Yenny langsung menyapukan pandangannya ke sekitar toko dan terlihat kecewa ketika tidak menemukan Russel. Akan tetapi dia memang tidak menunjukkannya secara jelas. Dua orang karyawan baru tidak tahu hubungan antara Roni dengan Odelina sehingga mereka langsung menyambut kedua suami istri itu dengan senyuman.Roni membawa Yenny duduk di sebuah meja kosong dan berkata, “Yenny, istriku, kamu mau makan apa?”Sebelum keluar tadi, Yenny meminta Roni untuk memanggilnya dengan mesra di hadapan Odelina. Meski perempuan itu tidak ada rasa lagi dengan Roni, Yenny masih tetap menganggap Odelina adalah saingannya.“Mungkin dia nggak tenang karena mendapatkan apa yang dia dapatkan dari hasil merebut. Dia selalu khawatir akan direbut lagi oleh orang lain.”“Aku ikut kamu makan apa saja.”Roni menyebutkan pesanannya dan dicatat oleh karyawan toko untuk disiapkan terlebih dahulu.“Kok nggak kelihatan Russel?” tanya Yenny. Roni juga tidak tahu karena seharusnya Russel ada di toko. Jangan-jangan dibawa pe
“Russel ikut om dia pergi.”“Pak Stefan? Bukannya Russel sedang tidur?”“Iya, Stefan bawa dia pergi. Kalau kamu mau jemput Russel, jemput di Adhitama Group saja,” ujar Odelina.“Kalau Russel nggak mau tinggal beberapa hari sama kalian, kalian bisa cari dia di tokonya Olivia kalau mau melihatnya. Aku sibuk dan memang sulit menjaganya. Selanjutnya Russel akan main di tokonya Olivia.”Kening Roni berkerut dan tidak tahu harus berkata apa. Kalau meminta Russel yang memilih, sudah pasti bocah itu akan memilih tantenya dibandingkan ayah kandungnya. Sewaktu dia membujuk putranya beberapa waktu lalu, Russel terlihat sangat senang ketika Roni mengatakan akan membawanya ke kebun binatang.Namun pada akhirnya bocah itu justru pergi dengan Olivia dan tidak mau ke kebun binatang. Roni cukup mengerti kalau sebagai ayah dirinya tidak cukup layak. Meski putranya memanggilnya dengan sebutan ayah, tetapi posisi ayah di dalam hati anaknya justru tidak begitu penting.Roni kembali ke mejanya dan duduk dia
Resepsionis itu tampak menyadarinya dan tertawa sambil berkata, “Tepat sekali! Pasti itu keponakannya Bu Olivia. Nggak nyangka Pak Stefan bisa bawa keponakannya ke kantor. Sepertinya Pak Stefan ingin sekali jadi seorang ayah.”“Atau jangan-jangan Bu Olivia sudah hamil? Jadi Pak Stefan lebih awal menjaga keponakannya sambilan belajar biar nanti siap jadi ayah yang sesungguhnya?”Russel tidur dengan pulas dan tidak terbangun ketika digendong oleh Stefan ke kantornya. Hingga pada akhirnya Stefan meletakkan bocah itu di atas kasur ruang istirahat agar tetap tertidur. Lelaki itu berjongkok untuk melepaskan sepatu Russel kemudian jaket bocah itu. Terakhir dia tidak lupa memasangkan selimut di tubuh Russel.Melihat wajah lucu yang tertidur pulas tersebut membuat hati Stefan meleleh. Dia tidak tahan untuk tidak mengecup wajah Russel sambil berkata, “Russel, melihatmu membuat Om ingin cepat-cepat melahirkan adik buat kamu.”Russel yang berusia tidak sampai tiga tahun itu tidak membalas ucapan S
Daniel tidak berbicara. Dia datang untuk membahas proyek bisnis dengan sahabatnya. Keduanya langsung masuk ke inti pembahasan. Setelah selesai dan ketika Daniel akan pergi, lelaki itu berkata, “Aku masuk dan lihat Russel lagi. Kalau dia sudah bangun, aku bawa dia jalan-jalan di luar.”“Kamu bawa dia? Mungkin dia bakal nangis sampai kamu pusing tujuh keliling. Setelah itu kamu buru-buru antar dia balik ke sini.”Daniel tertegun seketika. Russel selalu tidak suka ketika digendong oleh Daniel. Akan tetapi Daniel tetap memilih untuk masuk ke ruang istirahat lagi. Tidak sampai dua menit lelaki itu berseru, “Stefan, Stefan! Cepat datang!”“Kenapa?”Mendengar seruan lelaki itu membuat Stefan terkejut dan bergegas masuk ke ruang istirahat.“Russel ngompol. Kamu lihat sprei kamu basah semua,” ujar Daniel sambil menunjuk kasur yang ditiduri oleh Russel.Stefan berjalan mendekat sambil membuka jas kerjanya. Setelah itu dia menggendong Russel dan melepaskan celana basah bocah itu. Setelah itu dia
Mata hitam Russel membulat dan bertanya, “Kenapa laki-laki nggak boleh pakai rok?”“Laki-laki dan perempuan berbeda,” sahut Daniel.Russel menatap lelaki itu saja. Stefan mengambil sebuah celana dan menggendong Russel untuk membantu bocah itu mengenakan celana sambil berkata, “Karena laki-laki harus melakukan banyak pekerjaan berat. Kalau pakai rok jadinya nggak leluasa.”“Kenapa laki-laki harus kerja berat?”“Karena yang mengerjakan pekerjaan ringan adalah perempuan. Pekerjaan yang mudah biar mama dan tante kamu yang mengerjakannya.”Russel terlihat sedikit mengerti dan berkata, “Tunggu aku dewasa, biar aku yang melakukan pekerjaan berat. Mama dan tante yang melakukan pekerjaan ringan.”Stefn tersenyum dan berkata, “Russel pintar.”Telepon kantor berdering dan Stefan meletakkan Russel di sofa kemudian bangkit untuk mengangkat telepon.Sesaat kemudian Stefan menutup telepon dan berkata pada Russel, “Russel, mama datang menjemputmu.”“Mama datang!” seru Russel sambil meletakkan rok ke d
Odelina menunduk dan bertanya pada putranya, “Russel bandel tidak? Ada ganggu Om kerja?”“Russel nggak nakal, tapi Russel ngompol, Ma,” jawab Russel dengan wajah malu.“Ngompol di mana?” tanya Odelina.“Kasurnya Om Stefan. Tapi Om Daniel sudah beliin Russel banyak sekali baju baru dan rok. Nanti rok nya untuk dikasih ke anak perempuannya Tante Olivia.”Odelina terdiam mendengar jawaban anaknya. Daniel membelikan putranya baju dan ada rok? Daniel terlihat datar dan tidak merasa bersalah. Dia mendekat dan memberikan kantong belanja yang berisi baju pada Odelina. Kemudian lelaki itu menggendong Russel lagi sambil berkata pada Odelina,“Ayo, saya antar kalian berdua pulang.”“Saya bawa motor ke sini,” ujar Odelina.“Pak Daniel, berapa harga baju ini? Biar saya kembalikan.”“Nggak perlu, nggak seberapa.”“Perlu, perlu,” ujar Odelina yang tetap ingin mengembalikan uang tersebut.Daniel tampak ragu sesaat dan berkata, “Habis hampir empat juta, kamu kasih saya tiga juta saja.”Odelina menunduk
Olivia terbangun karena merasa lapar. Dia terbiasa mengelus sisi sampingnya dan tidak menemukan lelaki itu. Olivia menoleh ke samping dan tidak menemukan apa pun di sampingnya. Bahkan di balik selimut juga tidak ada sisa rasa hangat. Ternyata Stefan sudah bangun sedari tadi.Olivia pikir hari masih sangat pagi, tetapi ketika melihat ponselnya dia terlonjak dan langsung terduduk. Ternyata nyaris pukul 12 siang!Pantas saja dia merasa sangat lapar. Stefan juga tidak memanggilnya bangun. Olivia buru-buru mengambil baju ganti dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai mengganti pakaian dan gosok gigi, tanpa dandan Olivia langsung turun sambil membawa ponselnya.Saat tiba di tangga, ponselnya berdering dan terlihat nama Stefan di sana.“Stefan, kenapa kamu nggak panggil aku bangun? Aku baru saja bangun dan sudah hampir jam 12!”Stefan terkekeh dan berkata, “Aku lihat kamu lelap sekali, jadi nggak tega bangunin kamu. Aku sudah telepon ke Junia dan bilang hari ini kamu sedikit lelah. Sia
Dimas berhenti di hadapan Olivia dan memberikan sepuluh helai rambut kakeknya yang sudah dimasukkan dalam plastik bening sambil berkata, “Bu, ini tugas yang diperintahkan Pak Stefan tadi pagi.”“Ini rambut kakek saya?” tanya Olivia sambil menerima plastik tersebut.“Benar”“Hendra mau bantu?” tanya Olivia.“Dia lumayan takut dengan Bu Olivia. Saya sebut nama Ibu dan dia langsung ketakutan. Hendra dengan patuh mencabut rambut kakeknya.” Dimas tidak peduli bagaimana cara Hendra mendapatkan rambut tersebut. Yang dia butuhkan hanya hasil akhirnya saja.Olivia tertawa dan berkata, “Anak itu hanya bandel saja, sifatnya nggak jahat.”Hendra akan menginjak usia 18 tahun sekitar dua hingga tiga bulan lagi. Usia tersebut adalah masa-masa sedang nakal. Setelah mendapatkan rambut kakeknya, Olivia meminta Dimas untuk mengantar dirinya untuk melakukan tes DNA.Dimas mengantar Olivia setelah dia minta izin pada Stefan. Setelah selesai melakukan tes DNA, terlihat mobil Stefan dan para anak buahnya yan