya dirugikan. Di tengah jalan, Felicia menerima telepon dari Vandi.“Bu, kamu ke mana?” tanya lelaki itu yang tahu jika Felicia keluar dan menanyakan tujuannya.“Kakak iparku pergi menangkap basah suaminya selingkuh. Aku takut dia akan disakiti, jadi aku mengikutinya untuk membantu.” Vandi terkekeh dan berkata, “Bukannya Bu Felicia mau meno
Semua ini bisa terjadi karena Patricia yang sangat menyayangi Fani. Bahkan Patricia memperlakukan Fani jauh lebih baik daripada Felicia pada awalnya. Mereka tahu kalau mereka harus menghormati dan membuat senang ibu mertua mereka ketika mereka menikah dengan putra Patricia. Ibu mertuanya sangat baik kepada Fani, jadi dia juga harus bersikap baik kepada gadis itu, sekalipun dia tidak menyukainya. “Cukup,” ujar Patricia menyela perkataan menantunya. “Aku nggak akan menyalahkanmu dalam masalah ini. Semua ini terjadi karena Mama sangat menyayangi Fani sebelumnya.”Di rumah ini, semua orang bertindak atas dasar kepala keluarga Gatara. Jadi, Patricia akan menjadi orang yang bersalah dalam setiap masalah yang terjadi di rumah ini. Kemudian Dania berbisik, “Mama sangat menyayangi Patricia sampai tidak sadar kalau perempuan itu adalah palsu. Aku juga punya seorang anak perempuan, jadi aku paham perasaan Mama.”“Apa kamu sudah mengantar semua anakmu kembali ke sekolah?” tanya Patricia. Patri
Felicia terlihat sangat penasaran. Hal ini membuat Dania juga semakin penasaran. Foto siapa itu?“Kakak, cepat masuk. Jangan sampai Mama menunggu terlalu lama,” desak Felicia sambil berbisik lalu bergegas pergi. Dania menarik napas dalam-dalam. Entah berkah atau hukuman yang akan didapatkannya kali ini, tapi sekarang dia tidak lagi bisa lari ke mana pun. Lagi pula, ibu mertuanya tidak akan mungkin menggigitnya. Dania berjalan masuk ke dalam ruangan dan menemukan ada banyak foto yang berserakan di atas lantai ruang kerja. Ibu mertuanya sedang duduk di kursi yang berada di balik meja sambil memakan permen manisan buah yang sepertinya dibelikan oleh Felicia. Patricia terus memakan permen itu tanpa memedulikan ekspresi menantunya. Kemudian dia berkata kepada Dania setelah selesai menyantap permennya, “Ambil semua foto yang ada di atas lantai.”“Baik, Ma,” ujar Dania langsung mematuhi perintah ibu mertuanya.Dia meletakkan tas tangannya di atas kursi lalu berlutut untuk mengambil foto-f
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d