“Aku akan menghitung sampai tiga. Kalau kamu masih belum bisa mengambil keputusan, aku akan membawamu pergi.”Melihat Rosalina masih menolak untuk mengatakan iya, Calvin kembali mengancam.Dia benar-benar mulai menghitung.Rosalina khawatir pria itu akan benar-benar membuatnya pingsan dan membawanya pergi. Jadi, ketika pria itu menghitung sampai dua, dia cepat-cepat menyela dan berkata, “Kalau begitu, tolong antar aku pulang. Tapi, kamu sudah minum banyak alkohol. Nggak boleh mengemudi setelah minum.”Calvin tersenyum dan berkata, “Aku nggak minum setetes alkohol pun, karena aku memang berencana untuk mengantarmu pulang.”Dia adalah groomsmen yang paling tidak bertanggung jawab malam ini.Groomsmen lainnya membantu Reiki untuk minum alkohol, menggantikan Reiki bersulang dengan para tamu, sementara dia satu-satunya yang tidak minum satu tetes pun.Rosalina tidak bisa berkata apa-apa.Tangan yang hangat itu menggenggam tangannya. Dia ingin melepaskan diri.“Ada banyak orang yang keluar m
Tak lama kemudian, Calvin dan Rosalina sampai ke vila keluarga Siahaan.Villa Keluarga Siahaan terang benderang. Ada beberapa mobil yang diparkir di pintu masuk dan di halaman, juga sebuah ada truk. Ada orang yang terus menerus memindahkan barang dari truk ke dalam rumah.Calvin menghentikan mobilnya dan bertanya kepada Rosalina, “Kamu mau pindah? Atau kamu memindahkan barang dari tempat lain ke sini?”“Apa?” Rosalina belum turun dari mobil. Pintu dan jendela mobil tertutup rapat, jadi dia tidak bisa mendengar suara yang ada di depan pintu vila. Dia tertegun ketika mendengar pertanyaan Calvin.Dia berkata, “Ada beberapa mobil yang diparkir di depan rumahmu, dan sebuah truk di halaman. Seseorang sedang memindahkan barang-barang dari truk ke dalam rumah. Seperti sedang pindah rumah. Apa kamu sudah menyetujui orang pindah ke rumahmu?”“Nggak.” Rosalina melepas sabuk pengamannya, mengambil tongkatnya, lalu membuka pintu dan keluar dari mobil.“Kalau tebakanku nggak salah, dua tanteku yang
“Rosalina, coba saja kalau kamu berani buang barang-barang kami.”“Kenapa aku nggak berani? Ini rumahku, dan aku nggak suka kalian tinggal di rumahku. Aku nggak akan membiarkan kalian tinggal di sini. Memangnya kenapa?”“Ini adalah rumah kami!”Rosalina tersenyum dan berkata, “Rumah kalian itu rumah yang surat kepemilikannya atas nama Kakek dan Nenek. Rumah ini bukan rumah mereka lagi, jadi bukan rumah kalian. Meskipun aku keponakan kalian, aku nggak punya kewajiban untuk menghidupi kalian, jadi aku nggak mengizinkan kalian untuk tinggal di sini!”Kedua bibinya ini mempunyai pikiran yang sama dengan pamannya. Mereka memilih untuk membohonginya tentang kematian ayahnya. Sekarang, mereka menolak untuk membantunya. Mereka juga menyebutnya licik dan mencaci-makinya.Mereka tidak baik padanya, jadi dia juga tidak perlu baik pada orang-orang ini.“Kalau papamu masih hidup dan Tante mau pindah ke rumah ini, papamu juga nggak bisa mengusir Tante. Atas dasar apa kamu memperlakukan Tante seperti
Perkataan kedua bibinya itu bagaikan jarum yang menusuk di hati Rosalina.Dia merasa sangat rendah dan merasa tidak pantas bersanding dengan Calvin.Setelah mendengarkan perkataan kedua bibinya, dia semakin merasa harus menjauh dari Calvin.Dia buta! Tidak bisa melihat apa-apaCalvin memperingatkan kedua wanita itu dengan muka masam, “Aku nggak akan mempermasalahkan ini lebih lanjut karena kalian berdua tantenya Rosalina. Tutup mulut kalian. Kalian nggak pantas menilai Rosalina pantas atau nggak untukku. Aku hanya menyukainya. Putri-putri kalian itu bahkan nggak pantas membawakan sepatuku, apalagi bersanding denganku!”Kalau Rosalina setuju untuk menikah dengannya, Rosalina akan menjadi menantu kedua dari keluarga Adhitama. Anak-anak perempuan dari kedua bibi ini bahkan tidak pantas memakai sepatu Rosalina!”“Apa yang kalian lakukan, berdiri di sana? Cepat buang sampah-sampah itu keluar!” Calvin meninggikan suaranya.Pengawal Keluarga Siahaan bisa menilai dengan cerdas perintah mana ya
Kalau Jordan, keponakan laki-laki mereka satu-satunya, anak itu bahkan belum dewasa. Mereka sama sekali tidak menganggapnya dengan serius.Mereka berdua tahu dari pengacara kalau kakak dan kakak ipar mereka akan dijatuhi hukuman berat, terutama ipar mereka, yang mungkin bisa dijatuhi sepuluh bahkan dua puluh tahun. Kakak mereka sudah mencelakai adik mereka sampai meninggal. Kalau polisi berhasil menemukan semua buktinya, kakak mereka itu juga akan dijatuhi hukuman berat.Kakak dan ipar mereka akan menghabiskan sisa hidup mereka di penjara, sementara harga keluarga Siahaan sangat banyak dan bisnis mereka sangat besar. Mereka tidak bisa membiarkan Rosalina si Buta itu mengambil alih seenaknya saja. Mereka harus merebutnya dan membagi semuanya dengan rata. Satu orang mungkin bisa dapat 10 triliun.“Kak, nanti kalau kasus Kak Johan disidangkan, apa kita mau memberikan saksi di pengadilan,” tanya Intan dengan lirih, tiba-tiba teringat akan kasus kakak mereka.Mereka tidak memiliki bukti yan
Calvin mengambil segelas air hangat dan menyesapnya dengan anggun.“Calvin.” Rosalina menghadap pada pria itu dan berkata dengan tenang, “Aku bukan tunanganmu.”“Sekarang memang bukan, tapi kamu akan menjadi tunanganku dan bahkan istriku di masa depan.”Calvin berkata dengan sikap dominan, “Rosalina, aku sudah yakin mau memilihmu. Aku nggak akan menikahi wanita lain selain kamu. Terserah kamu mau menghindar, atau menerimanya. Yang jelas, aku hanya mau menikahimu.”“Aku tahu aku membuatmu tersinggung waktu itu. Itu salahku. Wajar saja kamu marah. Tapi, aku nggak menyesal. Aku memang menyukaimu dan ingin menciummu, ingin membuktikan dan memperlihatkannya pada semua orang bahwa kamu adalah milikku.”Rosalina sangat marah mendengar perkataan Calvin itu, sampai-sampai dia tidak mau berkata apa-apa.Tak peduli dia mau bilang apa, pria itu sepertinya tidak akan mendengar.“Rosalina, jangan menghindar dariku lagi.” Calvin bergeser mendekati Rosalina, lalu mengulurkan tangan dan mengambil tas w
“Mulai besok, aku akan mengirimimu bunga setiap hari, secara resmi mulai mengejar cinta calon tunanganku. Aku akan memberitahu semua orang di Mambera bahwa kamu, Rosalina, akan dilindungi olehku, Calvin.”Rosalina tidak bisa berkata-kata.“Aku akan mengatakannya satu kali lagi. Kalau kamu terus menghindariku, aku akan pindah dan tinggal di toko bungamu, atau tinggal di rumahmu. Jangan haram kamu bisa lepas dariku, kecuali kalau kamu nggak mau buka toko lagi, atau nggak mau pulang ke rumah lagi.”Rosalina diam saja.Dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena terlalu kesal pada Calvin.Sementara itu, suasana hati Calvin sedang sangat baik. Wanita ini sudah membuatnya sengsara hampir setengah bulan.Dia ingin mendapatkan kompensasinya, beserta bunga-bunganya.“Ini sudah larut. Pergilah ke kamarmu dan istirahatlah lebih awal. Aku akan datang dan sarapan bersamamu besok pagi. Tunggu aku datang. Aku akan mengantarmu ke toko bunga. Kalau kamu nggak menungguku, ….” Jari-jarinya yang ramping meny
Karena itulah, Reiki berpura-pura mabuk.“Sayang.”Tidak ada orang yang mengganggu di kamar pengantin mereka, jadi mereka bisa menikmati malam pertama sepuasnya.Reiki mendekat, duduk di tepi tempat tidur sambil memeluk Junia dan menatap Junia dengan mata membara.“Sayang, kita jangan buang-buang waktu lagi,” katanya, hendak mencium Junia, tapi Junia mendorongnya.“Aku belum menghapus riasanku, juga belum berganti pakaian. Aku juga masih harus mandi. Kamu juga,” ujar Junia sambil berdiri dan duduk di depan meja rias, lalu melepas satu per satu perhiasan yang dipakainya terlebih dahulu.Dia bisa dibilang pohon perhiasan berjalan hari ini.Reiki memberinya banyak sekali perhiasan, yang cukup untuk membuka toko perhiasan. Orang tuanya juga menyiapkan banyak perhiasan untuknya. Ketika dia keluar, leher dan tangannya penuh dengan perhiasan, yang kilauannya mungkin bisa membutakan semua orang.Junia merasa dirinya seperti toko perhiasan keliling saat itu.“Sayang, kamu terlihat sangat cantik
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa