Olivia membersihkan meja makan kecil hingga bersih.Melihat sajian makanan tersebut, hati Olivia merasa hangat. Stefan selalu menyediakan makanan kesukaan Olivia.“Calvin ngomong apa ke kamu? Dia bikin masalah lagi, ya?”Stefan mengambilkan makanan untuk istrinya, kemudian bertanya penasaran.“Dia salah paham sama Rosa terus melakukan sesuatu yang seharusnya nggak dia lakuin. Setelah itu dia datang ke sini, minta aku bantuin dia minta maaf. Aku bilang, salah dia sendiri, jadi dia yang harus tanggung akibatnya.”Olivia tidak menguraikan secara rinci kejadian yang terjadi. Menurutnya, hal tersebut merupakan urusan pribadi antara Calvin dan Rosa. Oleh karena kepercayaan yang diberikan oleh adik iparnya, dia memilih untuk tidak menceritakannya, termasuk kepada Stefan. Olivia merasa dengan demikian kelak Rosa tidak merasa canggung saat bertemu dengannya.Meski Olivia tidak menjelaskan secara rinci, Stefan, berdasarkan pengalamannya sendiri, mampu menebak kejadian tersebut. Stefan pun memili
Setelah berpikir sejenak, Yanti memutuskan untuk terlebih dahulu menjenguk Odelina sebelum mengunjungi temannya.Yanti menuju ke kamar Odelina.Ketika pengawal keluarga Adhitama melihat Yanti mendekat, seseorang masuk lebih dulu ke kamar Odelina untuk memberitahunya.Ketika Yanti mendekat, pengawal keluarga Adhitama tidak menghalanginya. Mereka mengetuk pintu dan membantunya membuka pintu kamar."Bu Yanti."Bi Lesti dan seorang pelayan lainnya sedang makan di ruang tamu. Melihat Yanti masuk, keduanya segera menaruh kotak makan mereka dan berdiri sambil memanggil Yanti dengan penuh hormat."Kalian lagi makan, ya. Nggak apa-apa, aku cuma mau jenguk Odelina. Silahkan lanjutkan makannya."Yanti sudah makan sebelum berangkat.Namun, Bi Lesti tetap mengantarkan Yanti masuk ke dalam kamar.Odelina sudah kenyang. Russel makan dengan lambat. Odelina sedang menyuapinya sambil berkata, "Russel, kamu nggak boleh loh ya selalu makan pelan-pelan gini. Nanti di TK, kamu harus bisa makan sendiri.""Ma
Yanti melihat tidak ada bunga atau keranjang buah yang baru dikirimkan ke ruangan pasien Odelina. Dia pun benar-benar percaya pada kata-kata Odelina. Dalam hati Yanti bergumam, "Apa Daniel benar-benar nggak datang jenguk Odelina? Tapi dia ngaku datang untuk jenguk Odelina." Odelina mengatakan dia tidak melihat Daniel. Berarti hanya ada satu kemungkinan, yakni Daniel memang datang tetapi tidak masuk ke ruangan. Jadi Odelina tidak melihatnya. Masalahnya ada pada Daniel."Dia datang ke rumah sakit, berada di lantai yang sama, kenapa nggak mampir?" Yanti berkata dengan tampang seolah-olah tidak ada yang terjadi.Odelina hanya tersenyum dan tidak menjawab. Interaksi antara dia dan Daniel memang cukup sering, kebanyakan saat Daniel mampir ke tokonya untuk sarapan. Daniel telah banyak membantu, tetapi sebenarnya dia hanya membantu karena pertimbangan hubungan Odelina dengan Stefan, suami adiknya.Yanti melihat Russel yang sedang makan dan berkata, "Odelina, saya pergi dulu, ya. Kamu suapin
Olivia melihat pesan yang dikirim oleh kakaknya. Setelah berpikir sejenak, dia membalas, “Kak, nggak pernah terpikir kah kalau kebaikan Pak Daniel bukan karena Stefan?”Odelina menjawab, “Kalau bukan karena Stefan, lalu karena apa? Dia bantu aku karena Stefan. Saat aku mulai kerja di perusahaannya, dia terima aku karena Stefan. Aku dengar dia telpon Stefan.”“Sebenarnya kak, aku mau cerita setelah kakak keluar rumah sakit. Tapi melihat Bu Yanti bicara gitu, aku merasa kakak terlalu diperlakukan tidak adil.” Setelah mengirim pesan tersebut, Olivia memutuskan untuk menelepon.Odelina segera menjawab. “Apa sih, Liv? Ada apa yang aku nggak tau? Kenapa Bu Yanti bicara begitu?”“Kak, waktu kakak kecelakaan dan nggak sadar semalaman, Pak Daniel yang nungguin di luar ruang ICU. Dia yang lihat kakak kayaknya nangis dan ngabarin dokter. Dia nggak tidur semalaman, nungguin. Setelah kakak sadar, kakak sangat lemah, jadi nggak tau semua itu.”Odelina terkejut, dan berkata, “ … Dia nungguin aku sema
"Olivia!"Odelina dengan serius berkata, "Kakak nggak tertarik sama dia sama sekali. Aku bener-bener nggak ada perasaan buat Pak Daniel, dan Bu Yanti sudah punya pilihan calon istri buat dia, Cherly itu sempurna.""Aku, kalau memang mau menikah lagi, juga nggak akan milih Pak Daniel. Jarak antara aku dengan Pak Daniel itu jauh banget. Di mata Bu Yanti, aku ini bukan calon menantu yang dia inginkan. Kalau aku dan Pak Daniel jadian, aku harus hadapi kritik dan tekanan dari mertua.""Olivia, aku sudah susah payah keluar dari keluarga Pamungkas. Nggak mungkin aku mau masuk lagi ke dalam keluarga Lumanto.""Mertuaku dulu mungkin memang susah dihadapi, tapi dia nggak berbahaya. Tapi ibu-ibu di keluarga kaya raya itu kompleks, kamu kira semua mertua bakal kayak mertuaku dulu? Menjadi menantu di keluarga kaya itu nggak gampang. Aku sama Pak Daniel bedanya jauh banget, Bu Yanti juga nggak suka sama aku. Kalau aku sampai jadi menantunya, nggak tahu ntar aku diapain sama dia."Odelina bisa berpik
"Kak, maaf ya." Olivia menyadari bahwa menyembunyikan sesuatu dari kakaknya selama ini adalah kesalahannya. Dalam kata-kata kakaknya, mereka lahir dari ibu yang sama, telah bergantung satu sama lain selama bertahun-tahun, dia mungkin bisa menyembunyikan dari siapa pun tapi tidak seharusnya dari kakaknya, meskipun itu untuk kebaikan kakaknya. Namun, banyak orang yang merasa bahwa apa yang mereka lakukan untuk kebaikan orang lain benar-benar untuk kebaikan orang itu. Apakah mereka pernah bertanya, apakah orang lain membutuhkan bantuan mereka?"Kakak tahu kamu khawatir sama Kakak, Kakak nggak marah, kok. Tapi, jangan sembunyiin hal-hal penting kayak gini dari Kakak lagi, ya. Soal ini, kamu juga nggak usah khawatir, Kakak bisa handle, kok." "Aku percaya sama kakak. Semangat ya, Kak!" "Pasti, dong. Kakak akan semangat." Odelina berkata, "Kamu terusin saja dulu, kakak mau tidur sebentar sama Russel." "Nanti sore setelah toko tutup, aku ke sana, ya." "Oke." Setelah menyelesaikan panggil
Sejak menyelesaikan masalah rumah yang ditinggalkan oleh orang tuanya di kampung, sudah lama ia tidak mendengar kabar dari keluarganya di kampung halaman. Sesekali saat membicarakan tentang kampung, apa yang disampaikan adiknya kepadanya hanya perkembangan pasar mereka. Olivia memperkirakan bahwa pasar mereka akan bisa mulai ditanami pada awal Juni. Dia berencana menanam beberapa jenis sayuran seperti kangkung, sawi, caisim, terong, dan cabai. Dalam hal menentukan tanaman apa yang harus ditanam, Olivia memiliki pengetahuan lebih dibandingkan Amelia dan Junia. Mereka memiliki pembagian tugas yang jelas. Olivia menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan bagaimana mengelolanya, sementara Junia dan Amelia bertanggung jawab atas pemasaran dan pengambilan pesanan."Biarkan mereka masuk."Walaupun Odelina enggan untuk berinteraksi dengan keluarga di kampung halamannya, tapi mengingat yang datang adalah kerabat dan lebih tua darinya, dia menyuruh pengawal untuk mempersilakan keluar
Pantas saja hari ini begitu tenang. Hari ini Odelina tidak mendengar keributan dari keluarga mantan mertuanya. Ternyata, adiknya telah membantu menyelesaikan masalah tersebut. Harus diakui, cara ini memang cukup bagus. Kakek dan neneknya memang terkenal sebagai orang yang keras kepala dan sulit untuk diajak bicara. Mengingat usia mereka yang sudah lanjut, tanpa harus melakukan banyak hal, cukup dengan berbaring di depan rumah keluarga Pamungkas, mereka pasti sudah dapat mengendalikan situasi."Olivia tahu kalian sudah datang?""Tahu, dong. Olivia sudah urusin orang buat bantu kita sewa rumah. Semua barang yang kita butuhin buat sehari-hari sudah disiapin. Rumah yang kita sewa satu lantai sama rumah sewaan keluarga Pamungkas. Mereka keluar masuk harus lewat depan pintu kita."Odelina tak bisa menahan tawanya dan berkata, "Wah, jadi ngerepotin Kakek Nenek, dong." Odelina benar-benar sudah muak dengan gangguan dari keluarga mantan suaminya. Mereka selalu ingin Odelina untuk rujuk den
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu