Melihat Rosalina dengan kondisi yang sangat mengenaskan, Johan pun menoleh ke arah istrinya dan berkata, “Sayang, kamu bawa Rosalina masuk dulu.”Kemudian Johan mempersilakan Calvin untuk masuk ke dalam rumahnya. Awalnya Calvin ingin langsung pergi setelah mengantar Rosalina, tapi setelah dipikir lagi, tidak ada salahnya dia memberikan sedikit kehormatan kepada Johan dengan menerima tawarannya.Setelah mendengar seluruh kejadiannya dari Calvin, Johan mengumpat dengan raut wajah yang tampak amat muram, “Kurang ajar. Padahal aku cuma negur dia sedikit, tapi dia malah balas dendam ke keponakanku. Calvin, terima kasih banyak, ya. Tanpa kamu, Rosalina pasti sudah celaka di tangan pengawal itu.”Tak lama Sinta keluar dari kamar yang ditempati oleh Rosalina dengan penuh perasaan kecewa yang tak bisa dia utarakan. Untungnya selain kehilangan sepasang sepatu, Rosalina tidak mengalami kerugian apa-apa. Di tubuhnya tidak ditemukan bekas luka memar, dan keperawanannya juga masih aman. Kalau tahu a
“Kamu kira masuk ke keluarga besar Adhitama segampang itu? Aku juga nggak rela Rosalina jadi bagian dari keluarga mereka. Biarpun Rosalina itu darah daging adikku satu-satunya, aku tetap lebih sayang sama anak kandung kita sendiri. Mana mungkin aku biarin Rosalina menikah sama keluarga Adhitama. Kamu juga jangan harap Giselle bisa menikah sama keluarga Adhitama, mustahil. Anak-anak keluarga Adhitama yang lain juga nggak mungkin tertarik sama Giselle. Giselle baru umur 20 tahun, buat apa buru-buru menikah. Yang harus kita pikiran sekarang adalah gimana caranya kita bisa nolong Giselle,” kata Johan.“Tapi gimana caranya? Dengan tunduk dan mohon-mohon minta maaf ke mereka? Sudah kucoba, nggak ada gunanya. Padahal tadinya kita bisa cari orang buat jadi penengah, tapi lagi-lagi rencana kita dirusak sama Calvin. Sayang, apa mungkin Calvin tahu si Novi datang? Dia bukan bagian dari keluarga inti Kusuma. Kalau sampai ketahuan, keluarga inti pasti bakal langsung turun tangan buat beresin dia.”
Rasa sakit di kepalanya itu diakibatkan oleh terlalubanyak minum alkohol semalam. Seraya menahan rasa sakit itu, Olivia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh siang.“Bangun-bangun main pergi saja ninggalin aku sendirian di kamar. Giliran aku yang bangun duluan, dia bilang aku ninggalin dia. Ah, sudahlah,” gumam Olivia.“Tok, tok, tok.”Seketika itu pintu kamar diketuk. Olivia mengira itu adalah pelayannya, maka itu dia berkata, “Masuk.”Namun ketika pintu terbuka, ternyata yang masuk adalah Odelina dan Russel.“Eh, Kakak?”Olivia terkejut melihat kakaknya datang. Di jam seperti ini seharusnya kedai milik kakaknya masih belum tutup.“Kenapa, Kak?” tanya Olivia sekali lagi. Dia membalikkan badan bermaksud untuk turun dari ranjang, tapi gerakannya yang tiba-tiba itu membuat rasa sakit di kepalanya makin menjadi. Mengapa setelah tidur semalaman, kepalanya masih terasa sakit? Padahal kemarin Olivia hanya minum beberapa gelas saja.Odelina menghampiri sang adik dan duduk di dekatn
Sebenarnya Odelina hanya menjewernya dengan sangat pelan, tapi Olivia sengaja berteriak kencang agar Odelina merasa kasihan padanya.“Russel, tolongin Tante,” ujar Olivia meminta pertolongan.Russel langsung naik ke ranjang dan melepaskan tangan ibunya yang menjewer telinga Olivia. “Mama, Tante kesakitan.”Olivia langsung memeluk Russel dan mencium wajahnya, “Nggak sia-sia Tante sayang sama kamu.”“Cepat mandi sana. Habis itu turun, kita makan,” kata Odelina.“Iya, iya. Kakak cerewet banget kayak tante-tante.”“Aku setua itu?”“Nggak, nggak. Kakak masih muda banget, kok. Masih kelihatan kayak anak umur 18 tahun.”“Aku juga maunya begitu, tapi sayangnya aku nggak seawet muda itu. Nanti siang aku mau ambil mobil, kamu ada waktu menemani aku? Oh ya, guru yang Stefan cariin buat Russel datang nanti siang. Nanti dia mau kemari untuk makan siang sekalian.”“Guru bela diri?”“Iya.”“Kalau begitu aku mau mandi dulu sekarang. Nanti aku temani Kakak ambil mobil.”“Ya sudah, cepat sedikit. Aku tu
“Aku malah takut Stefan bilang aku pelit gara-gara nggak mau beliin barang yang mahal buat Russel. Russel, kamu suka, nggak, sama sepeda yang Om beliin buat kamu? Kamu mau main?”Mengingat ketika dia sedang jalan-jalan bersama ibunya pada malam hari dan melihat anak-anak lain memiliki sepeda, Russel pun mengangguk, “Iya, aku suka sepeda.”“Kalau begitu Om bantu kamu pasangin, ya. Habis itu Om ajak kamu main di luar, gimana? Om juga ada beli kincir angin, nanti bisa dipasang di depan sepeda. Waktu kamu gowes nanti, kincir anginnya bakal ikut mutar. Bagus, deh.”Berhubung Daniel bilang sepeda itu hanya beberapa ratus ribu saja harganya, dan lagi dia juga membawa-bawa nama Stefan, jadi Odelina pun tidak membahas tentang itu lagi. Asalkan mulai besok Daniel makan di restorannya, biaya makannya selama setengah bulan sudah tercukupi. Karena itu Daniel langsung membuka kota dan merakit sepedanya.Ketika Olivia baru saja turun dan melihat kesibukan mereka di bawah, dia langsung menghampiri dan
“Russel sudah umur tiga tahun. Dia anakku juga, memangnya kenapa? Kamu sama Russel ada di mana sekarang? Aku sudah di depan rumah kontrakanmu. Aku ketuk dari tadi nggak ada yang jawab. Kamu ada di dalam?” tanya Roni.Yenny saat itu berada di samping Roni dan ikut mendengar percakapannya dengan Odelina. Luka lebam yang ada di wajahnya akibat bertengkar hari itu sudah menghilang setelah beristirahat selama beberapa hari. Roni sampai harus membelikan produk perawatan kulit dan juga sebuah perhiasan guna membujuknya. Roni juga sudah berbincang dengan orang tuanya sendiri. Dia bilang sudah mendaftarkan pernikahannya dengan Yenny dan sudah tidak sabar untuk melewati hari-hari bersamanya. Karena hari resepsi pernikahan sudah dekat, Roni juga meminta agar keluarganya tidak melulu memojokkan Yenny. Selain itu, Roni juga menyalahkan orang tuanya yang memiliki tanggung jawab besar dalam perceraian dia dengan Odelina.“Papa ama mau aku cerai lagi? Coba ingat-ingat lagi berapa biaya yang harus kita
“Kalaupun aku beli jas, aku tetap harus bawa Russel untuk coba. Aku nggak tahu ukuran baju yang pas. Gimana kalau nanti aku beli yang ukurannya salah?” tanya Roni.“Kamu tinggal beli yang ukurannya sesuai aku kasih tahu. Sudah pasti muat.”Odelina, kamu sengaja nggak kasih aku ketemu sama Russel? Waktu cerai kamu sudah janji aku bisa ketemu anakku kapan saja aku mau. Aku mau ketemu Russel sekarang untuk beli baju, tapi kamu yang nggak kasih.”Tanpa berlama-lama lagi, Odelina langsung menutup panggilan. Dia tidak berani lagi membiarkan Roni membawa Russel semenjak menaruh curiga terhadap Yenny. Semestinya Roni tidak tahu kalau Yenny hanya dimanfaatkan oleh orang lain, makanya dia menuruti semua perkataan Yenny. Dia bahkan tidak berpikir terlebih dahulu dan langsung menyetujui ketika Yenny meminta Russel untuk jadi penebar bunga di acara pernikahan mereka. Russel sudah bisa berbicara dan bisa mengerti omongan orang dewasa. Badannya juga lebih tinggi dibanding anak-anak seusianya, makanya
“Russel itu anakku, dan selamanya dia akan tetap jadi anakku. Kalau Odelina nggak kasih aku ketemu sama Russel, aku bisa bawa ke pengadilan untuk rebut hak asuh.”Namun begitu, Yenny tidak mungkin membiarkan Roni mendapatkan hak asuh atas Russel, karena itu dia berusaha menenangkan, “Kerjaan kamu sekarang cuma taksi online, pendapatan belum stabil. Sebentar lagi kita juga mau adain resepsi pernikahan, habis itu bulan madu. Nggak mungkin kita menang kalau dibawa ke pengadilan.”Yenny hanya ingin memanfaatkan Russel, bukan merawatnya. Kelak Yenny juga ingin memiliki anak sendiri. Kalau dia mengasuh Russel, itu hanya akan memecah kasih sayang Roni terhadap anaknya sendiri kelak.“Hari ini dari pagi Odelina sudah mengurung diri di rumahnya Olivia. Kalau begitu, besok saja kita datang pagian ke restorannya untuk jemput Russel. Toh sama saja, lebih pagi atau telat sehari ngga ada bedanya,” kata Yenny.“Kalau bukan gara-gara Olivia, kita berdua nggak bakal kehilangan pekerjaan. Kupikir kita b
“Nenek yang pilih dia sebagai calon istriku. Lagi pula aku nggak seperti Kak Samuel, ada perempuan lain yang dia sukai. Yohanna pasti akan jadi istriku. Tentu saja aku akan lindungi dia. Nenek pilihkan istri yang pandai makan untukku karena aku suka masak. Istriku suka makan, jadi sangat cocok, kan? Kalau nggak ada yang bisa bantu cari kekurangan dari masakanku, gimana aku bisa maju?” kata Ronny.Stefan tertawa pelan. “Masuk akal juga. Nenek mungkin juga berpikir seperti itu. Makanya dia carikan perempuan yang sangat pilih-pilih makanan untukmu. Dia dinas ke luar kota tapi bawa kamu. Itu artinya dia cukup percaya padamu. Jaga dia baik-baik. Biar dia lihat kebaikanmu. Nanti kamu bisa dekati dia dengan lebih mulus.”“Aku hanya urus makanannya tiga kali sehari. Yang lain nggak perlu aku urus. Nggak perlu buru-buru. Baru kenal beberapa hari. Aku bahkan belum merasakan apa-apa.”Ronny tidak jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yohanna. Dia hanya tahu kalau neneknya telah memilih Yohann
Ronny kembali ke kamar yang dia tempati, dua pengawal pria sedang satu mandi, satu lagi sedang menonton TV. Ronny hanya menyapa mereka, kemudian masuk ke kamarnya sendiri. Setibanya di Doha, dia tidak perlu lagi berada di sisi Yohanna, jadi kamarnya sudah selesai dibereskan. Lelaki itu hanya perlu menunggu untuk mandi. Melihat waktu sudah tengah malam, Ronny mengirim pesan di grup keluarga, "Saudara-saudara, ada yang belum tidur? Temani aku mengobrol sebentar." Tidak lama kemudian, kakaknya, Stefan, merespon di grup, "Kalau mau ngobrol, personal saja, jangan di grup, nanti mengganggu istirahat para orang tua dan kakak iparmu." Olivia biasanya tidur sekitar jam 10 malam. Ronny pun mengirim pesan pribadi kepada kakaknya. Dia mengirim pesan suara, karena tahu kakaknya tidak suka mengetik, dia merasa mengetik terlalu lama. "Kakak, masih belum tidur? Masih ada pertemuan sampai semalam ini?" Ronny bertanya dengan perhatian. "Kamu juga belum tidur? Menunggu untuk masak buat majikanm
Meskipun hanya makanan ringan yang sederhana, tampilannya saja sudah cukup menggugah selera. Yohanna belum makan malam, hanya memakan beberapa camilan sebagai pengganjal perut, jadi saat ini dia sudah merasa lapar."Apakah kamu sudah makan?" Yohanna bertanya kepada Ronny sambil makan.Meskipun Ronny adalah kokinya, karena dia tahu lelaki itu ada usaha sendiri juga, sehingga Yohanna sedikit menghargai Ronny. Dia merasa lelaki itu sudah cukup sukses dalam kariernya, dan masih terus belajar. Demi masakan, dia bahkan rela menurunkan jabatannya sebagai bos dan datang jauh-jauh untuk menjadi kokinya. Selain itu, dia juga bisa cepat beradaptasi dengan peran koki, dan selalu sopan terhadap dirinya. Yohanna bisa mengatakan bahwa Ronny pasti akan lebih sukses di masa depan. Potensi pria ini tidak terduga. Itulah sebabnya dia sering menggoda adiknya, bahwa jika adiknya benar-benar menyukai Ronny, dia akan senang untuk menjodohkan mereka. Ronny benar-benar sangat luar biasa dan tampan. Bersam
Orang-orang Rosalina belum tentu orang suruhannya keluarga Adhitama, tetapi jika mereka benar-benar menyentuh anak buah Rosalina, maka dugaan perempuan itu akan terbukti. Karena saat ini, Giselle tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi orang-orang yang diatur oleh Rosalina.Giselle berkata, "Baiklah, kalau begitu setelah kalian mengalihkan perhatian mereka, datanglah menjemputku."Dengan sangat terpaksa, perempuan itu berpura-pura lupa membawa dompet, lalu berbalik masuk ke dalam. Dia menunggu pemberitahuan dari pengawal bahwa dia bisa pergi, baru kemudian dia akan pergi.Dua mobil melaju memasuki tempat parkir Hotel Doha di malam hari. Tidak lama kemudian, sekelompok orang naik lift langsung ke lantai atas. Sampai di lantai atas, pintu lift terbuka, Yohanna keluar dari lift dikelilingi oleh para pengawal. Dua pengawal wanita mengikuti di belakangnya.Saat hampir sampai di depan pintu kamar, dua pengawal pria berhenti, sementara dua pengawal wanita menemani Yohanna hingga ke depan pi
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send