“Ma, Russel punya mainan tapi nggak kasih aku main. Ma, aku mau mainan. Aku mau mainan Russel.”Aiden juga berlari kembali ke Shella. Anak itu menarik pakaian ibunya dan meminta ibunya bantu dia mengambil mainan dari Russel.Shella selalu percaya kalau anaknya yang paling berharga, sedangkan anak orang lain tidak berharga. Dia pun mengulurkan tangannya ke arah Russel dan berkata, “Russel, kasih mainanmu ke Kak Aiden sebentar.”“Mainan ini punya aku!”Russel memeluk kotak itu erat-erat dan tidak mau melepaskannya. Shella berjalan dua langkah ke depan dan hendak menarik Russel. Akan tetapi, Odelina memukul pergelangan tangan Shella dengan sendok. Pukulannya cukup keras, sehingga Shella langsung menarik kembali tangannya karena kesakitan.“Odelina, apa yang kamu lakukan?”Odelina memasang raut wajah dingin, “Aku yang seharusnya tanya sama kamu apa yang kamu lakukan? Mainan itu milik Russel. Kalau dia nggak mau kasih Aiden main, ya Aiden nggak usah main. Kamu ini tantenya, tapi kamu malah
Olivia pergi ke toko dengan Rolls Royce milik suaminya. Pekerja kerajinan tangan yang direkrutnya kebetulan datang membawa barang kerajinan tangan yang sudah jadi. Olivia memeriksa barang dan merasa hasil kerja mereka sangat bagus. Dia terus memuji teman-temannya, lalu membayar upah mereka sesuai dengan kesepakatan awal.“Olivia, kami semua jaga anak di rumah saja. Sekarang kami juga bisa hasilkan banyak uang dengan membuat barang kerajinan tangan di waktu luang. Keluarga kami sangat mendukung. Mama mertuaku nggak ketus lagi sama aku.”“Aku juga, loh. Aku kaget sewaktu mama mertuaku mau bantu aku jaga anak. Olivia, kamu terima pesanan lebih banyak. Nggak peduli berapa banyak pesanan yang kamu terima, kami pasti bantu kamu selesaikan semua pesanan.”Mereka semua adalah teman sekelas yang sama-sama belajar membuat barang kerajinan tangan. Meski biasanya mereka jarang bertemu, mereka tetap saling mengontak. Mereka juga sudah tahu status Olivia sekarang. Tak perlu katakan lagi betapa irin
Yenny terlihat ketakutan. Dia tidak ingin hal buruk terjadi kepada keluarganya di desa. Walaupun Yenny sering bertengkar dengan keluarganya, tapi mereka tetaplah kerabat terdekat Yenny. Dia tidak ingin Russel yang merupakan orang luar membuat keluarganya dalam masalah.Hari ini adalah saat yang paling tepat untuk melancarkan semua rencana yang telah dia susun.“Mamamu juga pergi?” tanya Olivia.“Iya, Mama pergi. Tante ikut juga, kan?” tanya Russel lagi. Setelah berpikir sejenak, Olivia pun berkata, “Jam berapa berangkatnya? Tante lihat jadwal Tante dulu, ya.”“Tante ikut saja ya sama aku ke kebun binatang. Aku mau lihat harimau di sana. Kata Mama, kita akan berangkat setengah jam lagi,” ujar Russel.Sebelumnya, Russel lebih memilih untuk pergi bersama tantenya dan tidak memilih untuk pergi ke kebun binatang. Namun, dia tetap tidak bisa melupakan keinginannya untuk pergi ke kebun binatang. Jadi, dia tidak akan lagi menyia-nyiakan kesempatannya kali ini untuk pergi ke kebun binatang.
Amelia menatap ke arah Odelina untuk memastikan kalau keluarga Pamungkas benar-benar hanya ingin mengajak mereka berjalan-jalan tanpa ada maksud lainnya. Di sisi lain, Amelia tetap mempertahankan senyuman di wajahnya hanya untuk Russel seorang dan bukan untuk keluarga Pamungkas yang menjijikkan itu. “Karena Russel mau main ke kebun binatang, jadi Tante Amelia juga ikut temani Russel ke sana, ya,” ujar Amelia sambil tersenyum. Russel belum mengetahui tentang perceraian orang tuanya. Dia juga tidak tahu tentang keluarga ayahnya yang selalu bersikap jahat kepada ibunya. Semua ini bisa terjadi karena Odelina adalah wanita yang baik hatinya. Dia tidak pernah berbicara buruk tentang Roni dan keluarganya di depan Russel. Bagaimanapun juga Roni adalah ayah dari Russel. Mengatakan hal buruk tentang Roni di depan Russel tidak akan memberikan keuntungan apa pun, sebaliknya pertumbuhan Russel justru akan terpengaruh dengan hal buruk itu. Tiga puluh menit kemudian.Olivia dan Odelina membawa Ru
Olivia terpaksa terus berlari mengikuti ke mana Russel pergi. Ada banyak sekali anak kecil seperti Russel di kebun binatang, jadi dia tidak bisa melepaskan pandangan dari Russel. Olivia juga tampak tidak lagi peduli dengan pemandangan kebun binatang. Dia sudah terlalu lelah berlari mengikuti Russel ke mana-mana. Russel setiap harinya hanya ikut ibunya ke restoran untuk bekerja. Kemudian mereka akan langsung pulang ke rumah setelah restoran tutup. Ibunya sama sekali tidak sempat membawa Russel bermain di luar. Oleh karena itu, saat ini di kebun binatang naluri anak-anak Russel yang suka bermain langsung meluap tidak terbendung. Untung saja, Olivia sudah terbiasa dengan latihan fisik bela diri. Jadi, mengejar Russel bukanlah suatu hal yang berat untuknya. Odelina juga sudah cukup terbiasa berjalan jauh karena dia sudah sering berolahraga untuk mengurangi berat badannya, tapi lain halnya dengan Amelia. Amelia merasa kakinya sakit karena dia tidak terbiasa berjalan jauh. Di sisi lain, me
Orang itu langsung meminta maaf kepada Yenny lalu menyelipkan sebuah catatan kecil di tangannya. Yenny tidak berani membuka catatan itu dan hanya menggenggamnya dengan erat. Kemudian dia melihat ke sekelilingnya dan melihat ada rambu jalan yang menunjukkan arah ke toilet. Dia mengikuti rambu jalan tersebut sampai akhirnya tiba di toilet yang dia tuju. Yenny cepat-cepat masuk ke dalam toilet dan membuka catatan kecil itu di sana. Isi catatan itu adalah “Kami akan membuat keributan ketika pertunjukan di akuarium dimulai. Kemudian kami akan membawa anak kecil itu bersama kami. Tugasmu adalah mengajak mereka semua ke akuarium.”Yenny langsung merobek dan membuang catatan kecil itu ke lubang air setelah selesai membacanya. Dia sempat berpikir kalau orang-orang itu pasti tidak akan bisa berbuat apa-apa dengan adanya Olivia dan para pengawalnya. Yenny tidak pernah menduga, kalau ternyata mereka tidak menyerah begitu saja. Apa mungkin mereka akan berhasil menculik Russel di tempat pertunjuka
Yenny tahu kalau rencana ini akan gagal karena Odelina terus memeluk erat Russel, ditambah lagi dengan adanya dua pengawal Olivia yang mengawal mereka dengan sangat ketat. “Aiden! Aiden!”Suara teriakan Shella yang memanggil anaknya tiba-tiba saja terdengar di telinga Yenny. Yenny langsung menoleh dan melihat seorang laki-laki jangkung sedang berusaha untuk melarikan diri sambil menggendong Aiden dalam pelukannya.Yenny benar-benar tercengang dengan pemandangan ini. Orang itu sudah salah menculik anak. “Sayang, Roni, cepat kejar orang itu! Dia menculik Aiden!” seru Shella sambil berusaha untuk mengejar laki-laki jangkung itu di tengah kerumunan. Seluruh anggota keluarga Pamungkas berusaha untuk mengejar orang yang membawa pergi Aiden dengan sekuat tenaga mereka. Namun, kerumunan orang sangatlah padat. Mereka kesulitan untuk mengejar laki-laki jangkung itu. “Penculik! Laki-laki jangkung itu sudah menculik anakku! Penculik!” teriak Shella tanpa henti dengan wajah yang mulai memucat.
Orang itu pasti akan merenggut Russel dari pelukannya kalau sampai Odelina mengendurkan pelukannya dari tubuh Russel. Odelina masih terus memeluk Russel erat dengan wajah memucat setelah sampai di dalam mobil Amelia.Olivia juga tampak ketakutan. “Kak, bawa semua pengawal keluarga kita ke kebun binatang Mambera untuk menjemput kami di sini. Keadaan di sini benar-benar kacau. Ada orang yang menculik anak kecil. Bahkan Russel juga hampir mereka culik,” ujar Amelia kepada kakak laki-lakinya melalui telepon dengan perasaan panik. “Aku nggak berani nyetir sendiri. Aku takut mereka mencegat mobilku di tengah jalan pulang,” tambah Amelia lagi. Ini adalah pertama kalinya Amelia menghadapi keadaan yang kacau dan berbahaya seperti itu. Padahal biasanya Amelia adalah sosok perempuan yang berani dalam menghadapi situasi apa pun. Namun, kali ini dia benar-benar ketakutan. Kakinya terasa sangat lemas ketika melihat Russel hampir diculik di depan matanya. Mereka pasti akan sulit menemukan Russel k