Share

Bab 135

Penulis: Anggur
“Baguslah. Bagusnya mereka semua kehilangan pekerjaan, lalu dimaki habis-habisan sama semua orang. Biar mereka tahu rasanya dikecam secara online. Mereka terlalu nggak manusiawi.”

Meskipun Amelia orangnya susah dihadapi, dia masih punya hati nurani.

Selain itu, dia juga sangat menyukai Olivia. Dia bersedia untuk membantu wanita itu membalas dendam pada seluruh keluarga Hermanus.

Anggap saja ini adalah bentuk rasa terima kasihnya pada wanita itu.

Bagaimanapun juga, Olivia yang mengantarnya ke kantor Adhitama Group, dan karena itulah dia bisa bertemu dengan Stefan hari ini. Pria itu bahkan berbicara dengannya.

“Kak, aku akan pulang untuk menemani Mama. Kakak lanjut kerja saja.”

Setelah mengatakan itu, dia menutup telepon.

Dia tidak ingin mengambil waktu berharga kakaknya.

Kediaman keluarga Sanjaya tidak jauh dari rumah keluarga Adhitama. Namun, rutenya berbeda.

Kalau rumah mereka berada di rute yang sama, Amelia bisa langsung menghalangi mobil Stefan. Oh iya, tapi Stefan sudah jarang pul
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Maria Marsyom
ceritanya seru tapi membuat penasaran kelanjutannya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 136

    Ayah Amelia sendiri tidak tahu apakah adik iparnya masih hidup atau sudah meninggal.“Mungkin kalau kita pergi berlibur, kita bisa bertemu dengan adikmu atau anak-anaknya secara kebetulan.”Ibu Amelia terdiam sejenak, lalu berkata, “Waktu kami berpisah, adikku masih sangat kecil. Perempuan banyak berubah kalau sudah tumbuh dewasa. Aku juga nggak tahu dia jadi seperti apa setelah dewasa. Kalaupun aku bertemu anaknya, dari mana aku bisa tahu itu adalah keponakanku?”“Sudahlah, ayo pergi berlibur.”Ibu Amelia tidak tega mengecewakan putrinya yang berbakti itu, jadi dia langsung bersikap ceria dan setuju untuk pergi ke pantai bersama putrinya.Melihat ibunya setuju, Amelia bertukar pandang dengan ayahnya. Kemudian, dia mencari topik untuk dibicarakan dengan ibunya. Dia pun membicarakan tentang apa yang terjadi hari ini.Dia berkata dengan gembira, “Ma, aku bertemu Stefan hari ini. Stefan menghentikan mobil dan menurunkan jendela untuk berbicara denganku. Sayangnya, buket bunga yang aku mas

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 137

    Ketika sampai di toko, Olivia melihat Albert juga ada di sana. Dia menyapa Albert dengan senyuman, dan bertanya kepada pria itu, “Albert, kamu nggak perlu kerja hari ini?”Albert memandang Olivia, dengan kekaguman yang mendalam tersembunyi di matanya, dan menjawab, “Aku lembur sampai terlalu larut tadi malam, jadi aku bisa datang telat hari ini.”“Kak Olivia, kenapa kamu datangnya siang sekali hari ini?” Albert kelihatannya hanya bertanya dengan santai, tetapi sebenarnya dia ingin mencari tahu tentang hubungan Olivia dengan suami yang menikah kilat.Kalau yang dia dengar dari Junia, suami Olivia ada membantu dalam masalah trending topic tersebut, kemudian juga menemani Olivia pulang ke rumah untuk mengumpulkan bukti untuk melawan. Olivia sangat berterima kasih pada pria itu.Albert berpikir dalam hati. Dia juga ingin membantu Olivia, tetapi Olivia tidak memberinya kesempatan itu. Dia menelepon Olivia hari itu, tetapi Olivia tidak menjawab teleponnya.Setelah itu, Olivia membalasnya den

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 138

    “Oke, begitu saja,” jawab Olivia dengan cepat.Albert sangat senang.Dia sangat menantikan hari Sabtu, berharap hari itu segera tiba.Beberapa mobil tiba-tiba berhenti di depan toko buku. Albert berkata, “Aku akan keluar dan melihat.”Dia berbalik badan dan pergi.Segera setelah itu, dia kembali dan berkata kepada Olivia, “Kak Olivia, kerabat dan keluarga dari kampung halamanmu yang datang.”Olivia sudah makan dan minum yang cukup, jadi dia mengambil tisu untuk menyeka mulutnya, dan berkata, “Biarkan saja mereka datang. Aku nggak takut dengan mereka.”Olivia tidak terkejut orang-orang itu mendatanginya.Berkat bantuan netizen, pekerjaan paman dan sepupunya terungkap. Mereka memiliki cukup banyak koneksi, belum lagi masalah itu juga sampai masuk trending topic dua kali, jadi tentu cukup mudah bagi mereka untuk menemukan dirinya dan kakaknya.“Olivia.”Dipimpin oleh Yoga, ada tujuh atau delapan orang dari keluarga Hermanus yang datang. Mereka semua mengenakan barang-barang bermerek di se

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 139

    “Tapi setelah diperlakukan seperti itu oleh kalian, yang memutar balikkan fakta dan menyebut kami nggak berbakti, aku jadinya nggak akan pergi menjenguk Nenek lagi. Aku juga nggak akan memberikan uang. Kalian sudah memakiku dan kalian mengharapkan aku datang untuk mendapat makian lagi?”“Olivia, mereka adalah kakek dan nenek kita. Kalaupun Nenek memarahimu, kamu juga nggak kenapa-napa. Meskipun kalian berdua nggak perlu mengurus Kakek dan Nenek, tapi kalau kalian cucu yang berbakti, kalian pasti akan memberi sedikit uang untuk biaya hidup mereka. Kalian juga nggak pulang untuk melihat mereka selama bertahun-tahun ini, juga nggak memberikan uang. Kalau kalian tega melakukan itu, kami juga nggak bisa berkata apa-apa lagi.”“Kami sudah menghapus postingan yang kami tulis. Kamu juga seharusnya menghapus postinganmu. Kamu nggak tahu perbuatan itu berdampak besar pada kami. Ini namanya mem-bully kami di internet. Kami bisa menuntutmu, tapi karena kita masih saudara, kami pikir lebih baik ber

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 140

    Yang berbicara adalah sepupu Olivia yang paling kecil, yang baru berusia tujuh belas atau delapan belas tahun. Anak itu masih di umur yang gampang impulsif.Dia juga memiliki temperamen yang buruk. Melihat Olivia masih tidak mau pergi ke rumah sakit dan menolak untuk menghapus postingannya, anak itu menjadi marah dan berteriak, bahwa dia akan menghancurkan toko buku Olivia.Olivia menyapukan matanya pada anak itu dengan dingin dan berkata, “Kalau kamu berani menghancurkan tokoku, coba saja!”Matanya tajam dan dingin, dan kata-katanya tegas. Hal itu membuat sepupu-sepupunya dari keluarga Hermanus itu mundur.“Kamu.” Yoga menoleh dan memelototi sepupu mereka yang paling kecil itu, sehingga anak tidak berani berbicara lagi. Lalu, dia memandang Olivia dan memaksakan senyum, “Olivia, jangan terlalu perhitungan dengannya. Dia memang seperti itu kalau bicara.”“Olivia, tadi Kak Bobby sudah bicara mengatakan begitu banyak hal padamu. Bagaimanapun juga, kita semua masih sepupu dan memiliki hubu

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 141

    Olivia tertawa dan berkata, “Kudengar Kakek dan Nenek selama di rumah sakit kalau nggak makan, ya tidur. Mereka nggak merasa bersalah sama sekali. Apa mereka benar-benar ingin meminta maaf pada kami?”Yoga membuka mulut untuk membela kakek neneknya, tetapi tidak bisa mengatakan apa-apa.Kakek dan nenek mereka tidak benar-benar mengalah, tetapi karena dibujuk oleh mereka. Mereka ingin mengakhiri masalah ini secepat mungkin agar semua orang tidak terkena dampaknya lagi.Asalkan kedua belah pihak berdamai, masalah ini perlahan akan mereda. Trending topic baru akan muncul dan mengalihkan perhatian netizen, dan tak lama setelah itu, netizen tidak akan mengingat mereka lagi dan mereka akan kembali tenang.Kejadian ini juga membuat mereka sadar bahwa Internet itu kuat, tapi netizen di dalamnya bisa membalikkan perahu mereka. Jangan sembarangan menggunakan Internet untuk menyerang orang lain.“Kalau nggak ada urusan lain, tolong pergi. Jangan mengerumuni aku dan mengganggu bisnisku di sini.”O

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 142

    Albert juga merasa orang-orang itu tidak bermoral dan bermuka tebal.“Olivia, aku merekam percakapan kalian barusan.”Junia berkata, “Aku akan mengirimkan rekamannya padamu, untuk mencegah orang-orang itu mengada-ngada dan mengarang cerita di internet.”Mendengar ini, Olivia mengacungkan jempol pada temannya. Dia sangat marah pada orang-orang itu, sehingga dia lupa merekam percakapan mereka secara diam-diam.“Albert, kamu masih belum mau pergi ke kantor?” Setelah mengirimkan rekaman itu ke Olivia, Junia teringat sepupunya masih ada di toko. Dia pun langsung mendesak pria itu untuk pergi bekerja.Albert tidak ingin pergi, jadi dia berkata, “Aku kan bekerja di perusahaan keluarga sendiri, nggak apa-apa terlambat dikit.”“Justru karena kamu bekerja di perusahaan keluargamu sendiri, kamu harus bekerja lebih keras, mematuhi aturan perusahaan, dan menjadi contoh yang baik sehingga orang-orang nggak bisa menemukan kesalahanmu. Cepat pergi. Kalau Tante tahu kamu masih belum pergi ke kantor, ka

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 143

    Stefan merasa agak khawatir dalam hati, takut Olivia tidak bisa menghadapi saudara-saudaranya dari keluarga Hermanus itu. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, bahkan tidak menelepon Olivia.Sudah hampir sebulan sejak mereka menikah. Dia sudah mengenal Olivia sedikit lebih baik dari sebelumnya. Jika wanita benar-benar tidak bisa mengatasinya sendiri, wanita itu pasti akan meneleponnya untuk meminta bantuan. Karena tidak ada telepon, itu berarti wanita itu bisa mengatasinya.Selain itu, Olivia sangat berpendirian dan tidak akan kalah.Memikirkan hal ini, sorenya setelah pulang kerja, Stefan pun mengganti mobilnya dan pergi ke SMP Negeri Kota Mambera.Ketika dia meninggalkan kantor, Reiki masih mengeluh kepadanya dan bilang bahwa dia sudah jarang ikut bersosialisasi dengan klien akhir-akhir ini, sehingga Reiki merasa tertekan karena harus melakukannya sendiri.Stefan langsung menjawab Reiki, “Aku punya istri. Begitu pulang kerja, aku harus pulang untuk menghabiskan waktu bersama istriku,

Bab terbaru

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3332

    Olivia menjawab, "Baik, nanti biar Papa dan Mama yang menjaga Russel. Kami akan kembali lebih awal untuk urus pekerjaan. Menjelang Tahun Baru, kami akan kembali menjemput kalian."Para orang tua dari kedua keluarga sudah pensiun dan tidak banyak kesibukan. Jika mereka berkumpul, bahkan hanya untuk bermain kartu, pasti akan terasa ramai. Yose juga pasti akan menyetujuinya.Dewi tertawa senang, lalu pergi ke dapur untuk meminta koki menyiapkan beberapa hidangan favorit Olivia, sambil tetap memperhatikan selera makan putranya juga.Ketika keluar dari dapur, Nenek sudah kembali. Mendengar bahwa cucu pertama dan istrinya datang berkunjung mencarinya, Nenek pun meninggalkan sekumpulan teman lamanya dan kembali ke vila.“Nenek.”Olivia menyapa dengan manis.Senyum Nenek sangat ramah dan penuh kasih sayang. Setelah saling menyapa dengan hangat, Nenek menarik Olivia untuk duduk bersamanya di sofa.Dewi secara pribadi mempersiapkan buah-buahan, camilan, dan berbagai makanan ringan untuk menantu

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3331

    Meskipun di rumah ada asisten rumah tangga, seorang ibu tetap harus berbagi perhatian untuk merawat anaknya. Mengurus anak sering kali membuat istri kurang memperhatikan suaminya. Jika ingin menikmati waktu berdua seperti sekarang, kesempatan itu tidak akan banyak lagi. Dewi, sebagai seorang yang berpengalaman, sangat memahami hal ini.“Baik, kalau libur musim dingin, aku bawa Russel untuk tinggal dua hari di sini.” Olivia tidak tega mengecewakan kebahagiaan ibu mertuanya, sehingga dia memutuskan untuk mengantar Russel ke sini selama dua hari. Setelah itu, mereka akan membawa bocah itu ke Kota Aldimo untuk bermain selama seminggu, sebelum pulang mempersiapkan Tahun Baru. “Hanya tinggal dua hari? Apa Russel akan pergi ke Cianter?” Dewi bertanya dengan penuh perhatian, “Cianter itu sangat dingin, sering turun salju. Apa Russel bisa tahan di sana? Kalau hanya tinggal satu atau dua hari, dia mungkin akan merasa senang. Tapi kalau setiap hari di sana, dia bisa masuk angin. Kita ini ngga

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3330

    Stefan tetap rutin berolahraga setiap hari, menjaga pola makan seperti sebelum menikah. Berat badannya pun hampir tidak pernah berubah, selalu stabil di angka yang sama. "Vitamin milik menantumu memang ada aku makan sedikit, tapi itu karena Olivia nggak bisa menghabiskannya, jadi dia memintaku membantunya makan. Baru setelah itu aku makan." Stefan ingin menegaskan bahwa dia tidak akan pernah memakan suplemen milik istrinya. Namun,mengingat dia hampir setiap hari membantu istrinya menghabiskan makanan tersebut, dia tidak bisa berkata tidak. Yang lebih dia khawatirkan adalah bentuk tubuhnya. Dengan cemas dia bertanya kepada istrinya, "Olivia, lihat aku, apa aku gemuk? Apa aku punya perut buncit?" Dia bahkan mencubit perutnya sendiri untuk memastikan. Melihat reaksi suaminya, Olivia tertawa hingga memegang perutnya. Suaminya benar-benar lucu, ternyata dia sangat peduli dengan penampilannya yang tampan. "Sayang, kamu nggak gemuk dan nggak buncit. Bentuk tubuhmu masih sangat bagus, te

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3329

    Dewi melanjutkan, "Keluarga ini memang selalu didominasi laki-laki, sudah beberapa generasi nggak ada anak perempuan. Kalau bisa punya seorang anak perempuan, tentu saja semua orang akan memanjakannya.""Aku hanya ingin dia bisa hidup tanpa beban, melakukan apa pun yang dia inginkan dan nggak perlu memikul tanggung jawab besar keluarga." "Masih banyak saudara laki-laki yang bisa membantunya memikul tanggung jawab dan melindunginya, memastikan badai sehebat apa pun nggak akan mengenainya," tambahnya. Olivia berpikir sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Mama benar juga, tugas berat seperti menjadi penerus keluarga memang lebih baik diberikan kepada anak laki-laki." Mengetahui pandangan keluarga suaminya sudah cukup bagi Olivia. Dia pun tidak ingin jika suatu saat anak perempuannya harus memikul tanggung jawab besar keluarga. Namun, dia berpikir sambil tertawa kecil, "Kalau pun aku benar-benar bisa melahirkan anak perempuan, aku rasa itu mungkin terjadi di kehamilan kedua atau bahkan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3328

    "Nggak ada, sangat baik." Keluarga suaminya menunjukkan tingkat perhatian yang berlebihan terhadapnya, tetapi itu juga menandakan betapa mereka peduli padanya dan tentu saja pada bayi kecil yang ada di dalam perutnya. "Bagus kalau begitu. Mama sekarang paling takut mendengar kabar bahwa kamu mengalami sesuatu." Dewi akhirnya merasa lega, lalu berkata, "Ada seorang teman Mama, menantunya juga lagi hamil lima bulan. Tapi dua hari yang lalu, bayinya nggak berkembang lagi. Dia menangis sampai seperti kehilangan akal. Bayinya laki-laki dan sudah terbentuk, tapi entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba janinnya nggak berkembang." "Ah, Cih! Olivia sehat, dan bayi kita juga sangat sehat." Kekhawatiran Dewi terhadap Olivia memang dipicu oleh kejadian yang menimpa menantu temannya itu. "Hamil lima bulan masih bisa mengalami janin nggak berkembang?" Dewi menggandeng tangan menantunya dengan hangat. Keduanya masuk ke dalam rumah dengan akrab layaknya ibu dan anak kandung. Sedangkan Stefan? Di

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3327

    Olivia berkata, "Aku hanya mau bilang, kamu sekarang sudah setegang ini, nanti saat aku melahirkan, apakah kamu akan seperti Amelia, langsung mengemudi sendiri ke rumah sakit?" Stefan menjawab dengan serius, "Jangan bandingkan aku dengan Amelia. Aku nggak akan seperti itu. Memang aku pasti akan tegang, tapi nggak sampai lupa padamu. Aku akan menemanimu masuk ke ruang bersalin." "Kamu mau masuk ke ruang bersalin bersamaku?" "Iya, aku akan menemanimu. Nggak peduli kapan dan apa yang terjadi, aku harus ada di sisimu." Olivia tersenyum, senyumnya begitu manis. "Stefan, terima kasih. Terima kasih karena sangat mencintaiku dan memperlakukanku dengan begitu baik!"Stefan kembali mengoreksinya, "Panggil aku "Sayang". Aku suka mendengar kamu memanggilku begitu. Seharusnya aku yang berterima kasih sama kamu karena mau melahirkan anak untukku. Kamu adalah pahlawan besar di keluarga kita." "Kita nggak perlu saling berterima kasih terus." Olivia tertawa kecil sambil menyandarkan dirinya ke p

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3326

    Terutama sejak Olivia hamil, Stefan berharap bisa menemani istrinya selama 24 jam sehari. Namun, Olivia tidak mengizinkannya untuk terus menempel padanya. “Aku masih harus kerja,” katanya sambil tersenyum. Melihat istrinya yang sedang hamil tetap bekerja, Stefan merasa tidak enak jika dirinya sendiri bermalas-malasan. “Harus kerja juga, cari uang buat beli susu bayi,” katanya sambil bercanda. Russel bilang, bayinya nanti laki-laki. Kalau benar anak laki-laki, Stefan mulai berpikir tentang masa depannya. “Harus cari uang buat beli rumah, mobil, dan biaya menikah. Itu semua butuh banyak uang.” Namun, kemudian dia tersenyum lega. Sebagai pewaris keluarga Adhitama, dia memiliki kekayaan melimpah. “Bisa dibilang, aku kekurangan segalanya kecuali uang. Uangku cukup untuk anakku hidup nyaman seumur hidup. Kelak ada cucu dan cicit, harus tetap menjaga keluarga Adhitama sebagai keluarga terkaya di Mambera, dari generasi ke generasi.” “Nicho mulai kerja tahun depan, ya?” Olivia merasa s

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3325

    "Olivia, mari kita kembali ke rumah lama sebentar dan beri tahu Nenek. Dia pasti ingin bertemu dengan para tetua itu," kata Stefan. Mereka adalah orang-orang dari masa yang sama. Di zamannya, Nenek adalah sosok yang cukup terkenal di Mambera. Kemungkinan besar, para tetua itu juga mengenal neneknya. Namun, memikirkan bahwa Olivia sudah bangun pagi-pagi, Stefan mengubah keputusannya. Dia berkata, "Kamu pulang saja untuk istirahat. Aku sendiri yang akan pergi ke rumah lama. Kalau Nenek ingin datang, aku akan mengantarnya ke sini." Olivia menjawab, "Aku nggak lelah. Aku akan menemanimu pergi." "Sudah lama kita nggak pulang ke sana. Akhir pekan ini, kita bawa Russel untuk menginap dua hari. Sekalian beri tahu keluarga, setelah libur musim dingin minggu depan, aku mau bawa Russel ke Kota Aldimo untuk bermain beberapa hari." Stefan dengan perhatian bertanya, "Apa kamu nggak akan merasa terlalu capek? Kalau lelah, sebaiknya istirahat saja, jangan memaksakan diri." Olivia menepuk ringan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3324

    Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status