Cherly sudah menduga Daniel akan berkata seperti itu. Dia hanya tersenyum dan berkata, “Kak Daniel, Tante mau kamu yang temani dia. Aku nggak bisa gantikan kamu. Bagaimanapun, aku hanya anak teman Tante, bukan keluarga Tante. Sebenarnya aku juga nggak suka dengan pesta. Tapi sering kali kita nggak bisa menolak, mau nggak mau harus ke sana.”Daniel pernah menghadiri banyak pesta dalam dunia bisnis, tapi tujuannya hanya untuk membahas tentang bisnis. Terutama ketika Lumanto Group masih belum beroperasi normal. Demi bisnis perusahaannya, Daniel akan pergi ke pesta yang diadakan oleh siapa pun.Sekarang Lumanto Group sudah menjadi perusahaan besar yang terkenal di Kota Mambera. Sebagai bos besar, Daniel hanya berbicara tentang bisnis besar dengan bos-bos besar lainnya. Bisnis kecil biasanya diserahkan kepada manajemen di bawahnya.Sejak itu, Daniel mulai jarang menghadiri berbagai pesta. Kecuali dua temannya juga pergi ke pesta itu. Kalau ada teman, dia baru mau pergi. Namun, Stefan sering
Yanti tidak ke mana-mana hari ini, dia terus menunggu Cherly pulang di rumah. Dia ingin tahu apakah Daniel sudah makan sarapan yang Cherly antar. Begitu mendengar suara mobil, Yanti langsung keluar dari rumah.“Tante.”Setelah turun dari mobil, Cherly berjalan ke arah Yanti dengan membawa kotak bekal yang sudah kosong.Yanti menebak Daniel pasti sudah makan sarapan yang Cherly antar ketika melihat senyum lebar yang merekah di wajah perempuan itu. Mereka berdua kembali ke dalam rumah sambil berbincang. Cherly menyerahkan kotak bekal kepada pelayan, lalu dia menuntun Yanti ke sofa dan duduk di sana.“Kenapa nggak main di kantor Daniel lebih lama?”“Kak Daniel mau rapat, Tante. Aku nggak enak hati sita waktunya. Tante, Kak Daniel habiskan sarapan yang aku antarkan. Aku bilang Tante yang suruh aku antar, habis itu dia langsung makan. Dia bahkan tanya sama aku koki di rumah ganti, ya. Dia merasa keterampilan memasakku bagus.”Raut wajah Yanti seketika berseri-seri ketika mendengar cerita Ch
Cherly lanjut berkat, “Tante sendiri yang beri tahu aku. Olivia dan Odelina adalah saudara kandung. Olivia kehilangan orang tuanya ketika dia berusia sepuluh tahun. Sejak itu, dia dibesarkan oleh kakaknya. Jadi sifat Olivia terbentuk dari didikan kakaknya. Setelah tahu karakter Olivia dengan jelas, kita juga bisa lihat karakter Odelina dengan jelas.”“Aku percaya Odelina bukan perempuan orang seperti itu. Mungkin saja dia akan jadi sainganku, tapi bukan karena dia sengaja. Masalah hanya ada pada Kak Daniel.”Cherly bukan tipikal nona muda yang tinggal di rumah setiap hari. Dia adalah seorang eksekutif di perusahaan keluarganya. Boleh dibilang dia orang yang sering bepergian dan memiliki wawasan yang luas. Oleh karena itu, dia lebih bijaksana dalam menghadapi masalah daripada Yanti.“Tapi, karena aku sudah tahu hal-hal ini, ada baiknya aku ambil tindakan pencegahan lebih dulu.”Cherly berpikir sebelum ada apa-apa di antara Daniel dan Odelina, dia harus mendapatkan Daniel lebih dulu, aga
Adi dan istrinya masih harus bekerja sama dengan Odelina dan Olivia untuk menyelesaikan prosedur balik nama. Setelah semua prosedur sudah diselesaikan, di dalam sertifikat tanah tertera nama Odelina, mereka membayar lagi uang untuk membeli bagian warisan yang didapatkan kakek nenek mereka.Olivia ingin memberikan semua bagian yang dia dapat kepada kakaknya. Karena Odelina adalah putri sulung, dia ingin membiarkan kakaknya yang mewarisi rumah peninggalan orang tua mereka. Apalagi mengingat situasi sang kakak jauh lebih sulit daripada dirinya.Olivia belum memberi tahu Odelina tentang hal ini. Selesai mengurus semuanya, kepala desa berkata kepada kakak beradik itu, “Odelina, Olivia, kalian mau sewakan ladang kalian, nggak? Ada bos besar yang ingin sewa semua ladang di desa kita. Aku sudah adakan rapat dengan semua orang, nggak ada yang keberatan.”“Setelah mendapatkan uang sewa, nanti uang akan dibagikan sesuai dengan luas tanah yang kalian sewakan. Sistemnya terbuka, semua orang bisa ta
“Oke, kalau begitu sepakat, ya. Sebenarnya aku suka lihat kamu pas mabuk. Kalau sudah mabuk, kamu jadi sangat antusias.”Stefan mengucapkan kalimat terakhir dengan suara yang sangat pelan.Olivia, “....”Pria yang dulunya bagai gunung es ini benar-benar sudah banyak berubah. Dia bahkan bisa menggoda Olivia di telepon.“Semuanya lancar, kan? Mereka masih buat keributan lagi, nggak?”Stefan masih ingat penampilan nenek Olivia yang tidak tahu malu itu. Dia khawatir nenek itu akan bertindak kasar lagi. Namun, begitu teringat dia mengatur pengawal, pengacara dan yang lainnya untuk mengikuti Olivia, apalagi Olivia menguasai ilmu bela diri, Stefan pun tidak terlalu khawatir.“Sangat lancar, kakekku mungkin sudah kasih tahu nenekku tentang kata-kata yang anak cucunya ucapkan. Kali ini nenekku nggak buat keributan sama sekali, dia justru bekerja sama. Aku juga suruh orang jemput orang tua angkat mamaku ke sini. Mereka bilang mereka nggak mau warisan mamaku, semuanya kasih ke kami.”“Hmm.”Stefa
“Kak, aku ke kantor Stefan tunggu dia pulang kerja saja.”Olivia berkata kepada kakaknya sambil mengemudikan mobil. Dia juga menoleh untuk bertanya pada keponakannya, “Russel mau ikut Tante pergi jemput Om Stefan, nggak?”Russel belum menjawab, Odelina sudah berkata lebih dulu, “Kalau kamu bawa dia ke sana, Stefan akan merasa Russel jadi obat nyamuk yang mengganggu kalian.”Russel tiba-tiba teringat Stefan pernah bilang dia adalah obat nyamuk. Anak itu langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berkata, “Tante, aku bukan obat nyamuk. Aku Russel.”“Iya, iya, kamu Russel, bukan obat nyamuk. Kamu jangan masukkan dalam hati kata-kata Om Stefan.”Odelina tertawa, “Kamu antarkan kami berdua ke depan rumah kontrakan saja. Aku bawa Russel pergi beli bahan-bahan yang aku butuhkan besok di toko.”“Baiklah.”Olivia tidak memaksa. Dia mengantarkan kakak dan keponakannya kembali ke rumah kontrakan. Setelah melihat mereka naik ke atas, dia baru pergi. Pada saat Olivia tiba di Adhitama Group,
Rosalina mendengarkan perkataan Olivia dengan tenang. Dia memiliki ingatan yang sangat baik. Olivia hanya mengatakannya sekali, dia sudah bisa mengingatnya.“Bu Rosalina ingat rute yang aku bilang tadi?” tanya Olivia dengan perhatian.Rosalina langsung menjawab dengan lembut, “Terima kasih, Bu Olivia. Aku sudah ingat.”“Jadi, aku pergi dulu, nih?”Olivia ingin pergi ke lantai paling atas untuk menemui Stefan. Lift yang mereka gunakan pun berbeda.“Oke, Bu Olivia pergi saja. Aku akan jalan pelan-pelan. Pak Calvin suruh aku pergi sendiri, nggak boleh diantar orang lain.”Olivia merasa adik iparnya itu sedang cari mati sendiri, bisa-bisanya dia menyulitkan Rosalina seperti ini. Rosalina juga berpikir demikian. Dia bahkan tidak tahu kapan dia pernah menyinggung perasaan Calvin.Calvin ingin menyulitkan Rosalina seperti ini, tapi pria itu juga membuang umpan untuk memancingnya. Bisnis toko bunganya begitu-begitu saja belakangan ini. Kecuali ada satu hari di mana seseorang datang ke toko dan
Mengapa Calvin meminta orang buta untuk mengantarkan bunga? Petugas resepsionis itu mengkritik di dalam hati, tapi dia tetap mempertahankan senyum di wajahnya dan berkata kepada Rosalina, “Bu Rosalina, ada yang bisa saya bantu?”“Tidak perlu, terima kasih.”Rosalina sudah hafal jarak ke pintu masuk lift, jadi dia tidak perlu merepotkan petugas resepsionis.“Kalau butuh bantuan, Ibu boleh panggil kami.” Petugas itu berkata sambil tersenyum. Dia melihat Rosalina memegang buket bunga dengan satu tangan, lalu tangannya yang lain memegang tongkat dan berjalan ke depan dengan pelan-pelan. Setelah Rosalina berjalan jauh, dia baru kembali ke tempat kerjanya.Kemudian, petugas tadi berkata kepada rekannya, “Kenapa Pak Calvin suruh orang buta antar bunga, ya?”“Jangan-jangan Pak Calvin tertarik sama dia? Kita sudah kerja di sini selama dua tahun, tapi belum pernah lihat Pak Calvin tertarik pada perempuan mana pun. Selain itu, nggak pernah ada perempuan datang ke sini cari Pak Calvin.”“Nggak mun
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk
“Russel sepertinya mulai libur minggu depan. Setelah dia libur, aku akan membawanya ke sana lagi. Nanti, saat kamu libur Tahun Baru, kita akan pulang bersama ke Mambera untuk merayakan Tahun Baru,” kata Odelina.“Kalau aku ke sana, kita lihat-lihat rumah, ya? Kamu mau mengembangkan bisnismu di Cianter, jadi kita beli rumah saja di sana. Dengan begitu, kalau kita ke sana, kita nggak perlu tinggal di hotel lagi,” kata Daniel. Odelina menjawab, “Nggak perlu buru-buru beli rumah. Tunggu aku stabil dulu, baru kita pikirkan. Sekarang aku juga nggak punya banyak uang. Kalau hanya untuk membeli apartemen, mungkin masih bisa.” Namun, Daniel sepertinya tidak suka tinggal di apartemen. Russel masih kecil. Jika tinggal di apartemen, dia akan berlari-lari ke sana kemari, dan bisa membuat penghuni atas atau bawah mengeluh. Saat Odelina masih belum bercerai, dia sering mendapat keluhan dari penghuni bawah. Setiap kali ada keluhan, Roni akan memarahinya dan menyuruhnya menjaga Russel agar tidak mem
Kadang-kadang, ketika terlalu banyak berpikir, Daniel khawatir akan timbul perasaan kesal dalam dirinya. Dia menenangkan diri dan mencoba berpikir positif. Lelaki itu tahu bahwa Odelina bahkan meninggalkan putra kecilnya di rumah adiknya untuk diasuh dan jarang sekali memiliki waktu untuk menelepon, apalagi untuk dirinya. “Aku biasanya tidur siang hanya setengah jam, dan itu sudah cukup. Aku sudah tidur setengah jam tadi. Kupikir sekarang kamu juga sudah bangun, jadi aku meneleponmu sebelum kamu mulai bekerja,” kata Daniel. “Iya, setelah minum kopi, aku akan mulai bekerja. Ada apa?” tanya Odelina dengan lembut. “Kamu kangen aku?” Dengan penuh perasaan, Daniel menjawab, “Aku kangen kamu. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, aku merindukanmu. Aku merindukanmu sampai terasa seperti mau gila.” Di telepon, terdengar tawa Odelina. Mendengar tawanya, Daniel merasa energinya untuk bekerja sore itu akan meningkat secara drastis. “Kamu baru saja pulang, 'kan?” tanya Odelina sambil terseny
Anak perempuan harus memakai marga Gatara, yang berarti Daniel harus menjadi menantu yang masuk ke keluarganya.Jika anak yang dilahirkan adalah laki-laki, dia bisa memakai marga Lumanto, tetapi jika perempuan, tidak bisa. Odelina tidak tahu apakah Daniel akan setuju atau tidak. Jadi, semua itu adalah urusan masa depan. Yang perlu dia pikirkan sekarang adalah bagaimana mengelola perusahaannya dengan baik, memperbesar skala bisnis, dan berinvestasi di industri lain agar menghasilkan lebih banyak uang serta mendapatkan posisi di dunia bisnis Cianter. Odelina tidak bisa terus-menerus bergantung pada Rika. Hanya dengan menjadi kuat, seseorang baru benar-benar kuat. Setelah itu, kedua saudara perempuan itu tidak saling mengirim pesan lagi. Olivia pun bersandar pada suaminya dan tertidur sebentar. Sementara itu, Odelina meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur sebelum berbaring kembali. Di kantornya, dia telah membuat ruangan kecil untuk beristirahat, dengan menambahkan sebuah r
Olivia mengecilkan volume ponselnya ke level paling rendah sebelum mengirim pesan kepada kakaknya. Dia memberi tahu bahwa mereka telah menemukan Setya. Atau lebih tepatnya, lelaki renta itu yang datang untuk menemui mereka. Setelah mengirim pesan, dia menambahkan bahwa Nenek sedang beristirahat di dalam mobil. Jadi mereka hanya bisa berbicara lewat pesan teks, jangan menelepon agar tidak mengganggu Nenek. Setelah menerima pesan itu, Odelina langsung membalas dengan bertanya kepada adiknya, di mana Setya bersembunyi selama ini. Apakah sudah dipastikan bahwa dia adalah asisten Nenek? Apa mungkin dia hanya seorang penipu? Olivia menjelaskan bahwa Setya telah diselamatkan oleh Dokter Panca dan yang temannya. Selama bertahun-tahun, lelaki itu hidup bersama mereka dengan identitas tersembunyi. Kesehatannya juga sedikit bermasalah. Selama ini, dia juga mencari ibu dan bibi mereka. Baru-baru ini, Setya memastikan identitas bibi mereka, dan karena itu, dia datang untuk bertemu. Meskipun bib