Olivia melihat pesan yang dikirim oleh kakaknya. Setelah berpikir sejenak, dia membalas, “Kak, nggak pernah terpikir kah kalau kebaikan Pak Daniel bukan karena Stefan?”Odelina menjawab, “Kalau bukan karena Stefan, lalu karena apa? Dia bantu aku karena Stefan. Saat aku mulai kerja di perusahaannya, dia terima aku karena Stefan. Aku dengar dia telpon Stefan.”“Sebenarnya kak, aku mau cerita setelah kakak keluar rumah sakit. Tapi melihat Bu Yanti bicara gitu, aku merasa kakak terlalu diperlakukan tidak adil.” Setelah mengirim pesan tersebut, Olivia memutuskan untuk menelepon.Odelina segera menjawab. “Apa sih, Liv? Ada apa yang aku nggak tau? Kenapa Bu Yanti bicara begitu?”“Kak, waktu kakak kecelakaan dan nggak sadar semalaman, Pak Daniel yang nungguin di luar ruang ICU. Dia yang lihat kakak kayaknya nangis dan ngabarin dokter. Dia nggak tidur semalaman, nungguin. Setelah kakak sadar, kakak sangat lemah, jadi nggak tau semua itu.”Odelina terkejut, dan berkata, “ … Dia nungguin aku sema
"Olivia!"Odelina dengan serius berkata, "Kakak nggak tertarik sama dia sama sekali. Aku bener-bener nggak ada perasaan buat Pak Daniel, dan Bu Yanti sudah punya pilihan calon istri buat dia, Cherly itu sempurna.""Aku, kalau memang mau menikah lagi, juga nggak akan milih Pak Daniel. Jarak antara aku dengan Pak Daniel itu jauh banget. Di mata Bu Yanti, aku ini bukan calon menantu yang dia inginkan. Kalau aku dan Pak Daniel jadian, aku harus hadapi kritik dan tekanan dari mertua.""Olivia, aku sudah susah payah keluar dari keluarga Pamungkas. Nggak mungkin aku mau masuk lagi ke dalam keluarga Lumanto.""Mertuaku dulu mungkin memang susah dihadapi, tapi dia nggak berbahaya. Tapi ibu-ibu di keluarga kaya raya itu kompleks, kamu kira semua mertua bakal kayak mertuaku dulu? Menjadi menantu di keluarga kaya itu nggak gampang. Aku sama Pak Daniel bedanya jauh banget, Bu Yanti juga nggak suka sama aku. Kalau aku sampai jadi menantunya, nggak tahu ntar aku diapain sama dia."Odelina bisa berpik
"Kak, maaf ya." Olivia menyadari bahwa menyembunyikan sesuatu dari kakaknya selama ini adalah kesalahannya. Dalam kata-kata kakaknya, mereka lahir dari ibu yang sama, telah bergantung satu sama lain selama bertahun-tahun, dia mungkin bisa menyembunyikan dari siapa pun tapi tidak seharusnya dari kakaknya, meskipun itu untuk kebaikan kakaknya. Namun, banyak orang yang merasa bahwa apa yang mereka lakukan untuk kebaikan orang lain benar-benar untuk kebaikan orang itu. Apakah mereka pernah bertanya, apakah orang lain membutuhkan bantuan mereka?"Kakak tahu kamu khawatir sama Kakak, Kakak nggak marah, kok. Tapi, jangan sembunyiin hal-hal penting kayak gini dari Kakak lagi, ya. Soal ini, kamu juga nggak usah khawatir, Kakak bisa handle, kok." "Aku percaya sama kakak. Semangat ya, Kak!" "Pasti, dong. Kakak akan semangat." Odelina berkata, "Kamu terusin saja dulu, kakak mau tidur sebentar sama Russel." "Nanti sore setelah toko tutup, aku ke sana, ya." "Oke." Setelah menyelesaikan panggil
Sejak menyelesaikan masalah rumah yang ditinggalkan oleh orang tuanya di kampung, sudah lama ia tidak mendengar kabar dari keluarganya di kampung halaman. Sesekali saat membicarakan tentang kampung, apa yang disampaikan adiknya kepadanya hanya perkembangan pasar mereka. Olivia memperkirakan bahwa pasar mereka akan bisa mulai ditanami pada awal Juni. Dia berencana menanam beberapa jenis sayuran seperti kangkung, sawi, caisim, terong, dan cabai. Dalam hal menentukan tanaman apa yang harus ditanam, Olivia memiliki pengetahuan lebih dibandingkan Amelia dan Junia. Mereka memiliki pembagian tugas yang jelas. Olivia menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam dan bagaimana mengelolanya, sementara Junia dan Amelia bertanggung jawab atas pemasaran dan pengambilan pesanan."Biarkan mereka masuk."Walaupun Odelina enggan untuk berinteraksi dengan keluarga di kampung halamannya, tapi mengingat yang datang adalah kerabat dan lebih tua darinya, dia menyuruh pengawal untuk mempersilakan keluar
Pantas saja hari ini begitu tenang. Hari ini Odelina tidak mendengar keributan dari keluarga mantan mertuanya. Ternyata, adiknya telah membantu menyelesaikan masalah tersebut. Harus diakui, cara ini memang cukup bagus. Kakek dan neneknya memang terkenal sebagai orang yang keras kepala dan sulit untuk diajak bicara. Mengingat usia mereka yang sudah lanjut, tanpa harus melakukan banyak hal, cukup dengan berbaring di depan rumah keluarga Pamungkas, mereka pasti sudah dapat mengendalikan situasi."Olivia tahu kalian sudah datang?""Tahu, dong. Olivia sudah urusin orang buat bantu kita sewa rumah. Semua barang yang kita butuhin buat sehari-hari sudah disiapin. Rumah yang kita sewa satu lantai sama rumah sewaan keluarga Pamungkas. Mereka keluar masuk harus lewat depan pintu kita."Odelina tak bisa menahan tawanya dan berkata, "Wah, jadi ngerepotin Kakek Nenek, dong." Odelina benar-benar sudah muak dengan gangguan dari keluarga mantan suaminya. Mereka selalu ingin Odelina untuk rujuk den
"Kakek Nenek, barang-barang suplemen ini mahal, lho. Cocok buat kalian yang sudah sepuh. Simpen buat sendiri saja, jangan dibagi ke orang lain." Meski Odelina tak bisa memberikan uang pada kedua orang tua itu, setidaknya dia bisa memberi barang sedikit. Luka yang diberikan mereka kepada dua saudara perempuan itu di masa lalu sangat mendalam. Meski sekarang mereka sedang meminta bantuan dari keduanya untuk menyelesaikan masalah, Odelina masih tidak bisa sepenuhnya memaafkan mereka. Pasti adiknya memberi insentif kepada mereka untuk membantu."Odelina, kamu masih dirawat di rumah sakit, simpan suplemen ini untuk dirimu sendiri. Kamu perlu memulihkan diri." Walau Nenek Puspa menolak di mulutnya, tapi dia tetap meminta cucunya mengambil tas besar berisi barang tersebut.Setelah mengantar mereka keluar dari kamar, Odelina meminta Hendra menjaga kedua orang tua itu dengan baik. Kemudian, dia kembali ke kamarnya dan menelepon adiknya....Di Lumanto Group, Daniel baru saja menyelesaikan
Ketika memasuki lift khusus CEO dan hanya ada mereka berdua, Yanti berbicara tanpa basa-basi. Dia berkata dengan nada kesal, "Kalau kamu nggak mau nikah sama Cherly juga nggak apa-apa, Mama cariin lagi cewek yang sama derajatnya sama kita. Pokoknya, kamu cuma boleh nikah sama anak dari keluarga terkenal, nggak boleh sama Odelina!""Daniel, semua yang Mama bilang ke kamu itu serius, bukan bercanda. Kalau kamu bisa bikin hujan berwarna merah di seluruh dunia, baru Mama setuju kamu sama Odelina."Daniel, meskipun mendengar ketegasan ibunya, tetap tenang dan berkata, "Mama datang hari ini buat bicara soal ini lagi? Kayaknya kita nggak perlu ngomongin ini lagi, deh, sudah nggak ada yang bisa diobrolin lagi!""Ini urusan hidupku, soal pernikahanku juga, Mama nggak usah campur tangan. Kalau Mama mau aku lepasin Odelina, kalau bisa bikin nenek bangkit dari kematian dan nenek juga nggak setuju aku sama Odelina, baru aku lepasin dia."Yanti dengan kesal berkata, "Nenekmu sudah meninggal bertahu
"Sendirian juga ada serunya, kok. Kamu nggak usah kepikiran banget juga." Reiki berusaha menghibur temannya. Ketika belum ada wanita yang dia sukai, Daniel merasa menjadi lajang itu menyenangkan. Namun setelah menemukan seseorang yang disukai, dia ingin menjadi seperti Reiki, segera mengakhiri masa lajangnya. Dia berharap nanti setelah pulang kerja, ada seseorang yang peduli padanya dan selalu menanyakan kabarnya. Odelina pasti akan menjadi istri yang baik! Roni tidak tahu cara menghargai Odelina. Jika Daniel berkesempatan hidup bersama Odelina, dia pasti akan sangat menghargai Odelina."Daniel, siapa sih yang ngirim kamu pesan? Stefan ya? Dengar nih, Stefan mungkin masih terpesona sama Olivia sekarang. Dia bakalan mendukung dua kakak beradik itu. Sebelum kamu nikah sama Cherly, mending jaga jarak dulu sama Stefan, ya."Yanti dengan yakin mengatakan bahwa Stefan pasti akan memihak kepada Olivia. Calon istri Reiki adalah sahabat dekat Olivia. Keluarga Santoso juga cukup mapan, seba
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba
“Sayang, siapa yang telepon pagi-pagi begini?”Tiara mendengar suara dering ponsel. Dia membalikkan tubuhnya, lalu bangun dan duduk. Kemudian, dia membungkuk untuk menggendong anaknya yang menangis.“Jangan gendong dia, Sayang. Kalau kamu gendong dia, dia nggak akan mau minum susu yang aku buatkan.”Aksa segera menghentikan istrinya menggendong anak mereka. “Kecil-kecil dia sudah pintar sekali. Begitu cium aroma tubuhmu, dia nggak akan mau minum susu formula lagi.”Tiara melihat Aksa yang sudah mulai membuat susu. Dia pun tidak jadi menggendong anaknya. Tidak masalah bayi menangis sebentar.“Pengurus rumah tangga yang menelepon. Katanya ada bapak-bapak tua datang ke sini cari Mama. Mereka bilang mereka orang yang selama ini Mama cari.”Aksa menjawab pertanyaan istrinya sambil membuat susu. “Nggak tahu benar atau bukan. Aku suruh dia jamu mereka dulu. Habis kasih susu ke anak, aku baru turun.”“Orang yang selama ini Mama cari adalah orang kepercayaan Nenek saat Nenek masih hidup, kan?”
Pada saat ini, anak Aksa sedang menangis. Aksa menggendong putranya dan berjalan mengelilingi ruangan sambil membujuknya. Tiara bertanya bahkan tanpa membuka matanya, “Lagi lapar atau popoknya sudah harus diganti?”“Mungkin karena lapar. Sayang, kamu tidur saja. Biar aku yang bujuk. Aku buatkan susu dulu. Habis minum susu, dia bisa tidur sampai jam sembilan lewat.”Tiara bergumam pelan. Dia membalikkan badan dan tidur lagi. Ada pengasuh di rumah, tapi si kecil hanya bisa digendong oleh pengasuh saat tidur. Saat bangun, dia akan menangis dalam waktu dua menit jika digendong oleh pengasuh. Karena dia tidak mencium aroma ibunya.Oleh karena itu, Tiara harus mengurus anaknya sendiri hampir sepanjang hari. Untung saja mertua dan adik iparnya mau bantu. Si kecil juga sangat bekerja sama. Kalau tidak, Tiara pasti akan sangat lelah.Amelia sering memuji keponakannya karena sudah bisa mengenali orang. Kalau keluarga yang gendong, dia tidak akan menangis. Sekali digendong pengasuh, dia pasti men
Setya berkali-kali ingin kembali untuk membalaskan dendam, tapi Panca dan yang lainnya menghentikannya. Mereka bilang jika Setya kembali dan bisa membalaskan dendam, lantas siapa yang akan menjadi kepala keluarga Gatara? Kecuali Setya telah menemukan putri kepala keluarga sebelumnya.Setya baru mendapat kabar tentang putri kepala keluarga sebelumnya tahun ini. Itu juga berkat si Rubah Perak. Setelah mengetahui keberadaan putri kepala keluarga Gatara sebelumnya, Cipta ingin segera menemuinya. Apa daya, kondisi kesehatannya yang buruk membuatnya tidak bisa bepergian jauh.Panca butuh waktu lama untuk mengobati Setya, itu pun hanya sedikit lebih baik. Setya juga merasa dia sudah semakin tua. Dia berharap bisa segera menemui putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya ingin memberitahu semuanya serta menyerahkan sebagian bukti kecil yang ada di tangannya.Setya merasa bersalah kepada kepala keluarga Gatara sebelumnya karena gagal membalaskan dendamnya. Dia hanya bisa menyerahkan tanggun
“Aku baik-baik saja.” Si pria yang batuk berkata dengan suara pelan. “Cuma karena kita kejar perjalanan terus, aku sudah nggak sanggup lagi.”“Hei, cepat bukakan pintu untuk kami. Kamu nggak lihat kami sudah nggak sanggup lagi? Nggak usah peduli siapa kami. Karena kami datang ke sini, berarti kami tamu. Keluarga Sanjaya nggak tahu bagaimana cara menjamu tamu?”Pria tua yang berkata kalau dia bisa mendobrak pintu memiliki suara yang sangat keras, serta sifat yang agak kasar. Dia memelototi si pengurus rumah tangga, mendesaknya untuk membuka pintu. Seandainya dia tidak ditahan oleh yang lain, dia pasti sudah merobohkan gerbang pagar.“Putu.”Pria tua yang menopang pria tua yang batuk memanggil pria tua yang kasar itu dengan suara berat. Pria tua yang bernama Putu itu langsung terdiam.“Anak muda, kakak tertua kami ini adalah orang yang selalu dicari majikanmu. Tenang saja, kami bukan orang jahat.”“Tolong bukakan pintu untuk kami. Biarkan kami masuk dan minum segelas air hangat. Kakak te