Keluarga Ardaba.Kedatangan rombongan mobil khusus Stefan bisa dibilang cukup awal.Stefan dan Reiki adalah sahabat karib, sekaligus atasan dan bawahan. Selain itu, dia dan istrinya adalah perantara jodoh Reiki dan Junia. Sudah sepatutnya mereka datang lebih awal.Para tetua dari keluarga Santoso dan keluarga Ardaba semua hadir.Ketika melihat Handi Adhitama dan istrinya tiba, para tetua dari Santoso dan keluarga Ardaba segera menyambut mereka. Reiki dan Junia pun menyambut.Dewi dan suaminya belum mengenal orang tua Junia. Orang tua Reiki memperkenalkan mereka.Setelah bersalaman dan bertukar sapa ringan, Gloria memandang Dewi, tersenyum dan berkata, "Bu Dewi sih kelihatannya kayak kakaknya Stefan, ya. Awet muda banget."Olivia turun dari mobil dan mendekati mereka, dia tersenyum dan menimpali, "Iya nih, kalau aku jalan sama mama, orang-orang bilang kita kayak adik-kakak."Dewi tertawa, "Kalian memang jago bikin aku senang, ya."Gloria berkata, "Bu Dewi, bukan cuma pujian lho ini. Oli
“Kita berdua sebahagia apa, Reiki sama Junia pasti segitu bahagianya juga.”Kedua keluarga merasa sangat berterima kasih kepada Stefan dan Olivia.Keluarga Ardaba beranggapan bahwa setelah Stefan menikah, dia masih ingat untuk membantu sahabat baiknya, Reiki, dengan memperkenalkannya kepada Junia. Hal ini dianggap sebagai bentuk persahabatan yang mendalam.Orang-orang dari keluarga Santoso memiliki pandangan yang sama.Para tetua keluarga Ardaba sangat menyukai Junia. Bahkan setelah kedatangan Reiki, Alex Santoso jadi terasa seperti berada di bayangan. Junia pun kerap kehilangan perhatian dari orang tuanya. Ia sering mengeluh kepada Reiki bahwa setelah Reiki datang, kedua orang tuanya tampaknya lebih memperhatikan Reiki daripada dirinya.Reiki terlihat sangat puas dengan dirinya sendiri.Banyak tamu yang datang ke pesta pertunangan itu mengendarai mobil mereka sendiri. Namun, ada beberapa tamu yang datang dengan pesawat pribadi, mendarat di landasan pribadi milik keluarga Ardaba.Denga
Stefan menatap Olivia sejenak, lalu berbisik pelan di telinganya. Olivia tak bisa menahan diri untuk mencubit lengan Stefan.Stefan malah tertawa, berkata, "Ayo, aku bawa keluar lihat-lihat."Olivia sangat bersemangat.Pasangan suami istri itu berjalan di halaman depan rumah keluarga Ardaba, dan melihat Rhoma Arahan bersama istrinya dan sepasang "putra" mereka memasuki area dengan pengawalan anggota keluarga Ardaba dan keluarga Santoso.Dari kerumunan, Ricky, ketika melihat "pria" berwajah dingin yang berdiri di belakang Rhoma, matanya tampak lebih dalam. Dia tidak mengetahui bahwa orang dari keluarga Arahan Cianter juga akan datang ke acara Reiki.Amelia dengan gelas anggur merah di tangannya mendekati Olivia, berkata kepada Stefan, "Stefan, aku mau ngobrol sebentar sama Oliv. Boleh minggir bentar, nggak?"Wajah Stefan langsung kecut. Wanita ini berani-beraninya ingin merebut istrinya dari dia secara terang-terangan.Amelia sangat menikmati melihat ekspresi Stefan yang muram tapi tak
Setelah pasangan suami istri itu pergi, Amelia mendekat ke Jonas dan berbisik mengeluh, "Stefan itu memang dominan banget deh. Dia takut adik sepupuku itu terpikat oleh si kembar keluarga Arahan. Si Oliv langsung dibawa pergi."Jonas hanya menjawab dengan senyum simpul, memberikan kesan seorang pria beradab dan bersikap santun kepada Amelia. "Pak Stefan memang terkenal sebagai suami yang sangat memanjakan istrinya. Memang benar, kembar keluarga Arahan sangat mempesona. Meskipun aku nggak terlalu kenal dengan mereka, tapi aku sering dengar cerita tentang kedua saudara itu. Putra tertua keluarga Arahan adalah CEO Aurora Group dan sangat dipercayai oleh Pak Rhoma.""Ronald, si putra nomor dua, memilih untuk berbisnis sendiri dan tidak ingin mengambil alih bisnis keluarga. Kudengar Pak Rhoma ingin memberikan Aurora Group kepada putra bungsunya."Amelia bertanya dengan tulus, “Pak Rhoma pilih kasih banget dong? Jelas-jelas si putra tertuanya yang punya kemampuan untuk mengambil alih Aurora
Jonas tersenyum sambil mengamatinya dan berkata, "Aku juga merasa kedua putra keluarga Arahan itu nggak cocok buat kamu. Tapi, kalau cuma buat lihat-lihat saja, memang enak dipandang mata, sih."Amelia mengangguk, merasa Jonas sangat memahami dirinya.Semua tamu sudah hadir, dan acara pertunangan pun dimulai.Melihat Junia tampak bahagia, Amelia berkata dengan penuh kekaguman, "Sekarang aku punya tiga teman. Dua di antaranya sudah menemukan cinta dan kebahagiaan mereka. Sementara aku sama Rebecca masih saja jomblo. Lihat Oliv dan Junia yang bahagia banget, bikin iri saja."Stefan dan Reiki memang orang yang dapat diandalkan untuk hidup bersama.Mereka setia dalam hubungannya. Perempuan yang bisa mendapatkan hati dan menjadi istri mereka berarti akan dimanja sepanjang hidup.Siapa wanita yang tidak suka dimanja?"Rebecca sudah bisa move on dari masalah cintanya dulu nggak?" Jonas bertanya, lalu menambahkan, "Kamu juga nggak usah buru-buru. Pasti akan ada orang yang tepat buat kamu dan n
Begitu Ricky duduk, ia segera menyapa Rika. Rika hanya mengangguk padanya sebagai respons atas sapaannya.Orang-orang yang hadir di acara itu semuanya memiliki status dan kedudukan. Mereka pun asyik berbincang satu sama lain.Olivia diam-diam memerhatikan Rika. Rika dan adik kembarnya memang sangat mirip. Keduanya berpenampilan dengan setelan jas yang rapi. Sulit sekali membedakan penampilan mereka berdua.Dalam hatinya, Olivia merasa kagum dengan kecerdikan Nenek Sarah. Rika yang berada jauh di Cianter, tetap bisa menjadi perhatian neneknya. Nenek bahkan mampu mengungkap rahasia yang telah disembunyikan Rika selama lebih dari dua dekade tentang jenis kelamin aslinya dan menjodohkannya dengan Ricky.Melihat Olivia terus memandanginya, Rika membalas tatapannya. Tertangkap basah! Namun, Olivia tidak menghindar dan dengan berani memandang kembali mata Rika."Pak Riko." Olivia menyapa dengan senyuman."Non Olivia." Rika membalas sapaan Olivia dengan suara yang dalam. Olivia bisa merasakan
Olivia pun tertawa, nenek Stefan adalah nenek terbaik yang pernah dia temui.Dibandingkan dengan neneknya sendiri, bedanya benar-benar seperti antara langit dan bumi."Kalau kamu punya nenek seperti ini, harus benar-benar dihargai. Kalau misalnya aku punya selusin nenek seperti dia, aku tetap nggak akan merasa kebanyakan."Stefan yang paling dekat dengan neneknya berkata, "Punya orang tua itu adalah sebuah kekayaan."Setelah berdiam sejenak, Olivia berkata, "Tapi, tergantung orang tua yang mana. Beberapa orang tua yang suka bikin ribut sih yang ada malah bikin generasi mudanya merasa terganggu, mereka bukan 'harta'."Stefan meremas tangan Olivia. "Pak Reiki dan Junia, kemari. Toast dulu."Olivia tidak ingin membahas lebih jauh topik tak menyenangkan itu, dia segera mengalihkan topik.Reiki dan Junia mengunjungi meja demi meja untuk bertoast. Ketika sampai di meja Stefan, Stefan bercanda dengan sahabatnya, "Reiki, malam ini kamu tampak ceria sekali, pipimu merah kayak udang rebus. Kamu
Junia tertawa, "Nggak apa-apa, yang penting aku masih sadar. Aku bisa bawa mobil, bawa kamu ke KUA. Nanti pas kamu setengah sadar, aku bisa 'menculikmu', kita urus pernikahan dan kamu akan jadi milikku seumur hidup, jangan harap bisa kabur lagi.""Aku nggak bakal lari, aku rela diikat olehmu seumur hidup, jadi pilar dan perlindunganmu, memberimu perlindungan dari hujan dan angin, semua uang yang aku hasilkan untukmu. Buat belanja.""Pak Reiki, kalian berdua bahkan saat bersulang pun masih saja gombal-gomabalan. Pertimbangkan juga dong perasaan kami para bujangan elit ini."Calvin bergurau.Reiki mengetuk keras gelasnya dengan Calvin sambil tertawa, "Giliranmu sebentar lagi."Dia melirik Rosalina yang duduk dengan tenang di samping Calvin.Rosalina tidak bisa melihat Reiki, tapi dia bisa merasakan tatapannya. Dia menghadap Reiki dan Junia, meraih gelasnya, dan mengangkatnya ke arah mereka. "Pak Reiki, Junia, semoga kalian bersama sampai tua."Junia tersenyum dan beradu gelas dengan Rosa
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk