Stevan diam saja.Dia benar-benar tidak tahu harus membicarakan apa dengan Olivia.Pasangan muda di sekitar mereka sangat mesra dan manis satu sama lain, berjalan jalan sambil bergandengan tangan. Sementara pasangan yang memiliki anak, topik pembicaraan mereka lebih banyak tentang anak, sehingga banyak hal yang bisa dibicarakan.Berbeda dengan mereka, yang tidak saling mencintai dan tidak punya anak. Sangat sulit untuk mengobrol.Melihat Stefan diam saja, Olivia tersenyum. Dia bangkit dan segera menarik Stefan, “Ayo, kita pulang. Jangan sampai kamu merasa nggak nyaman, seolah aku akan menggodamu.”“Olivia, kamu itu perempuan!”“Memangnya kenapa kalau perempuan? Aku kan hanya bilang, nggak akan rugi juga.”Olivia menarik Stefan pergi, tetapi hanya di ujung bajunya, tanpa menyentuh tangan pria itu. Dia takut pria itu akan mencuci tangannya ratusan kali ketika sampai di rumah nanti.“Kamu nggak lihat trending topic dua hari lalu? Tentang tuan muda keluarga Adhitama dan putri dari pemilik
Olivia berkata, “Padahal kamu juga termasuk pimpinan di perusahaan, tapi kesempatanmu untuk bertemu bosmu juga sangat kecil. Bosmu itu benar-benar ... susah digapai dan sangat misterius.”Di internet sama sekali tidak ada foto tuan muda keluarga Adhitama.Pria itu selalu diikuti oleh pengawal ke mana pun dia pergi. Sebelumnya waktu di pesta, juga ada banyak pengawal yang mengikutinya. Pengawalnya semua berbadan tinggi dan kekar lagi. Dia dan temannya sampai berjinjit, tapi juga tidak bisa melihat seperti apa rupa pria itu.Stefan yang bekerja di Adhitama Group dan merupakan seorang pimpinan di sana saja juga jarang bisa bertemu dengan pria itu. Dia jadi merasa lebih baik sekarang.Stefan tidak menjawab.Dia tidak peduli apa yang orang lain katakan tentang dia. Dia melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri.Sambil membicarakan tuan muda keluarga Adhitama, mereka berdua berjalan kembali ke Gedung B tempat mereka tinggal.Pengawal-pengawal Stefan ada di sekitar. Meskipun
Punya istri rasanya enak juga.Stefan membawa kotak makan itu pergi.Dalam perjalanan ke kantor, dia menikmati sarapan penuh kasih yang disiapkan oleh istrinya di dalam mobil.Rasanya enak dan memuaskan sekali.Sopir dan pengawalnya agak bingung. Sarapan yang disiapkan istri majikannya itu sangat sederhana. Bisa-bisanya majikan mereka yang orangnya sangat pilih-pilih makanan ini melahapnya dengan senang. Mungkin masakan wanita itu benar-benar enak.Setelah Stefan pergi, Olivia menelepon kakaknya seperti biasa. Setelah yakin kakaknya baik-baik saja, dia juga keluar rumah.Ketika dia keluar rumah, jalanan sudah mulai macet karena sudah rush hour. Saat dia sudah setengah jalan, macetnya semakin parah.Banyak orang yang cemas dan kesal karena mau cepat-cepat ke kantor.Amelia juga ingin memaki rasanya.Dia menyelinap keluar rumah sementara kakak dan kakak iparnya bermesraan waktu sarapan. Oh, dia juga diam-diam menyiapkan sarapan untuk Stefan, yang dia secara khusus minta ke koki untuk men
Olivia bawa motor listrik, jadi kemacetan lalu lintas tidak memengaruhinya.Dia hanya membutuhkan sepuluh menit untuk sampai di kantor Adhitama Group.Olivia menghentikan motornya, menoleh ke Amelia dan berkata, “Hei, kita sudah sampai.”Amelia mengembalikan helmnya ke Olivia dan berterima kasih lagi.“Ini hal kecil, nggak perlu berterima kasih.”Amelia memandang Olivia dan berkata, “Apa aku boleh tahu siapa namamu? Aku merasa kamu sangat familier. Apa kita pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya?”“Nama belakangku Hermanus. Kamu memberi kesan yang baik padaku. Sayangnya, aku belum pernah melihatmu sebelumnya.”Wanita cantik biasanya selalu meninggalkan kesan pada pandangan pertama, tapi Olivia benar-benar tidak ingat pernah bertemu wanita ini.“Nama belakangmu Hermanus, ya. Oh, aku ingat, sebelumnya pernah ada trending topic tentang cucu yang nggak berbakti. Orang yang dituduh nggak berbakti itu juga bernama belakang Hermanus. Ada fotonya waktu itu. Kulihat kamu mirip dengan salah s
Amelia tidak ingin berutang budi pada Olivia.Dia juga merasa cocok dengan Olivia.Oleh karena itu, dia memberikan kartu nama kepada Olivia.Olivia juga melihat deretan mobil mewah yang datang dan berkata dengan pengertian, “Bu Amelia pergi saja dulu. Semoga semua keinginannya menjadi kenyataan.”“Terima kasih.”Amelia membawa buket bunga dan kotak makan di tangannya, lalu bukannya pergi ke arah deretan mobil mewah itu, dia malah langsung berlari menuju pintu masuk kantor dan berdiri di tengah gerbang.Olivia menatap dengan tercengang.Amelia sangat tangguh.Meskipun Stefan sudah keluar rumah pagi-pagi sekali hari ini, tapi dia masih harus pulang ke vila untuk mengambil barang. Setelah keluar dari vila dan berada setengah jalan, dia terkena macet. Kalau macet, semua orang juga tidak bisa berbuat apa-apa, tak peduli siapa dia dan apa identitasnya.Karena itulah Stefan baru sampai di kantor sekarang.Pengawal yang duduk di kursi penumpang kebetulan adalah Dimas. Dimas memiliki penglihata
Amelia menghadang di pintu kantor, jadi sopir terpaksa menghentikan mobilnya.“Den, apa perlu aku turun dari mobil dan menarik Non Amelia pergi?”Sopir itu ke Stefan untuk meminta petunjuk.Stefan terdiam sejenak, kemudian menekan tombol untuk menurunkan jendela.Amelia sangat senang melihat Stefan menurunkan jendela mobil. Dia langsung membawa buket bunga dan kotak makan menghampiri pria itu.“Stefan.” Amelia akhirnya bertemu dengan pria yang dia pikirkan siang dan malam itu. Meski dia sering datang ke sini untuk menyatakan cintanya kepada Stefan, dia sebenarnya sudah lama tidak melihat Stefan secara langsung.Dia sangat merindukan pria ini.Pria ini masih terlihat keren seperti biasa, masih pria paling tampan di hatinya.Melihat bibir tipis Stefan, Amelia rasanya ingin mencondongkan tubuh dan mencium pria itu.Bibir pria itu lembut atau tidak, ya?Amelia memandang Stefan seperti harimau sedang melihat mangsanya, membuat Stefan mengernyit.“Bu Amelia.”“Stefan, panggil saja aku Amelia
“Aku sudah memakannya di mobil.”Reiki terdiam.“Ngomong-ngomong, aku baru saja melihat pertunjukan yang bagus. Mau aku beri tahu, nggak?”Stefan melirik pria itu sekilas, lalu terus berjalan masuk tanpa menghentikan langkahnya. Wajah tampannya datar dan bibirnya tertutup rapat. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun.Reiki tidak menyukai sikap bosnya yang seperti itu, jadi dia tetap berkata, “Aku datang ke kantor lebih awal hari ini, kebetulan melihat istrimu mengantar Bu Amelia ke kantor. Mereka mengobrol dengan sangat asyik. Bos, istri dan orang yang menyukaimu tampaknya cocok dan bisa berteman baik. Bagaimana menurutmu tentang hal ini?”Stefan bahkan tidak repot-repot menatap Reiki, langsung berjalan ke lift, meninggalkan asistennya yang banyak mulut itu di tempat.Reiki tidak marah, terkekeh kecil dan berkata dalam hati, “Sungguh pertunjukan yang bagus.”Dia sangat ingin tahu. Suatu hari nanti, kalau identitas bosnya terbongkar. Istrinya akan bagaimana?Stefan menelepon Aksa Sanjay
“Baguslah. Bagusnya mereka semua kehilangan pekerjaan, lalu dimaki habis-habisan sama semua orang. Biar mereka tahu rasanya dikecam secara online. Mereka terlalu nggak manusiawi.”Meskipun Amelia orangnya susah dihadapi, dia masih punya hati nurani.Selain itu, dia juga sangat menyukai Olivia. Dia bersedia untuk membantu wanita itu membalas dendam pada seluruh keluarga Hermanus.Anggap saja ini adalah bentuk rasa terima kasihnya pada wanita itu.Bagaimanapun juga, Olivia yang mengantarnya ke kantor Adhitama Group, dan karena itulah dia bisa bertemu dengan Stefan hari ini. Pria itu bahkan berbicara dengannya.“Kak, aku akan pulang untuk menemani Mama. Kakak lanjut kerja saja.”Setelah mengatakan itu, dia menutup telepon.Dia tidak ingin mengambil waktu berharga kakaknya.Kediaman keluarga Sanjaya tidak jauh dari rumah keluarga Adhitama. Namun, rutenya berbeda.Kalau rumah mereka berada di rute yang sama, Amelia bisa langsung menghalangi mobil Stefan. Oh iya, tapi Stefan sudah jarang pul
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me