Begitu Ricky duduk, ia segera menyapa Rika. Rika hanya mengangguk padanya sebagai respons atas sapaannya.Orang-orang yang hadir di acara itu semuanya memiliki status dan kedudukan. Mereka pun asyik berbincang satu sama lain.Olivia diam-diam memerhatikan Rika. Rika dan adik kembarnya memang sangat mirip. Keduanya berpenampilan dengan setelan jas yang rapi. Sulit sekali membedakan penampilan mereka berdua.Dalam hatinya, Olivia merasa kagum dengan kecerdikan Nenek Sarah. Rika yang berada jauh di Cianter, tetap bisa menjadi perhatian neneknya. Nenek bahkan mampu mengungkap rahasia yang telah disembunyikan Rika selama lebih dari dua dekade tentang jenis kelamin aslinya dan menjodohkannya dengan Ricky.Melihat Olivia terus memandanginya, Rika membalas tatapannya. Tertangkap basah! Namun, Olivia tidak menghindar dan dengan berani memandang kembali mata Rika."Pak Riko." Olivia menyapa dengan senyuman."Non Olivia." Rika membalas sapaan Olivia dengan suara yang dalam. Olivia bisa merasakan
Olivia pun tertawa, nenek Stefan adalah nenek terbaik yang pernah dia temui.Dibandingkan dengan neneknya sendiri, bedanya benar-benar seperti antara langit dan bumi."Kalau kamu punya nenek seperti ini, harus benar-benar dihargai. Kalau misalnya aku punya selusin nenek seperti dia, aku tetap nggak akan merasa kebanyakan."Stefan yang paling dekat dengan neneknya berkata, "Punya orang tua itu adalah sebuah kekayaan."Setelah berdiam sejenak, Olivia berkata, "Tapi, tergantung orang tua yang mana. Beberapa orang tua yang suka bikin ribut sih yang ada malah bikin generasi mudanya merasa terganggu, mereka bukan 'harta'."Stefan meremas tangan Olivia. "Pak Reiki dan Junia, kemari. Toast dulu."Olivia tidak ingin membahas lebih jauh topik tak menyenangkan itu, dia segera mengalihkan topik.Reiki dan Junia mengunjungi meja demi meja untuk bertoast. Ketika sampai di meja Stefan, Stefan bercanda dengan sahabatnya, "Reiki, malam ini kamu tampak ceria sekali, pipimu merah kayak udang rebus. Kamu
Junia tertawa, "Nggak apa-apa, yang penting aku masih sadar. Aku bisa bawa mobil, bawa kamu ke KUA. Nanti pas kamu setengah sadar, aku bisa 'menculikmu', kita urus pernikahan dan kamu akan jadi milikku seumur hidup, jangan harap bisa kabur lagi.""Aku nggak bakal lari, aku rela diikat olehmu seumur hidup, jadi pilar dan perlindunganmu, memberimu perlindungan dari hujan dan angin, semua uang yang aku hasilkan untukmu. Buat belanja.""Pak Reiki, kalian berdua bahkan saat bersulang pun masih saja gombal-gomabalan. Pertimbangkan juga dong perasaan kami para bujangan elit ini."Calvin bergurau.Reiki mengetuk keras gelasnya dengan Calvin sambil tertawa, "Giliranmu sebentar lagi."Dia melirik Rosalina yang duduk dengan tenang di samping Calvin.Rosalina tidak bisa melihat Reiki, tapi dia bisa merasakan tatapannya. Dia menghadap Reiki dan Junia, meraih gelasnya, dan mengangkatnya ke arah mereka. "Pak Reiki, Junia, semoga kalian bersama sampai tua."Junia tersenyum dan beradu gelas dengan Rosa
Junia mengantar Reiki keluar. Sopir menunggu di luar."Nggak usah antar lagi, balik tidur saja."Reiki berbalik dan berkata padanya."Aku ‘kan mau nutup pintu halaman."Junia menepuk-nepuk anjing yang mendekatinya, anjing itu mengibaskan ekornya, kemudian segera kembali ke pojokan dan berbaring.Reiki melihat anjing itu, tertawa, "Anjing kalian sangat patuh, nggak sembarang menggonggong. Terakhir kali Stefan kaget setengah mati karena dia."Junia mengangguk, "Kadang dia memang nggak gonggong, tapi jaga rumahnya mantap. Sejak punya dia, malam-malam nggak ada yang berani naik tembok lagi. Dulu pernah ada maling yang rusak CCTV di dinding luar, lalu naik tembok."Orang tua Junia tidur pulas saat itu. Tapi karena mendengar suara ribut, maling yang masuk tidak bisa membobol pintu rumah, lalu cepat-cepat kabur.Sejak punya anjing itu, CCTV pun tidak pernah rusak lagi.Sekarang tidak perlu takut maling lagi, semua tahu tunangannya adalah Reiki dari keluarga Ardaba. Meski keluarga Ardaba di M
Calvin seperti ekor ayam, mengekor di belakang kakaknya.Stefan tidak tahan, membalikkan tubuh dan berkata, "Kalau kamu mau ngomong, ngomong saja. Jangan nempelin aku kayak permen karet. Orang yang seharusnya kamu ikuti bukan aku."Kenapa tidak mengikuti Rosalina saja?Calvin tersenyum lebar, "Kak, kenapa masih belum balik ke ruanganmu, sih? Aku mau ngomong sesuatu.""Nggak bisa ngomong di sini?"Calvin hanya tersenyum.Stefan mendengus, dia tahu Calvin ingin membahas masalah pribadi.Beberapa menit kemudian.Stefan duduk di meja kerjanya, bertanya kepada Calvin, "Apa masalahnya?""Aku jadi agak malu sekarang. Aku dulu selalu merasa lebih mengerti tentang cinta dibandingkan kakak, tapi sekarang aku juga merasa bingung. Rasanya kayak mendapat tamparan."Stefan tertawa singkat, "Kalian selalu mengambil pelajaran dari pengalamanku, ‘kan? Pertama, jangan menyembunyikan identitas. Kedua, jangan berbuat hal bodoh. Ah, kamu sudah berbuat bodoh. Kamu tahu pacarmu nggak bisa melihat, tapi kamu
“Kakak.”Calvin berkata, “Kakak ‘kan orang paling pintar di antara kita semua. Memang dulu kamu nggak ngerti cinta, tapi sekarang ‘kan kamu sudah menikah dengan kakak ipar hampir setengah tahun, hubungan kalian selalu baik sejauh ini. Paling nggak kamu pasti sudah punya pengalaman.”“Kak, kamu sudah bahagia sekarang, seharusnya kamu juga bantu kami untuk meraih kebahagiaan.”“Kak, kasih tahu aku, lah. Sekarang aku harus gimana? Rosalina nggak mau ketemu aku, dia selalu menghindar dari aku, aku harus gimana?”Stefan dengan nada kesal berkata, “Selama kamu punya muka tebal, kamu bebas mau ngapain aja. Hubunganku dengan kakak iparmu itu unik, kalian nggak bisa tiru.”Dia dan Olivia saling tertarik, saling mengerti, saling percaya.“Muka tebal?”Stefan menjawab, “Kalau kamu benar-benar ingin saran dari kakak, aku akan bilang jujur. Saat mengejar istri, mukamu harus tebal. Nggak peduli dia menolakmu seperti apa, kamu harus terus maju. Jangan karena dia mengabaikanmu, kamu menyerah dan menga
Rosalina tidak akan meninggalkan toko bunganya begitu saja. Dia pasti akan muncul di sana.Ini jam kerja. Rosalina berpikir Calvin sedang bekerja di kantor, sibuk, tidak punya waktu untuk mendatangi tokonya. Saat itulah Calvin akan muncul, dan itulah kesempatan Calvin untuk bertemu dengan Rosalina.Calvin belum pernah dihindari seperti ini sebelumnya.Sebenarnya, Rosalina selalu berada di toko. Ketika Calvin mendatangi toko bunganya pagi itu, dia meminta dua karyawannya untuk membohongi Calvin. Sementara dia bersembunyi di kamar mandi.Ponselnya memang mati. Karena Rosalina telah mengganti dengan ponsel baru dan juga mengganti nomornya.Calvin mencoba menghubunginya tetapi tidak bisa.Setelah menghadiri pesta pertunangan Reiki bersama Calvin semalam, Rosalina merenung semalaman. Dia tidak tahu mengapa Nyonya Sarah memilihnya. Apakah tidak keberatan jika dirinya adalah seorang tunanetra?Ataukah Nyonya Sarah sudah tahu Rosalina sebenarnya adalah orang yang sedang menyembunyikan kemampua
Saat ini kekuatan ibu kandung Rosalina telah berkurang sebanyak 99%. Sisanya, hanya orang-orang kecil yang tak sempat melarikan diri, juga tak bisa berbuat banyak.Semua ini terjadi karena Rosalina mengenal Olivia dan keluarga Adhitama.Dalam rencana Rosalina, tidak ada Calvin. Kemunculannya saat itu membuat Rosalina panik, tak tahu harus berbuat apa.Rosalina tidak ingin menjadi beban bagi Calvin. Sebelum Calvin terlalu terlibat, lebih baik dia memutus hubungan terlebih dahulu dengan Calvin supaya Calvin dan dirinya bisa menjalani hari-hari dengan lebih damai.Calvin, putra kedua keluarga Adhitama itu, seharusnya mencari seorang gadis yang lebih baik dan sempurna sebagai istrinya.Calvin tidak cocok dengan seorang buta seperti Rosalina.Doni memandang Rosa sejenak, kemudian bertanya, "Rosa, kamu lagi mikirin apa?"“Nggak ada." Rosalina menolak bercerita.Doni tersenyum, "Kita ‘kan sudah kenal belasan tahun, bahkan nyawaku ini masih ada karena kamu. Nggak ada yang lebih kenal kamu sela
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu