“Odelina dan Russel juga datang. Aku sungguh datang untuk melihat Nenek.”Daniel duduk dan memilih untuk menonton Sarah berlatih Taici.“Dulu waktu Nenek masih ada, aku selalu minta nenekku untuk ikut Nenek latihan Taici. Tapi nenekku nggak mau mendengarkanku.”Neneknya Daniel seumuran dengan Sarah, tetapi kondisi fisik mereka berdua sungguh berbeda jauh. Sarah sampai saat ini masih sangat sehat dan tidak perlu ditemani oleh orang lain untuk bepergian. Bahkan perempuan itu masih bisa menghukum anak cucunya. Sedangkan neneknya sudah tutup usia sejak lama.“Nenekmu adalah perempuan anggun dan elegan yang sesungguhnya. Beda sama Nenek yang berandalan dan biasa saja.”“Kata siapa Nenek berandalan dan biasa saja? Jelas-jelas Nenek juga perempuan anggun dan elegan,” ujar Daniel.Sarah terkekeh dan berkata, “Waktu kakek buyut Nenek masih hidup, keluarga Nenek cukup terpandang. Waktu Nenek dilahirkan, keluarga bangkrut sampai rumah keluarga harus diserahkan ke pemerintah. Nenekmu itu anggun se
Sarah menggandeng Russel untuk berjalan keluar dari gazebo sambil bertanya pada Stefan.“Dua tantenya Rosalina yang ada di depan itu sibuk menjelek-jelekkan Rosalina dan berniat untuk menguasai seluruh kekayaan keluarga Siahaan. Aku nggak perhatiin hal yang lebih detail karena itu urusan Calvin.”Rosalina kelak hanya akan menjadi adik iparnya saja. Selain permintaan adik iparnya sendiri, Stefan tidak akan ikut campur urusan keluarga Siahaan.“Calvin juga nggak begitu ikut campur, kan? Rosalina bisa menyelesaikannya, Calvin hanya perlu berdiri di belakang perempuan itu untuk menjadi pendukung Rosalina saja.”Sarah cukup puas dan percaya dengan cucu menantu pilihannya. Dia yakin Rosalina akan menyelesaikan urusan kekayaan keluarga Siahaan. Stefan diam dan tidak menjawab. Tidak butuh waktu lama bagi Sarah untuk mengganti topik pembicaraan.Cucunya yang kedua dan ketiga tidak perlu dia khawatirkan. Dia sudah memilih jodoh yang tepat dan mereka juga akan mengejar jodoh mereka sendiri. Hanya
Stefan bungkam dan tidak berbicara. Ini semua merupakan tanggung jawab dan tantangan yang harus dihadapi oleh Olivia. Perempuan itu menoleh menatap suaminya yang diam dan berkata,“Kalau begitu aku harus memanfaatkan waktu selama beberapa hari ini untuk belajar. Aku akan tanya dengan kalian kalau ada yang nggak dimengerti.”Olivia tahu sebagai nyonya muda di keluarga Adhitama, dia harus mengemban beberapa tanggung jawab. Namun Olivia tidak menyangka kalau dia harus memegang kendali atas aset keluarga. Selain itu dia juga tidak menyangka kalau nantinya dirinya harus mengurus Vila Permai yang begitu luas.Dia ingat saat pertama kali bertemu dengan Mulan, perempuan itu tengah mengurus Vila Ferda.Sepertinya dia akan sama seperti Mulan yang nantinya akan mendapat tugas untuk mengurus pekerjaan mertua. Saat ini Mulan sudah sangat paham dan menguasainya, sedangkan Olivia masih belum mulai.Selain itu, Mulan ada dasarnya meski dia bukan berasal dari keluarga kaya, setidaknya keluarga Mundita
Meski pernikahan belum diadakan, keluarga Adhitama sudah mulai meminta adiknya mengurus usaha keluarga. Dengan begitu artinya mereka percaya dengan adiknya ini. Odelina akhirnya bisa sepenuhnya merasa tenang karena adiknya jauh lebih beruntung dari dirinya.Dimulai dari pernikahan yang bertujuan membuat Odelina tenang sehingga memutuskan menikah kilat dengan Stefan, hingga akhirnya sekarang mereka berdua saling mencintai. Odelina yakin kehidupan mereka akan bahagia.Yang paling penting, sebagai keluarga terkaya nomor satu, keluarga Adhitama tidak pernah keberatan dengan latar belakang Olivia. Hal ini tentu merupakan hal yang sangat sulit.Olivia memeluk lengan mertuanya sambil berkata dengan nada manja, “Ma, kami baru saja pulang, aku nggak boleh senang-senang dulu?”Dewi menyentil keningnya dengan sayang dan berkata, “Memangnya kamu masih belum cukup bersenang-senang? Akhir-akhir ini kamu juga nggak begitu sibuk. Selain jaga toko, kebun sayurmu juga ada yang mengurus. Kalian yang seba
“Pembukuan lama sudah disalin ulang, lebih mudah dibaca kembali.”Dewi menjelaskan sambil menunjuk komputer yang ada di meja sambil berkata, “Pembukuannya terlalu banyak. Terlalu repot kalau kamu harus baca satu-satu. Di komputer juga ada salinannya, lebih mudah kamu lihat.”Olivia menatap rak buku tersebut sambil berusaha keras menekan rasa terkejutnya dan bertanya, “Ma, ini semua usaha keluarga kita?”“Iya.”“Nenek bilang hanya beberapa properti yang disewakan dan juga toko retail. Usaha kecil yang perlu aku urus.”Melihat begitu banyak pembukuan, Olivia merasa dirinya tidak akan sanggup memahami seluruh usaha keluarga Adhitama dalam waktu beberapa hari. Olivia juga bukan orang yang memahami pembukuan dan tentu saja merupakan hal yang baru.“Benar, hanya usaha kecil saja. Kamu hanya perlu tahu ada di mana dan siapa yang mengurus usaha itu. Setiap bulan untung atau rugi, akan ada yang mengirimkan laporan keuangan setiap bulannya. Tapi kamu harus mempelajarinya di belakang itu biar ngg
“Kalau ada yang kurang dimengerti, kamu boleh tanya kami dan juga Stefan. Dia juga tahu urusan rumah,” kata Dewi. Olivia mengangguk dan merasa lega mengingat ada Stefan yang membantunya.“Sekarang kamu mau turun atau masih mau di sini?” tanya Dewi.Olivia berpikir sejenak dan berkata, “Kakakku dan Pak Daniel sudah datang, karena hari ini ada tamu jadi aku ikut Mama turun dulu. Bukunya ada banyak sekali, aku juga nggak bisa membacanya hingga tuntas dalam sekejap. Nanti malam aku cari waktu untuk ke sini lagi.”Dewi mengangguk dan keduanya keluar dari ruang baca. Dewi tidak lupa mengunci pintu ruang baca kembali dan berkata,“Ruang baca itu ruang yang penting. Biasanya nggak ada orang lain yang diizinkan masuk. Kebersihan di ruangan juga kita sendiri yang bertanggung jawab. Selama kamu nggak ada di rumah, Mama yang akan membereskannya. Nanti setelah kamu dan Stefan pindah ke Vila Permai, Mama serahkan semua ke kamu.”“Iya, Ma.”Pantas saja Stefan tidak ingin dia segera pindah ke sini. Ka
Rosalina merupakan calon istri pilihan Sarah untuk Calvin. Oleh karena itu, Milla menjadi jauh lebih memperhatikan keadaan keluarga Siahaan. Dia sedikit penasaran kenapa kedua tantenya Rosalina bisa tiba-tiba datang.Saat kedua tantenya Rosalina masuk ke rumah, Milla sudah selesai sarapan dan tengah duduk di sofa sambil membaca majalah. Pak Bahri yang langsung membawa mereka berdua menemui Milla.“Bu, Bu Cahaya dan Bu Intan datang.”Milla mengangguk sambil menutup majalah yang dia baca. Setelah itu dia bangkit berdiri dan tersenyum pada kedua orang tersebut.“Bu Milla,” sapa kedua perempuan itu. Mereka berdua berjanjian untuk datang, tetapi justru berakhir harus menunggu di luar selama beberapa jam. Salah mereka juga karena datang terlalu awal. Mereka pikir Milla sama seperti mereka yang harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.Ternyata Milla justru baru bangun!“Silakan duduk,” ujar Milla mempersilakan mereka.Cahaya menarik adiknya mendekat dan memperkenalkan dirinya, “Bu, saya ta
Intan ikut menimpali, “Benar, dia nggak pantas dan sepertinya keluarga Adhitama juga nggak akan menerima orang buta, kan? Dia bahkan sudah melakukan hal kurang ajar dengan menggugat ibu kandungnya sendiri. Sikapnya itu semakin membuatnya nggak pantas untuk Calvin.”Ternyata kedatangan mereka untuk hal ini. Milla akhirnya mengerti dengan tujuan kedatangan mereka. Kedua perempuan ini tidak bisa melihat hubungan Calvin dan Rosalina yang harmonis dan ingin merusaknya.Apakah mereka berdua sungguh tante kandungnya Rosalina?“Itu pandangan kalian terhadap hubungan keponakan kalian, Rosalina dengan Calvin?” tanya Milla dengan senyuman yang mulai lenyap.“Kalian beranggapan Rosalina nggak pantas dengan anak saya? Kalian menganggap sikapnya buruk? saya sudah mendengar cerita tentang gugatannya terhadap ibu kandungnya. Saya dengar kalau ayah kandungnya mati di tangan ibunya. Dia membunuh keluarga sendiri demi keadilan, seharusnya lukanya lebih parah.”“Saya merasa kalian yang menjadi tantenya se
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk