Stefan menatap Olivia sejenak, lalu berbisik pelan di telinganya. Olivia tak bisa menahan diri untuk mencubit lengan Stefan.Stefan malah tertawa, berkata, "Ayo, aku bawa keluar lihat-lihat."Olivia sangat bersemangat.Pasangan suami istri itu berjalan di halaman depan rumah keluarga Ardaba, dan melihat Rhoma Arahan bersama istrinya dan sepasang "putra" mereka memasuki area dengan pengawalan anggota keluarga Ardaba dan keluarga Santoso.Dari kerumunan, Ricky, ketika melihat "pria" berwajah dingin yang berdiri di belakang Rhoma, matanya tampak lebih dalam. Dia tidak mengetahui bahwa orang dari keluarga Arahan Cianter juga akan datang ke acara Reiki.Amelia dengan gelas anggur merah di tangannya mendekati Olivia, berkata kepada Stefan, "Stefan, aku mau ngobrol sebentar sama Oliv. Boleh minggir bentar, nggak?"Wajah Stefan langsung kecut. Wanita ini berani-beraninya ingin merebut istrinya dari dia secara terang-terangan.Amelia sangat menikmati melihat ekspresi Stefan yang muram tapi tak
Setelah pasangan suami istri itu pergi, Amelia mendekat ke Jonas dan berbisik mengeluh, "Stefan itu memang dominan banget deh. Dia takut adik sepupuku itu terpikat oleh si kembar keluarga Arahan. Si Oliv langsung dibawa pergi."Jonas hanya menjawab dengan senyum simpul, memberikan kesan seorang pria beradab dan bersikap santun kepada Amelia. "Pak Stefan memang terkenal sebagai suami yang sangat memanjakan istrinya. Memang benar, kembar keluarga Arahan sangat mempesona. Meskipun aku nggak terlalu kenal dengan mereka, tapi aku sering dengar cerita tentang kedua saudara itu. Putra tertua keluarga Arahan adalah CEO Aurora Group dan sangat dipercayai oleh Pak Rhoma.""Ronald, si putra nomor dua, memilih untuk berbisnis sendiri dan tidak ingin mengambil alih bisnis keluarga. Kudengar Pak Rhoma ingin memberikan Aurora Group kepada putra bungsunya."Amelia bertanya dengan tulus, “Pak Rhoma pilih kasih banget dong? Jelas-jelas si putra tertuanya yang punya kemampuan untuk mengambil alih Aurora
Jonas tersenyum sambil mengamatinya dan berkata, "Aku juga merasa kedua putra keluarga Arahan itu nggak cocok buat kamu. Tapi, kalau cuma buat lihat-lihat saja, memang enak dipandang mata, sih."Amelia mengangguk, merasa Jonas sangat memahami dirinya.Semua tamu sudah hadir, dan acara pertunangan pun dimulai.Melihat Junia tampak bahagia, Amelia berkata dengan penuh kekaguman, "Sekarang aku punya tiga teman. Dua di antaranya sudah menemukan cinta dan kebahagiaan mereka. Sementara aku sama Rebecca masih saja jomblo. Lihat Oliv dan Junia yang bahagia banget, bikin iri saja."Stefan dan Reiki memang orang yang dapat diandalkan untuk hidup bersama.Mereka setia dalam hubungannya. Perempuan yang bisa mendapatkan hati dan menjadi istri mereka berarti akan dimanja sepanjang hidup.Siapa wanita yang tidak suka dimanja?"Rebecca sudah bisa move on dari masalah cintanya dulu nggak?" Jonas bertanya, lalu menambahkan, "Kamu juga nggak usah buru-buru. Pasti akan ada orang yang tepat buat kamu dan n
Begitu Ricky duduk, ia segera menyapa Rika. Rika hanya mengangguk padanya sebagai respons atas sapaannya.Orang-orang yang hadir di acara itu semuanya memiliki status dan kedudukan. Mereka pun asyik berbincang satu sama lain.Olivia diam-diam memerhatikan Rika. Rika dan adik kembarnya memang sangat mirip. Keduanya berpenampilan dengan setelan jas yang rapi. Sulit sekali membedakan penampilan mereka berdua.Dalam hatinya, Olivia merasa kagum dengan kecerdikan Nenek Sarah. Rika yang berada jauh di Cianter, tetap bisa menjadi perhatian neneknya. Nenek bahkan mampu mengungkap rahasia yang telah disembunyikan Rika selama lebih dari dua dekade tentang jenis kelamin aslinya dan menjodohkannya dengan Ricky.Melihat Olivia terus memandanginya, Rika membalas tatapannya. Tertangkap basah! Namun, Olivia tidak menghindar dan dengan berani memandang kembali mata Rika."Pak Riko." Olivia menyapa dengan senyuman."Non Olivia." Rika membalas sapaan Olivia dengan suara yang dalam. Olivia bisa merasakan
Olivia pun tertawa, nenek Stefan adalah nenek terbaik yang pernah dia temui.Dibandingkan dengan neneknya sendiri, bedanya benar-benar seperti antara langit dan bumi."Kalau kamu punya nenek seperti ini, harus benar-benar dihargai. Kalau misalnya aku punya selusin nenek seperti dia, aku tetap nggak akan merasa kebanyakan."Stefan yang paling dekat dengan neneknya berkata, "Punya orang tua itu adalah sebuah kekayaan."Setelah berdiam sejenak, Olivia berkata, "Tapi, tergantung orang tua yang mana. Beberapa orang tua yang suka bikin ribut sih yang ada malah bikin generasi mudanya merasa terganggu, mereka bukan 'harta'."Stefan meremas tangan Olivia. "Pak Reiki dan Junia, kemari. Toast dulu."Olivia tidak ingin membahas lebih jauh topik tak menyenangkan itu, dia segera mengalihkan topik.Reiki dan Junia mengunjungi meja demi meja untuk bertoast. Ketika sampai di meja Stefan, Stefan bercanda dengan sahabatnya, "Reiki, malam ini kamu tampak ceria sekali, pipimu merah kayak udang rebus. Kamu
Junia tertawa, "Nggak apa-apa, yang penting aku masih sadar. Aku bisa bawa mobil, bawa kamu ke KUA. Nanti pas kamu setengah sadar, aku bisa 'menculikmu', kita urus pernikahan dan kamu akan jadi milikku seumur hidup, jangan harap bisa kabur lagi.""Aku nggak bakal lari, aku rela diikat olehmu seumur hidup, jadi pilar dan perlindunganmu, memberimu perlindungan dari hujan dan angin, semua uang yang aku hasilkan untukmu. Buat belanja.""Pak Reiki, kalian berdua bahkan saat bersulang pun masih saja gombal-gomabalan. Pertimbangkan juga dong perasaan kami para bujangan elit ini."Calvin bergurau.Reiki mengetuk keras gelasnya dengan Calvin sambil tertawa, "Giliranmu sebentar lagi."Dia melirik Rosalina yang duduk dengan tenang di samping Calvin.Rosalina tidak bisa melihat Reiki, tapi dia bisa merasakan tatapannya. Dia menghadap Reiki dan Junia, meraih gelasnya, dan mengangkatnya ke arah mereka. "Pak Reiki, Junia, semoga kalian bersama sampai tua."Junia tersenyum dan beradu gelas dengan Rosa
Junia mengantar Reiki keluar. Sopir menunggu di luar."Nggak usah antar lagi, balik tidur saja."Reiki berbalik dan berkata padanya."Aku ‘kan mau nutup pintu halaman."Junia menepuk-nepuk anjing yang mendekatinya, anjing itu mengibaskan ekornya, kemudian segera kembali ke pojokan dan berbaring.Reiki melihat anjing itu, tertawa, "Anjing kalian sangat patuh, nggak sembarang menggonggong. Terakhir kali Stefan kaget setengah mati karena dia."Junia mengangguk, "Kadang dia memang nggak gonggong, tapi jaga rumahnya mantap. Sejak punya dia, malam-malam nggak ada yang berani naik tembok lagi. Dulu pernah ada maling yang rusak CCTV di dinding luar, lalu naik tembok."Orang tua Junia tidur pulas saat itu. Tapi karena mendengar suara ribut, maling yang masuk tidak bisa membobol pintu rumah, lalu cepat-cepat kabur.Sejak punya anjing itu, CCTV pun tidak pernah rusak lagi.Sekarang tidak perlu takut maling lagi, semua tahu tunangannya adalah Reiki dari keluarga Ardaba. Meski keluarga Ardaba di M
Calvin seperti ekor ayam, mengekor di belakang kakaknya.Stefan tidak tahan, membalikkan tubuh dan berkata, "Kalau kamu mau ngomong, ngomong saja. Jangan nempelin aku kayak permen karet. Orang yang seharusnya kamu ikuti bukan aku."Kenapa tidak mengikuti Rosalina saja?Calvin tersenyum lebar, "Kak, kenapa masih belum balik ke ruanganmu, sih? Aku mau ngomong sesuatu.""Nggak bisa ngomong di sini?"Calvin hanya tersenyum.Stefan mendengus, dia tahu Calvin ingin membahas masalah pribadi.Beberapa menit kemudian.Stefan duduk di meja kerjanya, bertanya kepada Calvin, "Apa masalahnya?""Aku jadi agak malu sekarang. Aku dulu selalu merasa lebih mengerti tentang cinta dibandingkan kakak, tapi sekarang aku juga merasa bingung. Rasanya kayak mendapat tamparan."Stefan tertawa singkat, "Kalian selalu mengambil pelajaran dari pengalamanku, ‘kan? Pertama, jangan menyembunyikan identitas. Kedua, jangan berbuat hal bodoh. Ah, kamu sudah berbuat bodoh. Kamu tahu pacarmu nggak bisa melihat, tapi kamu
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba
“Sayang, siapa yang telepon pagi-pagi begini?”Tiara mendengar suara dering ponsel. Dia membalikkan tubuhnya, lalu bangun dan duduk. Kemudian, dia membungkuk untuk menggendong anaknya yang menangis.“Jangan gendong dia, Sayang. Kalau kamu gendong dia, dia nggak akan mau minum susu yang aku buatkan.”Aksa segera menghentikan istrinya menggendong anak mereka. “Kecil-kecil dia sudah pintar sekali. Begitu cium aroma tubuhmu, dia nggak akan mau minum susu formula lagi.”Tiara melihat Aksa yang sudah mulai membuat susu. Dia pun tidak jadi menggendong anaknya. Tidak masalah bayi menangis sebentar.“Pengurus rumah tangga yang menelepon. Katanya ada bapak-bapak tua datang ke sini cari Mama. Mereka bilang mereka orang yang selama ini Mama cari.”Aksa menjawab pertanyaan istrinya sambil membuat susu. “Nggak tahu benar atau bukan. Aku suruh dia jamu mereka dulu. Habis kasih susu ke anak, aku baru turun.”“Orang yang selama ini Mama cari adalah orang kepercayaan Nenek saat Nenek masih hidup, kan?”
Pada saat ini, anak Aksa sedang menangis. Aksa menggendong putranya dan berjalan mengelilingi ruangan sambil membujuknya. Tiara bertanya bahkan tanpa membuka matanya, “Lagi lapar atau popoknya sudah harus diganti?”“Mungkin karena lapar. Sayang, kamu tidur saja. Biar aku yang bujuk. Aku buatkan susu dulu. Habis minum susu, dia bisa tidur sampai jam sembilan lewat.”Tiara bergumam pelan. Dia membalikkan badan dan tidur lagi. Ada pengasuh di rumah, tapi si kecil hanya bisa digendong oleh pengasuh saat tidur. Saat bangun, dia akan menangis dalam waktu dua menit jika digendong oleh pengasuh. Karena dia tidak mencium aroma ibunya.Oleh karena itu, Tiara harus mengurus anaknya sendiri hampir sepanjang hari. Untung saja mertua dan adik iparnya mau bantu. Si kecil juga sangat bekerja sama. Kalau tidak, Tiara pasti akan sangat lelah.Amelia sering memuji keponakannya karena sudah bisa mengenali orang. Kalau keluarga yang gendong, dia tidak akan menangis. Sekali digendong pengasuh, dia pasti men
Setya berkali-kali ingin kembali untuk membalaskan dendam, tapi Panca dan yang lainnya menghentikannya. Mereka bilang jika Setya kembali dan bisa membalaskan dendam, lantas siapa yang akan menjadi kepala keluarga Gatara? Kecuali Setya telah menemukan putri kepala keluarga sebelumnya.Setya baru mendapat kabar tentang putri kepala keluarga sebelumnya tahun ini. Itu juga berkat si Rubah Perak. Setelah mengetahui keberadaan putri kepala keluarga Gatara sebelumnya, Cipta ingin segera menemuinya. Apa daya, kondisi kesehatannya yang buruk membuatnya tidak bisa bepergian jauh.Panca butuh waktu lama untuk mengobati Setya, itu pun hanya sedikit lebih baik. Setya juga merasa dia sudah semakin tua. Dia berharap bisa segera menemui putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya ingin memberitahu semuanya serta menyerahkan sebagian bukti kecil yang ada di tangannya.Setya merasa bersalah kepada kepala keluarga Gatara sebelumnya karena gagal membalaskan dendamnya. Dia hanya bisa menyerahkan tanggun
“Aku baik-baik saja.” Si pria yang batuk berkata dengan suara pelan. “Cuma karena kita kejar perjalanan terus, aku sudah nggak sanggup lagi.”“Hei, cepat bukakan pintu untuk kami. Kamu nggak lihat kami sudah nggak sanggup lagi? Nggak usah peduli siapa kami. Karena kami datang ke sini, berarti kami tamu. Keluarga Sanjaya nggak tahu bagaimana cara menjamu tamu?”Pria tua yang berkata kalau dia bisa mendobrak pintu memiliki suara yang sangat keras, serta sifat yang agak kasar. Dia memelototi si pengurus rumah tangga, mendesaknya untuk membuka pintu. Seandainya dia tidak ditahan oleh yang lain, dia pasti sudah merobohkan gerbang pagar.“Putu.”Pria tua yang menopang pria tua yang batuk memanggil pria tua yang kasar itu dengan suara berat. Pria tua yang bernama Putu itu langsung terdiam.“Anak muda, kakak tertua kami ini adalah orang yang selalu dicari majikanmu. Tenang saja, kami bukan orang jahat.”“Tolong bukakan pintu untuk kami. Biarkan kami masuk dan minum segelas air hangat. Kakak te