"Bu Rosa nggak kayak orang yang nggak bisa lihat pas lagi begini," ujar Calvin. Rosalina meletakkan tongkat kayunya sambil menanggapi, "Keahlian datang dari latihan ‘kan, Pak. Saya sudah buka toko bunga ini selama beberapa tahun. Hal-hal seperti ini sudah saya kerjakan setiap hari. Sudah terbiasa.”Setelah membuka pintu, Rosalina meletakkan tongkatnya dan mulai dengan cekatan mengeluarkan pot bunga yang menghalangi pintu toko."Pak Calvin mau beli apa hari ini? Silakan lihat-lihat dulu,” kata Rosalina sembari memindahkan pot-pot bunganya. Setelah beberapa pot dipindahkan, Calvin akhirnya membantu Rosaina mengangkut semua pot bunga yang harus ditempatkan di depan toko.Setiap pot bunga memiliki nama, tetapi namanya bukan ditulis di kertas, melainkan pada sebuah papan kayu kecil yang diukir. Dengan cara seperti itu, Rosalina bisa tahu bunga apa yang diinginkan oleh para pelanggan dengan meraba huruf yang terukir di papan kayu itu."Kamu ‘kan nggak bisa lihat. Jualan kayak gini nggak ga
Giselle tidak tahan melihat betapa baiknya sikap adiknya pada Rosalina. Saat adiknya mulai masuk sekolah dasar, dia meminta ibunya untuk mengirim sang adik ke sekolah berasrama agar mengurangi waktu adiknya di rumah. Namun, bahkan dengan demikian, adiknya masih sangat baik pada Rosalina.Sang adik yang berusia sembilan tahun lebih muda selalu merasa bersalah karena tidak bisa mengurus Rosalina ketika dia sakit. Saat itu dia tidak tahu bagaimana cara membawa Rosalina ke dokter hingga akhirnya Rosalina sampai kehilangan penglihatannya. Di rumah itu, Rosalina hanya bisa mendapatkan kehangatan keluarga dari adiknya. Calvin menyimak dengan hati-hati saat Rosalina bercerita dengan suaranya yang datar, mengungkapkan hal yang paling menyayat hatinya. Calvin merasa iba. Mungkin karena dia tahu dari awal bahwa Rosalina adalah calon istri yang telah dipilih oleh Nenek untuknya.Calvin sudah menganggap Rosalina sebagai wanita miliknya. Dia menghibur Rosalina, "Kamu sudah melalui masa-masa sulitmu
Saat ini Calvin dan Rosalina bahkan belum memulai hubungan mereka. Oh, sebenarnya Calvin sudah memulai, tapi Rosalina belum tahu. Rosalina enggan memberikan bunga mawar kepada Calvin, mungkin karena dia punya alasan tersendiri."Cakep banget bunganya, terima kasih, Bu Rosa,” kata Calvin setelah menerima buket bunga tersebut. "Bu Rosa, pamit kerja dulu, ya," lanjutnya.Setelah keluar dari toko bunga, Calvin kembali ke mobilnya kemudian meletakkan buket bunga di kursi penumpang. Sebelum naik ke mobil, dia memandangi Rosalina sebentar sebelum akhirnya pergi.Rosalina mendengarkan pergerakan di pintu toko sambil mendengarkan suara mobil berjalan menjauh. Dia merasa sedikit lega. Rosalina menyadari sepertinya putra kedua keluarga Adhitama tertarik padanya. Mungkin pria itu belum pernah berhadapan dengan orang buta sebelumnya. Rosalina mengira Calvin tertarik padanya mungkin karena dia adalah seorang tunanetra.Calvin membawa buket bunga yang diberikan Rosalina ke kantor perusahaan Adhitam
Calvin bertanya penasaran, “Siapa tuh orangnya? Dia bisa nyembuhin mata juga?”"Tabib legendaris sih pastinya bisa menyembuhkan berbagai masalah, ya. Nggak mungkin jadi tabib legendaris kalau nggak mumpuni, ‘kan?” jawab Stefan.Lalu Calvin bertanya lagi, “Dia buka praktek di mana?”"Oh, dulunya pernah ada di Vila Ferda, kota Aldimo, tapi sepertinya sekarang nggak lagi ada di sana. Kabarnya, sih. Murid terbaiknya, Bu Dharma, dekat dengan keluarga Junaidi, tapi juga nggak baik hubungannya dengan anak keempat keluarga Junaidi. Mungkin kamu bisa tanya-tanya Jonas.”"Katanya juga, murid terbaiknya itu nama belakangnya Dharma. Dia itu wanita hebat. Dia membantu keluarga Lambana dari Kota Dawan untuk mengatasi musuh paling berat mereka. Selain hebat dari segi ilmu beladiri, dia juga ahli di bidang pengobatan. Oh ya, dia juga jago pakai racun."Tentu saja karena Dharma adalah seorang tabib, maka dia lebih fokus untuk menyelamatkan nyawa. Meskipun dia ahli dalam menggunakan racun, dia tidak aka
Kejadian yang dialami Aiden contohnya. Saat itu Shella sedang sibuk menyaksikan pertunjukan tanpa memperhatikan anaknya. Akibatnya, Aiden diculik orang. Ketika sadar, Aiden sudah dibawa jauh oleh si penculik.Andi, Rita, Shella dan Roni semua datang ke tempat kejadian. Hanya Yenny yang tidak datang karena dia tidak akur dengan kakak iparnya. Yenny juga tidak menyukai Aiden. Dia beralasan, tidak ikut datang. Namun sebenarnya Yenny takut.Dia takut menghadapi Odelina dan Olivia yang mungkin akan mencurigainya. "Russel, sini,Tante gendong," seru Amelia mengajak dengan ramah. Russel selalu menyukai tante cantik.Dia dengan senang hati berjalan menuju Amelia dan merentangkan kedua lengannya. Amelia menggendong Russell dengan penuh kasih sayang.Amelia bertanya lembut, "Legonya belum jadi?” Russel menggeleng dan menjawab dengan suara menggemaskan, "Om Daniel nggak ada waktu ngajarin aku. Kalau Om Daniel ngajari aku, pasti aku bisa,” Ibunya pun tidak ada waktu untuk mengajari Russel.Ame
"Betul, Olivia. Kami benar-benar mau berterima kasih sama kamu kemarin. Kalau bukan karena kamu, mungkin Aiden dan Russel …," sahut Rita yang juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Olivia.Olivia menjawab, "Nggak perlu berterima kasih, Tante, Shella. Kemarin kalian sudah berterima kasih. Russel ‘kan keponakanku juga. Tentu saja aku pasti akan melindunginya.”Aiden juga seorang anak kecil. Olivia tidak bisa hanya diam saja saat melihat anak-anak berada dalam bahaya. Pada saat-saat seperti itu, siapa pun pasti akan berusaha untuk menyelamatkannya."Nggak, nggak. Kami tetap harus berterima kasih sama kamu. Oliv ada waktu nggak? Kami mau ajak makan," Shella tersenyum sambil bertanya, "Ajak kakakmu juga. Kami pengin banget ngajak kalian berdua makan. Oh iya, juga dua pengawalmu di luar sana. Aku juga mau berterima kasih secara langsung sama mereka.”"Tante, nggak perlu ngajak makan segala. Itu mereka, Pak Didin, Pak Suhe, sini masuk sebentar," panggil Olivia kepada kedua pengawalnya
Setelah menyebarkan berita palsu kepada seluruh desa bahwa Rocky bukanlah anak kandung keluarga Hermanus, Adi merasa rumor yang telah mereka sebar sudah cukup. Maka, hari ini dia bergegas untuk mencari Olivia."Ngapain kalian datang ke sini, hah?” tanya Rita kasar. Dia masih ingat sikap Adi yang sudah menerima uang puluhan juta darinya tapi malah melakukan wanprestasi. Ketika dia meminta uangnya kembali, Adi justru menolak membayar.“Kamu datang ke sini untuk merusak nama baik Olivia lagi, ‘kan?”Rita tahu keluarga Hermanus sering membuat keributan. Dia dan suaminya bahkan mengatai keluarga Hermanus benar-benar tidak tahu malu. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, mereka mendapatkan sejumlah uang ganti rugi yang nilainya sangat besar. Namun, mereka malah mengusir Odelina dan Olivia dari rumah mereka, dan membuat kedua bersaudara itu tidak punya tempat tinggal.Mereka bahkan tidak pernah memperdulikan Olivia dan Odelina sedikit pun. Di sisi lain, mereka mengambil alih properti milik ora
"Lihat saja, Istrimu itu sudah dapat karmanya. Sekarang dia sakit. Kena kanker, ‘kan? Nggak mungkin bisa sembuh itu. Bentar lagi juga mati. Lebih baik cepat mati saja lah dia. Minta maaf sama anak dan menantumu,” ejek keluarga Pamungkas dengan kata-kata tajam. Adi sangat marah sampai rasanya ingin sekali dia memukul orang.Andi dan Roni menghadang. Adi tidak berani menyerang.Adi menunjuk-nunjuk Rita, "Apa urusanmu, heh? Kamu siapa? Urusan keluarga Hermanus nggak ada hubungannya sama keluarga Pamungkas macam kalian.”"Kalau anak perempuan sudah menikah, itu sudah pisah dengan keluarga. Mereka saja yang nggak tahu malu minta warisan. Kalian juga nggak kasih warisan ke anak perempuan, ‘kan? Masih seenaknya bilang keluarga kita nggak bener. Ngaca dong, Ngaca!” lanjut Adi.Shella menjawab dengan lantang, "Heh, aku menikah sama suami yang berada, punya rumah, mobil. Kami juga punya tabungan sendiri. Aku sendiri yang kasih warisan ke adik laki-lakiku, paham kamu?” "Sudah deh, kamu nggak usa
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa