Setelah makan di rumah keluarga Sanjaya, Nenek Sarah dan Yuna mengobrol sejenak tentang keadaan keluarga masing-masing. Setelah itu, dia dan Jordy pergi dari rumah keluarga Sanjaya. Semua orang mengantar mereka berdua keluar. Setelah Jordy membawa nenek pergi dengan mobil, Yuna berbalik dan melihat Jonas. Yuna mengatupkan bibirnya, tidak mengatakan apa-apa. Lalu, Yuna masuk kembali ke dalam rumah.Tiara ingin beristirahat setelah makan siang. Rudy menemani istrinya. Sesaat setelah itu, hanya Amelia dan Jonas yang masih berdiri di halaman."Mau jalan-jalan?" Amelia mengajak Jonas.Jonas tersenyum lembut, "Jalan-jalan habis makan, ide bagus.”Seyum Jonas memberikan kesan tersendiri untuk Amelia. Setiap kali Amelia berbicara dengan Jonas, Jonas selalu tersenyum lembut kepadanya. Keduanya berjalan keluar dari halaman rumah keluarga Sanjaya.Di sebuah kamar di lantai dua, Yuna berdiri di depan jendela. Dia melihat putri kesayangannya dan Jonas berjalan keluar bersama.Yuna berbicara dengan
Amelia tidak tahu kalau semua orang di keluarganya khawatir dia akan dibawa pergi oleh Jonas.Dia dan Jonas keluar dari vila, lalu berjalan santai di sepanjang jalan cor semen.Biasanya, dia naik mobil keluar dan masuk vila, jadi dia tidak terlalu memperhatikan pemandangan di area vila.“Setelah bertahun-tahun tinggal di sini, aku baru sadar bahwa pemandangan di sini cukup indah. Tanaman hijaunya banyak dan ada banyak sekali kursi di pinggir jalan agar orang bisa duduk dan beristirahat ketika lelah. Tak jauh di depan juga ada sebuah pendopo.”Begitu memasuki area vila, ada taman kecil dengan pepohonan rindang, fasilitas olahraga untuk orang dewasa, dan arena bermain untuk anak-anak.Vila Keluarga Sanjaya dibangun dengan cara membeli beberapa vila kecil, lalu direnovasi sendiri menjadi vila besar dengan fasilitas olahraga dan rekreasi yang lengkap.Oleh karena itu, Amelia jarang berjalan-jalan di taman kecil di area vila ini. Maksudnya adalah, dia biasanya hanya melihat-lihat pemandanga
Amelia duduk dan berkata, “Baguslah. Aku nggak tahan melihat orang-orang bermesraan. Setiap kali melihat Olivia dan Junia, aku jadi iri pada mereka.”“Amelia, kamu nggak perlu iri pada mereka. Kamu akan bahagia di masa depan, sama seperti mereka.”“Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa tepan, tapi kalau aku nggak bahagia, aku nggak akan mau menahannya. Yang jelas, kalau suamiku nggak memperlakukanku dengan baik, aku akan menceraikannya dan pulang ke rumah orang tuaku. Dua kakakku bisa menghidupiku selama sisa hidupku.”Kepercayaan diri seorang wanita yang sudah menikah berasal dari keluarganya sendiri.Amelia merasa keluarganya sangat mampu mendukungnya.“Nggak akan, mertuamu pasti akan sangat baik padamu.”Jonas merasa para orang tua di keluarganya sangat baik. Tidak ada yang akan mempersulit menantu mereka.“Jangan ngomongin aku lagi. Cepat beri tahu aku, wanita mana yang kamu suka? Dia pasti dari Mambera kan? Rumah yang kamu beli di sini pasti untuk wanita itu.”Jonas me
“Jonas, beri aku waktu untuk memikirkannya.”Amelia tidak menolak Jonas, tapi dia juga tidak menerima pria itu secara langsung. Dia hanya ingin memikirkannya.Jonas berkata dengan penuh pengertian, “Aku mengerti. Aku bisa memikirkannya pelan-pelan. Aku nggak terburu-buru, bahkan kalau kamu nggak mau menerimuku, aku bersedia menunggu, menunggu sampai kamu bisa menerimaku suatu hari nanti.”Amelia tersenyum dan berkata, “Aku hanya merasa semua ini agak mendadak.”“Maaf.” Jonas meminta maaf.Dia merasa semua orang bisa melihat bahwa dia tertarik pada Amelia, jadi rasanya tidak baik kalau dia menunda untuk mengungkapkan perasaannya kepada Amelia.Jadi, waktu Amelia bertanya, dia langsung mengakunya.Jika dia mencintai wanita ini, dia harus mengungkapkan perasaannya terhadap wanita ini.Tidak semua orang bisa merasakan cinta orang lain terhadap mereka.Tiba-tiba, ada keheningan di antara mereka berdua.Setelah duduk beberapa saat, Amelia berdiri dan berkata, “Ayo pulang.”“Oke.”Saat berjal
Amelia tersenyum dan berkata, “Aku hanya baik di mata kalian. Di mata orang lain, aku adalah putri keluarga kaya yang liar. Orang tua di luuar sana nggak pernah mempertimbangkan aku untuk menjadi menantu mereka. Mereka merasa, mereka nggak bisa mengatur menantu sepertiku.”Dia tidak akan membiarkan dirinya ditindas oleh orang lain. Keluarganya kuat.Keluarga kaya di luar sana kebanyakan tidak akan mempertimbangkan untuk menjadikannya menantu mereka. Pria yang memiliki latar belakang keluarga mirip dengannya kebanyakan sudah menikah, atau lebih muda darinya. Dia juga tidak akan mempertimbangkan pria yang lebih muda darinya.“Itu karena mereka nggak bisa menilai orang. Mereka tidak mengamati dan memahamimu, hanya mendengar apa yang dikatakan orang-orang. Waktu pertama kali bertemu denganmu, aku dan Olivia langsung merasa kamu adalah orang yang jujur dan suka berterus terang.”Junia kembali ke dapur untuk membuat jus.“Amelia, kamu benar-benar wanita yang sangat baik. Bukan berarti kami
Amelia tersenyum dan berkata, “Baru juga dibilang, orangnya sudah datang.”“Junia membuat jus pir dan bilang mau menyiapkan satu gelas untukmu, karena dia bilang kamu akan segera kembali. Dia baru saja bilang, kamu sudah pulang. Untung saja, kami nggak lagi ngomongin kamu yang buruk-buruk.”Olivia tersenyum dan berkata, “Junia pasti mendengar langkah kakiku.”Junia memberikan jus pir kepada kedua temannya itu.Olivia membawa jus itu ke meja kasir, lalu mengambil meja makan kecil tempat dia dan Junia biasa makan, dan menata meja.Mereka bertiga duduk di meja dan membawa jus masing-masing.“Oliv, kamu pergi ke Spring Blossom untuk mencari Rosalina?”Amelia bertanya, “Bagaimana kabar Rosalina? Dia sangat hebat, bisa menuntut ayah tiri dan ibu kandungnya, meskipun dia nggak bisa melihat.”“Aku pergi membeli karangan bunga untuk diantar ke tempat Stefan, tapi aku nggak melihat Rosalina di sana. Nggak tahu dia pergi ke mana. Karyawannya bilang akan meminta Rosalina untuk meneleponku ketika d
Kalau Amelia tidak kunjung menikah, Olivia akan selalu merasa dia telah merampas kebahagiaan Amelia.Amelia sangat mencintai Stefan dulu, tapi Stefan menikahinya.Jadi, Olivia berharap Amelia segera menemukan belahan jiwanya. Asalkan Amelia bahagia, maka Olivia akan merasa lebih baik.Meski Amelia tak pernah menyalahkannya, dia tak menyangka bahwa dialah yang “merebut” Stefan dari Amelia.Amelia bilang, Amelia dan Stefan tidak ditakdirkan untuk bersama, bahwa ini tidak ada hubungannya dengannya.Stefan tidak mencintainya, dan itulah kenyataannya.Kalaupun Olivia tidak muncul, akan ada wanita lain yang muncul.Daripada orang lain yang muncul, lebih baik Olivia saja.Amelia dengan bangga mengatakan bahwa Stefan jadi harus memanggilnya “kakak sepupu” karena menikah dengan Olivia. Dia diam-diam merasa senang bisa membuat pria yang dingin dan angkuh seperti Stefan memanggilnya “kakak sepupu”.“Oliv.” Amelia menjabat tangan Olivia.“Jangan sampai kamu merasa bersalah padaku. Kamu nggak perlu
Reiki berkata, “ …. Bukannya kamu masih ada acara bisnis malam ini?”Dia mengubah topik pembicaraan, untuk mencegah Stefan terus berbicara tentang buket bunga itu, seolah-olah dia belum pernah menerima karangan bunga saja.“Aku akan menjemput istriku sekarang. Dia akan menemaniku ke acara itu malam ini.”Reiki berkata, “Oh. Aku hanya akan bekerja seminggu lagi, lalu cuti.”Ini juga sudah dekat tanggal pernikahannya dengan Junia.Stefan berkata, “Bukannya masih ada waktu setengah bulan sebelum pernikahan kalian?”Reiki berjalan keluar bersama Stefan dan berkata, “Setengah bulan hanya dua minggu, kenapa aku nggak boleh istirahat seminggu sebelumnya?”Stefan tidak mungkin menyuruhnya untuk bekerja sampai hari pernikahan, bukan?Stefan tidak bisa berkata apa-apa.“Pak Stefan, Pak Reiki.” Ketika keduanya berjalan keluar, semua orang menyapa mereka dengan hormat.“Kamu ikut denganku?” tanya Stefan, mengangkat alisnya ketika melihat Reiki ikut berjalan ke mobil Stefan.“Aku juga mau menjempu
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa