“Aduh, kamu ini. Kamu dan Junia jadian karena bantuan kami berdua, ‘kan?”Reiki mengangguk, “Iya.”“Aku kasih kamu nomor rekening supaya kamu bisa tansfer uang jasa mak comblang, jasa perjodohannya. Jangan harap aku kasih angpao untuk pernikahanmu. Aku kasih kado saja. Kasih uang itu terkesan biasa. Tapi buat bayaran jasa perjodohan, aku lebih suka kalau dibayar tunai. Soalnya aku orang biasa. Sukanya uang.”Reiki hanya bisa diam.Olivia membuat Stefan menjadi orang yang perhitungan, bahkan sampai minta bayaran soal perjodohan kepada Reiki.Pesta meriah ini baru selesai menjelang dini hari.Stefan yang biasanya cuma mampir sebentar, kali ini betah sampai pesta selesai. Dia pun pulang dengan menggandeng erat istrinya, menunjukkan seberapa besar cintanya pada Olivia.Dari pesta ini, semua orang bisa melihat betapa kokohnya posisi Olivia di keluarga Adhitama. Tidak seperti desas-desus yang beredar, Olivia ternyata akrab dengan mertuanya dan dicintai oleh seluruh keluarga Adhitama.Mertua
Stefan tersenyum lembut sambil memeluk Olivia dengan penuh kasih. Memilikinya sebagai istri, membuat hidup Stefan semakin sempurna.Tak lama kemudian, Olivia tertidur pulas. Stefan, melihat istrinya sudah terlelap, dengan hati-hati melepas jasnya dan menutupi Olivia dengan jas tersebut."Kita pulang ke vila puncak," perintah Stefan dengan suara pelan kepada sopirnya.Sopir mengangguk dengan hormat.Stefan, sambil memeluk Olivia, bersandar di kursi mobil dan mulai beristirahat. Namun, ketika mereka tiba di vila, ternyata Stefan pun sudah terlelap.Sang sopir, setelah memarkir mobil, menoleh dan melihat keduanya tengah tidur. Dengan ragu, dia bertanya kepada Dimas, "Dimas, apa kita mau bangunkan Den Stefan?"Dimas dengan cepat menjawab, "Ya iya lah. Masak kita tinggalin Den Stefan tidur di mobil? Kalau Den Stefan bangun besok dan marah, bisa-bisa kamu yang kena semprot."Sang sopir sedikit cemas dan berkata, "Kak Dimas, kamu saja deh bangunkan, Kak. Aku takut Den Stefan marah sama aku."
Dimas menenangkan suasana dengan berkata, "Jangan khawatir. Non Oliv selalu bisa menenangkan Den Stefan, kok. Setiap kali Den Stefan bersikap keras, Non Oliv selalu bisa menangkisnya dengan logika. Dan percayalah, Den Stefan takkan punya kesempatan melawannya."Pak Arif mendelikkan matanya ke arah Dimas.Dimas hanya tertawa ringan, "Aku cuma bicara apa adanya, Pak. Selama Non Oliv di sisi kita, kita nggak perlu khawatir. Kalau Den Stefan mulai berapi-api, panggil saja Non Oliv. Kita nggak perlu ngapa-ngapain."Setiap orang tahu, meski Den Stefan marah sekalipun, dia takkan pernah menyakiti Non Oliv."Pak Arif, sudah larut, nih. Mending istirahat. Saya juga mau pulang dulu." Sambil menguap lebar, Dimas berpamitan, lalu pergi.Pak Arif tersenyum sendiri, "Bukannya tanpa alasan pemuda ini selalu dekat dengan Non Oliv. Dia ternyata tahu di mana harus berpihak."Dimas, sambil berjalan sambil berpikir, “Makanya gajiku yang paling cepat naik.”Sementara di Hotel Mambera.Keluarga Siahaan tamp
Calvin mengikuti mobil pengawal keluarga Siahaan dari kejauhan. Awalnya, rute yang diambil mobil tersebut terlihat biasa. Namun, setelah sekitar sepuluh menit, mobil pengawal keluarga Siahaan mulai menyimpang dari rute yang seharusnya mengantarkan kembali ke rumah keluarga Siahaan. Calvin merasa cemas.Kemana pengawal keluarga Siahaan akan membawa Rosalina?Wajah Calvin menjadi serius. Namun, ia tidak bertindak gegabah. Calvin tetap mengikuti mobil itu dalam jarak yang aman. Ia ingin tahu tujuan akhir mobil tersebut sebelum mengambil tindakan apa pun. Rosalina sendiri, yang tak menyadari Calvin ada di belakangnya, hanya duduk tenang di dalam mobil. Pengawal keluarga Siahaan juga sama sekali tak menyadari kehadiran Calvin.Rosalina mencoba menenangkan diri sambil mendengarkan suara di sekitar. Di awal perjalanan, dia masih bisa mendengar gemuruh lalu lintas. Namun, seiring berjalannya waktu, hanya sesekali suara mobil lain terdengar mendahului mobil mereka. Rosalina menduga mereka mung
Sepatu hak tinggi yang dikenakan oleh seorang wanita, jika dipukulkan ke tubuh seseorang, pasti akan terasa sangat sakit. Pria itu dipukul bertubi-tubi oleh Rosalina dengan tenaga habis-habisan. Dia segera melompat turun dari mobil. Rosalina pun juga segera turun dari mobil.Rosalina tentu saja tidak bisa mengejar dan memukul pria itu karena dia tidak bisa melihat. Setelah turun dari mobil, Rosalina melepaskan sepatu hak tinggi yang satunya lagi, memegangnya di kedua tangan dan mulai berlari. Dia tidak tahu ke mana ia berlari.Namun, baru beberapa langkah Rosalina berlari, pria berbau tembakau itu berhasil menangkapnya. Dengan kasar, pria itu menarik Rosalina kembali dan mendorongnya, sehingga Rosalina terdorong dan bersandar pada mobil. Kemudian, pria itu berusaha menekan tubuh Rosalina ke kap mobil. Rosalina hendak memukul pria itu dengan sepatu hak tingginya, tetapi pria itu berhasil merebut sepatu Rosalina. Tanpa sepatu hak tinggi di tangan, dengan cepat Rosalina menekuk lututnya
Pria itu berbalik dan menghantam wajah Calvin dengan tinjunya. Calvin cepat-cepat menghindar, lalu membalas dengan tinju juga. Pria itu menggeser kepalanya, berhasil mengelak. Ruang di dalam mobil sempit, pria itu sulit bergerak.Meski dia berusaha keras melawan dan bergumul dengan Calvin, tapi Calvin lebih unggul, dia duduk, Calvin berdiri. Calvin dalam keadaan marah, dia sama sekali tidak memberikan belas kasihannya. Beberapa menit kemudian, dia sudah menghajar pria itu sampai muka biru dan hidungnya bengkak. Setelah melumpuhkan pria itu, Calvin menariknya keluar dari mobil, lalu menatap wajahnya di bawah sinar lampu jalan. Tadi Calvin menghajar pria itu liar tanpa memperhatikan rupanya.Sekarang setelah menghajar pria itu sampai mukanya biru dan hidungnya bengkak, Calvin tidak bisa mengenali siapa dia.Pria itu terlihat seperti usia sekitar empat puluh atau lima puluh tahunan. “Berani-beraninya kamu ganggu Rosalina, kamu cari mati, heh?!” Calvin menendangnya sekali lagi, lalu
Rosalina berhenti berlawan. Dia tidak berani memegang Calvin, tangannya tampak tidak tahu harus diletakkan di mana.Sambil menggendong Rosalina, Calvin berjalan sambil bercanda, "Kamu kelihatannya mungil, ya. Aku kira kamu akan terasa ringan, tapi ternyata nggak se-ringan yang kupikir. Kalau kamu lari beberapa kilometer lagi dan aku harus menggendongmu, bisa-bisa aku kelelahan sampai nggak bisa ngangkat tangan lagi."Rosalina menjawab, “‘Kan aku nggak pernah minta digendong.”Dia sudah katakan bisa berjalan sendiri.Namun, karena Calvin merasa Rosalina akan berjalan terlalu pelan karena tak memakai sepatu, Calvin pun lantas memutuskan untuk menggendongnya."Gimana kalau aku turunin, terus kita jalan sambil gandengan saja?""Oke."Lebih nyaman berpegangan tangan daripada digendong. Calvin segera menurunkan Rosalina. Dia mungkin bisa menggendong dengan mudah untuk beberapa menit, tapi tentu saja tak bisa terlalu lama. Sejujurnya, Rosalina memang bukan tipe yang ringan.Rosalina menggeru
"Jangan khawatir, suatu hari nanti pasti Dokter Dharma akan datang membantu nyembuhin matamu," kata Calvin sambil mencoba menghibur Rosalina."Nggak perlu berharap pada sang tabib tua, usianya sudah lanjut. Meski kita menemukannya, dia mungkin sudah nggak mau melayani pasien lagi. Kudengar sekarang hanya Dokter Dharma yang melayani pasien. Dokter Dharma mewarisi ilmu sang tabib dan memiliki kemampuan medis dan racun yang tak tertandingi," tambah Calvin. Baginya, jika bisa mendatangkan Dokter Dharma untuk menyembuhkan Rosalina, itu sudah sangat baik. Tidak berani berharap bisa mendapatkan jasa dari sang tabib tua.Kakaknya pernah bercerita bahwa Dokter Dharma adalah seorang wanita yang sangat hebat. Selain kemampuannya dalam bidang medis, dia juga ahli dalam menggunakan racun. Namun tentu saja, Dokter Dharma tidak akan menggunakan racunnya untuk merugikan orang. Dia hanya menggunakannya agar orang-orang menghormatinya. Selain itu, Dokter Dharma juga memiliki kemampuan bela diri yang he
“Nenek yang pilih dia sebagai calon istriku. Lagi pula aku nggak seperti Kak Samuel, ada perempuan lain yang dia sukai. Yohanna pasti akan jadi istriku. Tentu saja aku akan lindungi dia. Nenek pilihkan istri yang pandai makan untukku karena aku suka masak. Istriku suka makan, jadi sangat cocok, kan? Kalau nggak ada yang bisa bantu cari kekurangan dari masakanku, gimana aku bisa maju?” kata Ronny.Stefan tertawa pelan. “Masuk akal juga. Nenek mungkin juga berpikir seperti itu. Makanya dia carikan perempuan yang sangat pilih-pilih makanan untukmu. Dia dinas ke luar kota tapi bawa kamu. Itu artinya dia cukup percaya padamu. Jaga dia baik-baik. Biar dia lihat kebaikanmu. Nanti kamu bisa dekati dia dengan lebih mulus.”“Aku hanya urus makanannya tiga kali sehari. Yang lain nggak perlu aku urus. Nggak perlu buru-buru. Baru kenal beberapa hari. Aku bahkan belum merasakan apa-apa.”Ronny tidak jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yohanna. Dia hanya tahu kalau neneknya telah memilih Yohann
Ronny kembali ke kamar yang dia tempati, dua pengawal pria sedang satu mandi, satu lagi sedang menonton TV. Ronny hanya menyapa mereka, kemudian masuk ke kamarnya sendiri. Setibanya di Doha, dia tidak perlu lagi berada di sisi Yohanna, jadi kamarnya sudah selesai dibereskan. Lelaki itu hanya perlu menunggu untuk mandi. Melihat waktu sudah tengah malam, Ronny mengirim pesan di grup keluarga, "Saudara-saudara, ada yang belum tidur? Temani aku mengobrol sebentar." Tidak lama kemudian, kakaknya, Stefan, merespon di grup, "Kalau mau ngobrol, personal saja, jangan di grup, nanti mengganggu istirahat para orang tua dan kakak iparmu." Olivia biasanya tidur sekitar jam 10 malam. Ronny pun mengirim pesan pribadi kepada kakaknya. Dia mengirim pesan suara, karena tahu kakaknya tidak suka mengetik, dia merasa mengetik terlalu lama. "Kakak, masih belum tidur? Masih ada pertemuan sampai semalam ini?" Ronny bertanya dengan perhatian. "Kamu juga belum tidur? Menunggu untuk masak buat majikanm
Meskipun hanya makanan ringan yang sederhana, tampilannya saja sudah cukup menggugah selera. Yohanna belum makan malam, hanya memakan beberapa camilan sebagai pengganjal perut, jadi saat ini dia sudah merasa lapar."Apakah kamu sudah makan?" Yohanna bertanya kepada Ronny sambil makan.Meskipun Ronny adalah kokinya, karena dia tahu lelaki itu ada usaha sendiri juga, sehingga Yohanna sedikit menghargai Ronny. Dia merasa lelaki itu sudah cukup sukses dalam kariernya, dan masih terus belajar. Demi masakan, dia bahkan rela menurunkan jabatannya sebagai bos dan datang jauh-jauh untuk menjadi kokinya. Selain itu, dia juga bisa cepat beradaptasi dengan peran koki, dan selalu sopan terhadap dirinya. Yohanna bisa mengatakan bahwa Ronny pasti akan lebih sukses di masa depan. Potensi pria ini tidak terduga. Itulah sebabnya dia sering menggoda adiknya, bahwa jika adiknya benar-benar menyukai Ronny, dia akan senang untuk menjodohkan mereka. Ronny benar-benar sangat luar biasa dan tampan. Bersam
Orang-orang Rosalina belum tentu orang suruhannya keluarga Adhitama, tetapi jika mereka benar-benar menyentuh anak buah Rosalina, maka dugaan perempuan itu akan terbukti. Karena saat ini, Giselle tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi orang-orang yang diatur oleh Rosalina.Giselle berkata, "Baiklah, kalau begitu setelah kalian mengalihkan perhatian mereka, datanglah menjemputku."Dengan sangat terpaksa, perempuan itu berpura-pura lupa membawa dompet, lalu berbalik masuk ke dalam. Dia menunggu pemberitahuan dari pengawal bahwa dia bisa pergi, baru kemudian dia akan pergi.Dua mobil melaju memasuki tempat parkir Hotel Doha di malam hari. Tidak lama kemudian, sekelompok orang naik lift langsung ke lantai atas. Sampai di lantai atas, pintu lift terbuka, Yohanna keluar dari lift dikelilingi oleh para pengawal. Dua pengawal wanita mengikuti di belakangnya.Saat hampir sampai di depan pintu kamar, dua pengawal pria berhenti, sementara dua pengawal wanita menemani Yohanna hingga ke depan pi
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send