Rosalina merupakan calon istri pilihan Sarah untuk Calvin. Oleh karena itu, Milla menjadi jauh lebih memperhatikan keadaan keluarga Siahaan. Dia sedikit penasaran kenapa kedua tantenya Rosalina bisa tiba-tiba datang.Saat kedua tantenya Rosalina masuk ke rumah, Milla sudah selesai sarapan dan tengah duduk di sofa sambil membaca majalah. Pak Bahri yang langsung membawa mereka berdua menemui Milla.“Bu, Bu Cahaya dan Bu Intan datang.”Milla mengangguk sambil menutup majalah yang dia baca. Setelah itu dia bangkit berdiri dan tersenyum pada kedua orang tersebut.“Bu Milla,” sapa kedua perempuan itu. Mereka berdua berjanjian untuk datang, tetapi justru berakhir harus menunggu di luar selama beberapa jam. Salah mereka juga karena datang terlalu awal. Mereka pikir Milla sama seperti mereka yang harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.Ternyata Milla justru baru bangun!“Silakan duduk,” ujar Milla mempersilakan mereka.Cahaya menarik adiknya mendekat dan memperkenalkan dirinya, “Bu, saya ta
Intan ikut menimpali, “Benar, dia nggak pantas dan sepertinya keluarga Adhitama juga nggak akan menerima orang buta, kan? Dia bahkan sudah melakukan hal kurang ajar dengan menggugat ibu kandungnya sendiri. Sikapnya itu semakin membuatnya nggak pantas untuk Calvin.”Ternyata kedatangan mereka untuk hal ini. Milla akhirnya mengerti dengan tujuan kedatangan mereka. Kedua perempuan ini tidak bisa melihat hubungan Calvin dan Rosalina yang harmonis dan ingin merusaknya.Apakah mereka berdua sungguh tante kandungnya Rosalina?“Itu pandangan kalian terhadap hubungan keponakan kalian, Rosalina dengan Calvin?” tanya Milla dengan senyuman yang mulai lenyap.“Kalian beranggapan Rosalina nggak pantas dengan anak saya? Kalian menganggap sikapnya buruk? saya sudah mendengar cerita tentang gugatannya terhadap ibu kandungnya. Saya dengar kalau ayah kandungnya mati di tangan ibunya. Dia membunuh keluarga sendiri demi keadilan, seharusnya lukanya lebih parah.”“Saya merasa kalian yang menjadi tantenya se
Setelah Milla selesai berbicara, dia menatap kedua perempuan di hadapannya yang terdiam. Mereka menangkap maksud Milla yang mengatakan bahwa dia tidak keberatan dengan Rosalina yang tidak bisa melihat.Mereka pernah mendengar tentang para orang tua keluarga Adhitama yang berpikiran terbuka. Namun mereka tidak menyangka akan sampai pada tahap seperti ini.Calvin begitu luar biasa, lelaki itu suka dengan orang buta tetapi ibunya tidak keberatan. Apakah mertua dari kalangan konglomerat begitu berhati besar?“Ada yang ingin disampaikan oleh Bu Cahaya dan Bu Intan?” tanya Milla dengan santun.“Kalau nggak ada lagi, saya juga nggak menahan kalian lagi karena saya harus keluar,” lanjut Milla sambil mengusir secara halus.Dengan cepat Cahaya berkata, “Kami nggak ada apa-apa lagi, karena Bu Milla nggak keberatan dengan perempuan yang nggak bisa melihat, maka kami juga nggak akan ikut campur. Maaf sudah merepotkan Ibu.”Setelah mengatakan itu dia bangkit berdiri bersamaan dengan Intan. Keduanya
“Aku tebak saja. Kemarin malam dua tantenya datang ribut-ribut ke rumahnya. Akhirnya Rosalina memerintah sekuriti untuk mengusir mereka. Aku yang menemani Rosalina dan mereka menasihatiku untuk berpisah dengan Rosalina. Katanya Rosalina itu buta.”“Aku nggak heran kalau mereka akan cari Mama. Apa yang mereka katakan sama Mama?”“Intinya dia bilang Rosalina nggak pantas bersanding denganmu karena buta. Selain itu Rosalina menggugat ibu kandungnya sendiri dan mencelakai ayah sambungnya. Dia berharap Mama akan melarang kalian bersama.”Meski lelaki itu bisa menebak bahwa tantenya Rosalina datang ke Vila Permai, wajahnya tetap berubah menggelap ketika mendengar ucapan ibunya. Bahkan dia saja tidak tega memarahi Rosalina, mereka justru mengatakan Rosalina buta.Kalau ketemu mereka lagi, Calvin pasti akan meminta anak buahnya untuk mengusir mereka berdua.“Ma, bagaimana cara Mama balas mereka?” tanya Calvin.“Mama bilang saja kalau sebagai orang tua, pandangan Mama cukup terbuka. Asal kamu s
“Kamu harus semangat, siapa tahu tahun ini bisa menikahi Rosalina.”“Tahun ini aku pasti bisa jadiin Mama mertua,” sahut Calvin dengan penuh percaya diri.“Ya sudah, kamu lanjutkan dulu kesibukanmu. Mama mau ke tempat Om kamu dulu.”Calvin berdeham dan menunggu ibunya memutuskan sambungan telepon terlebih dahulu. Setelah percakapan di telepon sudah usai, Milla bangkit dan beranjak menuju kediaman kakak iparnya. Ketiga ipar keluarga Adhitama sangat akrab dan dekat. Saat tahu Stefan dan istrinya pulang, menantu Sarah yang kedua dan ketiga bersama-sama menghampiri mereka.Bagian rumah utama mendadak menjadi sangat ramai. Yang paling diminati tentu saja Russel yang lucu. Sandy ingin membawa bocah itu untuk bermain layangan karena angin yang cukup kencang.“Tugas liburanmu sudah selesai?” tanya Stefan.Dengan bangga Sandy menjawab, “Kemarin malam sudah aku selesaikan. Kalau belum selesai, aku nggak akan berani ke sini.”“Sepertinya tugasmu terlalu sedikit. Satu malam saja bisa selesai semua
Memikirkannya saja sudah membuat Sandy ketakutan.“Aku main sehari saja,” ujar Sandy dengan pasrah. Dia tidak berani meminta libur lebih lama lagi.Wanda hanya diam dan menulikan telinganya ketika melihat anaknya yang paling bungsu dipaksa oleh para kakaknya. Sandy merupakan anak paling kecil di antara para kakaknya. Dia paling disayang dan dimanja serta memiliki delapan orang kakak yang mengurusnya. Dengan begitu, Wanda yang merupakan ibu kandungnya tidak perlu repot-repot mengurus putranya itu.“Russel, Ayo! Kita keluar untuk main layangan!”Sandy yang mendapatkan libur sebanyak sehari langsung membawa Russel bermain dengan puas. Daniel yang merasa tidak tenang dengan Sandy memutuskan untuk ikut juga. Dia harus tetap terus menaklukkan Russel agar bocah itu menyukainya. Dengan begitu maka tidak sulit jika dia ingin menggantikan posisi Roni sebagai ayah dari anak itu.“Milla, katanya kedua tantenya Rosalina datang mencarimu. Ada apa?” tanya Sarah pada menantunya.“Dua orang yang nggak
Dewi berkata, "Nasib anak itu sangat malang, dia nggak akan mendapatkan cobaan yang sangat kejam.”Meski menantunya tidak memiliki latar belakang keluarga yang ternama, setidaknya Olivia sehat. Perempuan itu juga terus mengalami kemajuan. Sebelumnya Dewi memang sedikit tidak puas dengan Olivia. Akan tetapi jika dibandingkan dengan Rosalina, dia juga sudah tidak keberatan lagi.Selain itu, mereka sudah bersama dalam waktu yang cukup lama. Kedua menantu dan mertua itu sudah memiliki hubungan yang erat." Dia sedang menyusun rencana besar. Kalian anak-anak muda pergi bermain saja, nggak perlu menemani kami yang sudah tua ini," kata Nenek sambil mengusir cucu-cucunya untuk bermain.Stefan membawa Olivia keluar untuk mencari Russel. Sedangkan Odelina yang tidak ingin bertemu dengan Daniel memutuskan untuk tinggal di rumah bersama dengan para orang tua dan mendengarkan percakapan mereka. Meski dia tidak bisa ikut dalam perbincangan tersebut, dia tidak merasa minder.Odelina tahu bahwa dia be
Sarah tersenyum dan berkata, “Nenek sudah tahu dari dulu, awalnya Daniel nggak mau mengakui bahwa dia menyukaimu. Dia beranggapan bahwa dia menyukai Russel, dan bersikap baik padamu karena kamu adalah ibunya Russel. Mungkin awalnya dia memang menyukai anak ini, tetapi secara perlahan-lahan dia mulai menyukaimu.”Wajah Odelina memerah dan dia berkata, “Nenek, aku nggak ada perasaan apa pun pada Pak Daniel. Dia mengungkapkan perasaannya padaku, tapi aku menolaknya dengan halus.”“Alasannya karena ibunya? Sebenarnya dia bukan orang yang jahat, tetapi penganut pasangan yang harus dari latar belakang yang sama. Sejujurnya, pernikahan dengan latar belakang yang sama merupakan pilihan terbaik. Kita juga nggak boleh menyalahkan dia karena mempertahankan prinsip tersebut,” ujar Sarah.“Aku juga beranggapan bahwa pernikahan yang sederajat adalah pilihan yang baik. Aku dan Pak Daniel sangat berbeda dan aku nggak pernah memikirkan akan ada hubungan apa pun dengan dia. Aku hanya seorang penyewa bia
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk