Mengapa Calvin meminta orang buta untuk mengantarkan bunga? Petugas resepsionis itu mengkritik di dalam hati, tapi dia tetap mempertahankan senyum di wajahnya dan berkata kepada Rosalina, “Bu Rosalina, ada yang bisa saya bantu?”“Tidak perlu, terima kasih.”Rosalina sudah hafal jarak ke pintu masuk lift, jadi dia tidak perlu merepotkan petugas resepsionis.“Kalau butuh bantuan, Ibu boleh panggil kami.” Petugas itu berkata sambil tersenyum. Dia melihat Rosalina memegang buket bunga dengan satu tangan, lalu tangannya yang lain memegang tongkat dan berjalan ke depan dengan pelan-pelan. Setelah Rosalina berjalan jauh, dia baru kembali ke tempat kerjanya.Kemudian, petugas tadi berkata kepada rekannya, “Kenapa Pak Calvin suruh orang buta antar bunga, ya?”“Jangan-jangan Pak Calvin tertarik sama dia? Kita sudah kerja di sini selama dua tahun, tapi belum pernah lihat Pak Calvin tertarik pada perempuan mana pun. Selain itu, nggak pernah ada perempuan datang ke sini cari Pak Calvin.”“Nggak mun
Sekretaris Calvin melihat buket yang dibawa Rosalina, lalu dia berkata dengan lembut, “Tunggu sebentar, aku telepon Pak Calvin dulu.”Sekretaris itu tidak mendapat kabar apa pun, jadi dia harus konfirmasi ke Calvin dulu sebelum membiarkan Rosalina pergi menemui Calvin.“Baik.”Rosalina berdiri di sana dengan tenang, menunggu sekretaris itu melakukan menelepon untuk meminta konfirmasi dari Calvin. Sesaat kemudian, sekretaris itu berjalan ke depan Rosalina lagi dan berkata, “Silakan ikuti aku.”“Terima kasih.”Rosalina mengucapkan terima kasih, lalu mengikuti sekretaris itu. Begitu sampai di depan pintu kantor Calvin, sekretaris itu membantu Rosalina mengetuk pintu. Kemudian, dia masuk lebih dulu dan memberi tahu Calvin kalau Rosalina datang.“Suruh dia masuk.”Calvin masih sibuk, dia menjawab sekretarisnya tanpa mengangkat wajahnya. Setelah mempersilakan Rosalina masuk ke ruangan, sekretaris Calvin langsung pergi.Pada saat sekretaris itu berbicara dengan Calvin, Rosalina mendengarkan d
“Nggak. Kita baru bertemu berapa kali, mana mungkin kamu bisa menyinggung perasaanku.”Sekalipun Rosalina menyinggung perasaannya, Calvin tetap menolerirnya. Bagaimanapun, dia akan menolerir semua yang Rosalina lakukan seumur hidup. Dia tidak akan memperdebatkan apa pun dengan Rosalina.“Kalau aku nggak menyinggung perasaan Pak Calvin, kenapa Pak Calvin minta harus aku yang antar bunga ke sini? Harus datang sendiri lagi, nggak boleh diantar orang lain.”“Mulai sekarang kamu akan sering datang ke sini. Aku harap kamu bisa ingat rute ke kantorku. Kalau sudah terbiasa, kamu akan jadi lebih leluasa,” kata Calvin.Rosalina, “....”Untuk apa Rosalina datang mencari Calvin? Akan sering datang ke sini? Kepala Rosalina dipenuhi dengan tanda tanya saat ini.“Beberapa tanaman pot di perusahaan kami sudah mati. Mungkin karena terlalu banyak komputer di sini, jadi terpapar terlalu banyak radiasi. Tanaman-tanaman itu cepat mati, aku ingin ganti semua tanaman pot yang sudah mati.”Usai berkata, Calvi
“Pak Calvin?” Rosalina memanggilnya dengan bingung.“Aku nggak suka bunga, juga nggak punya pacar. Aku minta kamu antar bunga ke sini hanya ingin buat kamu terbiasa dengan rute datang ke sini cari aku, biar kelak lebih leluasa.”Calvin menjelaskan sambil tersenyum, “Tapi mukamu yang terlihat dungu itu sangat lucu. Karena kamu sudah buat aku senang, aku traktir kamu makan malam. Ayo pergi.”Rosalina marah-marah di dalam hati, “Kamu yang dungu!”Rosalina benar-benar terpelongo karena kelakuan Calvin yang sungguh di luar dugaan. Namun, dia segera memasang raut wajah yang tenang. Kemudian, dia mengikuti Calvin sambil menolak ajakan pria itu dengan sopan.“Pulang ke rumah nanti kamu juga pesan makanan luar. Nggak baik makan terlalu banyak makanan di luar. Bagaimana kalau kamu yang traktir? Aku sudah kasih kamu dua pesanan besar. Seharusnya kamu yang traktir aku makan.”Suara Rosalina tercekat, lalu dia berkata “Aku hanya bawa beberapa ratus ribu. Aku mungkin nggak bisa traktir Pak Calvin.”
“Kak Stefan.” Calvin juga memanggil Stefan.Setelah Stefan melirik Rosalina dan buket bunga di tangan perempuan itu, dia mengalihkan pandangannya kembali ke adiknya. Kemudian, dia bergumam pelan dan memeluk pinggang Olivia sambil berkata, “Aku dan Olivia pergi dulu.”Tanpa menunggu adiknya menjawab, Stefan langsung pergi sambil memeluk Olivia. Olivia berjalan sambil menoleh ke belakang, tapi Stefan memutar badan Olivia dengan tangannya sambil berkata dengan suara berat, “Aku lebih tampan dari Calvin.”“Aku bukan lihat Calvin juga, aku lihat Rosalina. Nggak, dari ucapanmu itu kenapa ada rasa cemburu, ya.”“Kalau kamu lihat pria lain, sekalipun pria itu adikku sendiri, aku tetap saja cemburu.”“Kalau kita punya anak laki-laki, kamu juga akan cemburu kalau aku baik padanya?” tanya Olivia.“Kalau kita punya anak perempuan, aku nggak akan cemburu.”Olivia spontan tertawa, “Aku juga pengen punya anak perempuan untuk mematahkan legenda keluargamu yang hanya punya anak laki-laki. Tapi aku ngga
Setiap kali memikirkan keluarga mereka lebih mirip kuil biksu daripada keluarga Junaidi di Kota Aldimo, Stefan pun bersumpah di dalam hati kalau dia harus menemukan ahli fengsui yang hebat untuk periksa fengsui keluarga mereka. Stefan ingin tahu apakah karena masalah fengsui yang menyebabkan keluarga mereka tidak bisa memiliki anak perempuan.“Sayang, kamu lihat bagaimana dengan Calvin dan Rosalina? Aku lihat Calvin sedang cari mati sendiri.”Olivia mengganti topik pembicaraan. Daripada suaminya terus memikirkan hal tentang punya anak perempuan dan membuat Olivia merasa sangat tertekan.“Cocok juga, sih. Kalau Rosalina bisa dapatkan kembali penglihatannya, mereka semakin cocok. Kenapa kamu bilang Calvin sedang cari mati sendiri?”Stefan masih tidak tahu apa yang telah dilakukan adiknya.Olivia pun memberitahunya, “Dia telepon ke toko bunga Rosalina dan minta Rosalina sendiri antar bunga ke kantornya. Dia bahkan nggak izinkan orang lain bawa Rosalina ke sana. Dia minta Rosalina harus pe
Calvin memesan ruang makan pribadi. Setelah mereka berdua duduk, Calvin menoleh dan melihat ke arah pelayan. Pelayan tersadar dari lamunannya dan bergegas menyerahkan menu kepada Calvin.Pelayan itu merasa bingung. Calvin makan di sini setiap hari, apakah dia masih perlu melihat buku menu? Calvin sendiri tidak peduli apa yang pelayan itu pikirkan. Dia membuka menu dan membacakan nama serta harga setiap hidangan ke Rosalina. Kemudian, dia meminta Rosalina saja yang pesan.“Pak Calvin mau makan apa pesan saja.” Usai berkata, Rosalina memberikan isyarat mempersilakan dan meminta Calvin untuk memesan.“Kamu hanya bawa beberapa ratus ribu, aku takut makanan yang aku pesan terlalu mahal.”Rosalina terdiam sejenak dan berkata, “Tadi Pak Calvin bilang bisa pinjamkan aku uang, bukan?”Calvin spontan tertawa, “Aku memang bilang begitu tadi. Tapi kamu kelihatannya nggak mau utang uang sama aku. Kalau begitu kita pesan yang lebih murah saja. Seporsi tumis sawi, ayam rebus, ikan kukus, udang rebus
Calvin diam saja. Karena tidak mendapat jawaban, Rosalina juga ikut terdiam. Dia bisa merasakan Calvin sedang menatapnya. Sesaat kemudian, pelayan menyajikan hidangan.“Ayo makan.” Akhirnya Calvin berbicara juga. Akan tetapi, dia tidak menjawab pertanyaan Rosalina.Rosalina tidak bisa melihat, jadi Calvin mengambil semangkuk sup dan menaruhnya di depan Rosalina sambil berkata, “Kamu makan supnya dulu. Sudah makan sup, aku bantu kamu ambil nasi.”“Terima kasih, Pak Calvin.”“Sama-sama.”Calvin juga mengambil semangkuk sup untuk dirinya sendiri, lalu makan sup sambil mengambil sayur. Sesekali dia juga mengambil lauk untuk Rosalina dengan sendok lain.Rosalina biasanya hanya membeli makanan cepat saji. Nasi dan lauk dimasukkan ke dalam satu wadah, sehingga dia hanya perlu makan pelan-pelan. Sekarang dia makan dengan Calvin, dia bahkan tidak tahu di mana piring hidangan diletakkan. Kalau dia mengulurkan tangan untuk mengambil lauk, dia juga tidak tahu lauk apa yang dia ambil.Oleh karena i
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa
"Benar, Kakek Setya, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak masalah. Bagaimana kalau kami menemani Kakek jalan-jalan?" Aldi ikut menimpali perkataan ibunya. Bahkan Elang juga berkata, "Kakek, Tante Yuna benar. Sudah menunggu selama puluhan tahun, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak ada bedanya. Yang terpenting adalah kesehatanmu. Kellin mungkin akan tiba malam ini." "Sejak melahirkan, dia selalu ingin pergi ke luar. Katanya anaknya suka menangis dan rewel." Elang tertawa, "Tiano mirip sekali dengan Kellin saat kecil, suka menangis dan rewel." "Tapi kenapa aku ingat waktu Kellin kecil sangat mudah diurus?" Kenangan Setya tentang Kellin saat kecil berhenti pada usia dua atau tiga tahun. Pada usia itu, Kellin tidak banyak menangis dan sangat penurut. Ingatannya juga luar biasa, dia bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan kepadanya meskipun belum bisa menguasainya sepenuhnya. Setelah mengingatnya, dia akan mencerna dan memahaminya sendiri perlahan-lahan. Elang yang
Olivia merupakan menantu paling tua di keluarga Adhitama. Ibu kandung Olivia, Reni, adalah putri kedua dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya. Kelak, Odelina akan menjadi menantu keempat keluarga Lumanto. Perempuan itu memiliki status dan kedudukan yang sama dengan Olivia. Keluarga Sanjaya juga memiliki hubungan dengan keluarga Gatara karena Yuna, adalah putri sulung dari kepala keluarga Gatara sebelumnya. Oleh karena itu, keluarga Adhitama, keluarga Sanjaya, dan keluarga Lumanto adalah tiga keluarga yang bersedia dijaga hubungannya oleh Organisasi Lima Kaisar dalam jangka panjang. Semua ini berkat pengaruh Setya. Elang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan ketiga keluarga ini. Namun, setelah gurunya datang ke Mambera, dia telah menyelidiki semua keluarga besar di sana dan mengetahui bahwa empat keluarga tersebut menguasai Mambera. Umumnya, tidak ada yang berani menyinggung mereka. Para pemimpin dari empat keluarga besar itu juga mampu mengendalikan anggota keluarganya, me
“Dokter Panca bilang, dia akan mengatur agar Dokter Dharma datang dan menemani kita pergi ke Cianter,” kata Yuna. “Dengan adanya Dokter Dharma bersama kita, setidaknya kita bisa lebih tenang,” lanjutnya. Setya sudah sangat tua. Perjalanan jauh membuat semua orang khawatir dan takut jika sewaktu-waktu napasnya tersendat, dia akan langsung pergi begitu saja. Dengan kehadiran Dokter Dharma atau Dokter Panca, mereka bisa merasa lebih lega. “Dokter Dharma sering bepergian untuk mengobati orang. Kalau dia pergi selama beberapa hari, Olivia juga nggak akan curiga,” lanjut Yuna. “Kalau saja Olivia nggak sedang hamil, kami juga nggak perlu menyembunyikan ini darinya.” “Bayinya lebih penting, lebih baik kita merahasiakannya,” kata Setya, yang juga setuju untuk menyembunyikan ini dari Olivia. Apalagi setelah mengetahui bahwa Olivia baru bisa hamil setelah satu tahun menikah. Kehamilan ini tidak mudah baginya, ditambah lagi dengan tekanan besar yang dia hadapi. Jika perempuan itu tahu bahwa s