Roni akui, dia memang jahat. Dia memang ingin membuat Odelina putus kontak dengan dunia luar, tidak punya penghasilan dan perlahan menjadi ibu-ibu yang jelek di umur awal tiga puluhan.Dibandingkan dengan banyak ibu rumah tangga yang menderita karena situasi seperti ini, Odelina sangat berani, karena dia berani memutuskan hubungan suami istri dengan Roni dengan tegas.Dia tidak memaksakan diri untuk melanjutkan hidup demi anaknya.Dia merasa bahwa dalam pernikahan yang gagal dan perceraian memang menyakiti anak, tapi tanpa perceraian, apabila suami istri bertengkar setiap hari dan rumah mereka tidak pernah tenang, itu juga bisa menyakiti anak.Lebih baik bercerai, membawa anaknya keluar dan hidup sendiri. Selama dia mendidik putranya dengan tulus, dia juga bisa mendidik putranya untuk menjadi orang yang mandiri dan percaya diri.Bi Lesti membawa sekeranjang kecil pangsit kukus dan meletakkannya di depan Roni.Roni tersadar dari lamunannya, berpikir dalam hati bahwa dia dan Yenny hidup
Dulu, waktu Olivia tinggal di rumahnya, hampir semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Olivia.“Ye … Yenny, aku, aku datang ke sini hanya untuk sarapan.”Roni memungut sumpit yang jatuh dan membuangnya ke tempat sampah di bawah meja, lalu berdiri dan menjelaskan kepada Yenny bahwa dia datang ke sana untuk sarapan.Yenny menatap Russel.Russel juga menatapnya. Wajah anak itu sangat mirip dengan Odelina. Matanya berbinar dan polos. Anak yang sangat lucu.Yenny memalingkan wajah dari Russel.Roni dengan cepat menjelaskan, “Odelina sangat sibuk sekarang, Russel jadi nggak ada yang jaga. Waktu makan, aku mendudukkannya di sebelahku supaya bisa menjaganya. Bagaimanapun juga, Russel juga anakku.”Dia tahu Yenny tidak suka keluarganya menyebut-nyebut Russel, dan tidak suka melihatnya pergi menemui Russel.Yenny menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk meredam amarah yang menggelora di hatinya. Dia sangat tidak suka suami dan keluarga suaminya selalu datang mengunjungi Russel. Kalau mengungk
Roni menolehkan kepala untuk menatap Yenny, lalu tersenyum dan berkata dengan bercanda, “Yenny, apa matahari terbit dari barat hari ini?”“Aku pergi ke restoran Odelina pagi-pagi sekali untuk sarapan dan bermain dengan Russel sebentar. Ketika melihatmu, aku takut kamu akan marah denganku dan mempermalukanku di depan Odelina. Aku nggak menyangka kamu bahkan memperbolehkanku untuk membawa Russel menginap di rumah.”“Melihat sikapmu terhadap Aiden waktu itu, kupikir kamu akan sangat membenci anak-anak.”Semenjak Aiden merusak kosmetik Yenny waktu itu, Yenny jadi sangat membenci keponakannya itu. Namun, bagaimanapun juga, Aiden adalah anak kakaknya. Selama Roni dan kakaknya tidak memutuskan hubungan persaudaraan mereka, keluarga kakaknya akan tetap sering datang ke rumahnya.Yenny sangat tidak suka dengan hal ini, tapi dia hanya bisa mengunci kamar tidurnya dan Roni ketika anak itu datang, sehingga anak itu tidak bisa masuk.Aiden selalu membuat kekacauan di rumah kontrakan mereka. Mertuan
“Ini demi kebahagiaan keluarga kita. Aku bukan orang yang sejahat itu. Lagi pula, kamu papanya Russel, dan kamu masih harus membayar tunjangan untuk biaya hidup anak itu setiap bulan. Kamu harus menjaga hubungan yang baik dengannya, kalau nggak, kamu akan rugi karena nggak dekat dengannya, padahal sudah mengeluarkan uang untuk membesarkannya.”“Selain itu, kita sudah lama menikah, tapi aku masih belum hamil juga. Kalau kita mengajaknya untuk menginap di rumah kita selama beberapa waktu, mungkin aku jadi bisa hamil. Di kampungku ada banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun tapi masih belum punya anak, lalu setelah mengadopsi anak, satu atau dua tahun kemudian istrinya jadi hamil.”Roni sangat gembira mendengarnya. Dia memuji Yenny, “Yenny, aku nggak salah menilaimu. Kamu adalah istri dan ibu yang baik yang sangat pengertian.”“Wanita mana yang nggak mau hidup bahagia setelah menikah? Keluargamu yang terlalu jahat, makanya buat aku jadi galak. Apalagi kakakmu itu, benar-benar keter
Yenny tidak melanjutkan topik itu ini.Seperti apa pun sifat Shella, wanita itu tetap kakanya Roni.Roni tidak bisa benar-benar memutuskan kontak dengan kakaknya.Pokoknya, dia sudah menyampaikan isi hatinya. Sekarang, dia meminta Roni untuk sering mengajaknya menemui Russel, untuk mendekatkan diri dengan anak itu. Setelah beberapa lama, Odelina tidak akan keberatan kalau suaminya dan dia mengajak Russel untuk pergi keluar.Setelah itu, dia baru bisa melakukan tugas yang diberikan oleh wanita yang dia tidak tahu namanya itu.Jangan salahkan dirinya kalau dirinya terlalu kejam. Dia sekeluarga juga diawasi orang. Dia hanya membantu membawa Russel pergi ke tempat yang banyak orangnya, supaya orang suruhan orang itu punya kesempatan untuk melakukan apa yang mereka mau lakukan. Asalkan Russel mau mendengarkan mereka, anak itu mungkin tidak akan kenapa-apa.Kalau mau menyalahkan seseorang, salahkan Olivia saja.Dia yang sudah membuat orang tersinggung, sehingga orang itu mau melampiaskan den
Rosalina masih tersenyum dan menjawab, “Aku juga menjual pot bunga, pupuk, tanah yang subur, dan lain sebagainya. Semuanya ready stock. Bapak butuh apa?”Calvin mengatupkan bibirnya. Wanita di hadapannya ini selalu berbicara sambil tersenyum, memberikan kesan yang tenang dan damai, tapi juga suka berbicara.“Aku lihat-lihat dulu,” ujar Calvin, lalu berjalan melewati Rosalina, memasuki toko, dan berkeliling di dalam toko bunga wanita itu.Setelah keliling satu kali, dia menoleh dan mendapati Rosalina selalu berada tidak jauh di belakangnya.Wanita ini berpura-pura buta, tapi mengikuti orang kemana-mana. Bukannya jadi gampang ketahuan?“Pak?” Rosalina tidak mendengar langkah kaki Calvin lagi, jadi dia menoleh ke satu arah dan memanggil Calvin.Melihat ekspresi wanita itu, Calvin jadi sedikit ragu. Sebenarnya wanita ini benar-benar buta atau pura-pura buta?Dia memutuskan untuk mengetes Rosalina.Dia melihat sekeliling, lalu akhirnya memutuskan untuk mengambil satu pot kaktus. Dia mengamb
Calvin mengeluarkan ponselnya dan melihat sepertinya di toko itu tidak bisa melakukan pembayaran menggunakan QR. Dia bertanya pada Rosalina, “Di tokomu nggak bisa bayar pakai scan QR?”Rosalina berkata dengan jujur, “Aku nggak bisa melihat, jadi aku nggak pakai yang gituan, karena aku nggak punya GoPay, atau OVO.”Dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya kepada Calvin. Ponselnya masih ponsel kuno yang masih ada tombol angkanya, yang hanya bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan.Rosalina tidak bisa melihat. Dia hanya bisa menggunakan ponsel model lama ini untuk melakukan panggilan dengan menyentuh tombol-tombol angka dengan tangannya. Dia tidak bisa menggunakan smartphone.“Aku juga sudah memasang papan pemberitahuan di pintu masuk toko, memberi tahu semua orang bahwa toko ini hanya menerima uang tunai. Kalau Bapak benar-benar nggak membawa uang tunai dan kedua karyawanku pas lagi ada di sini, Bapak bisa membayar ke GoPay atau Ovo mereka, lalu mereka akan memberiku uang tunai.
Stefan bergumam menyahuti, melihat adiknya memegang pot kaktus, dan bertanya padanya, “Kamu beli?”“Iya, aku pergi ke Spring Blossom sebelum pergi kerja.”“Spring blossom?” Stefan merasa nama toko itu agak familiar, sepertinya dia pernah mendengarnya dari istri tercintanya.Calvin tidak menyembunyikan apa pun dan berkata dengan jujur, “Itu toko bunganya Rosalina. Nama tokonya sama sekali nggak bagus.”Stefan berkata dengan acuh tak acuh, “Pas, ‘kan? Banyak bunga yang blossom di Spring?”Calvin diam saja.“Kalau memang sudah ke sana, kenapa kamu nggak banyak sedikit?”Calvin mengerutkan bibirnya dan berkata, “Aku nggak berniat membeli bunga. Aku saja terpaksa membeli satu pot kaktus ini.”Dia tidak mungkin tidak membeli satu bunga pun setelah membuat wanita itu tertusuk duri kaktus, ‘kan?“Bukannya lebih bagus taruh kaktus bola di meja kerja? Kalau kaktus yang panjang-panjang gitu, hati-hati gampang tertusuk durinya,” ujar Stefan dengan datar, lalu masuk ke gedung kantor, melirik adikny
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa
Rosalina berkata, “Lebih baik kamu bekerja di perusahaan keluarga kita saja. Perusahaan itu juga ada bagianmu. Gunakan liburan untuk bekerja, kumpulkan pengalaman kerja. Setelah lulus nanti, kalau tidak berniat melanjutkan pendidikan, kamu bisa mulai dari posisi dasar.” “Lebih baik kamu merasakan susahnya bekerja sejak dini.” Adhitama Group memiliki standar yang sangat tinggi. Bahkan para tuan muda keluarga Adhitama sendiri tidak bisa langsung bekerja di kantor pusat saat pertama kali terjun ke dunia kerja. Rosalina tidak ingin adiknya menggunakan status adik iparnya Calvin untuk masuk Adhitama Group. Hal itu bisa menimbulkan pembicaraan buruk dan dianggap tidak adil bagi banyak orang. Meskipun, memang di dunia ini keadilan tidak selalu ada. Namun, dia tetap memutuskan agar adiknya bekerja di Siahaan Group. Bagaimanapun, perusahaan itu juga ada bagian untuk Jordan. “Bukannya sebentar lagi tahun baru? Kalau tiket kereta cepat sulit didapat, bagaimana?” kata Calvin, menunjukkan
“Cepat sekali sudah libur musim dingin.” Rosalina memeriksa adiknya. Melihat adiknya tidak terlihat kurus, malah tampak lebih tegap dan sedikit lebih dewasa dibanding sebelumnya, dia merasa sangat puas dengan perubahan adiknya setelah masuk universitas. “Iya, begitu libur, aku langsung beres-beres barang dan naik kereta cepat untuk pulang. Begitu sampai di rumah dan melihat mobil Kakak ada di sini, aku tanya ke pengurus rumah. Katanya Kakak baru pulang dari kantor. Kakak, semuanya baik-baik saja, 'kan?” Bisnis keluarga Siahaan juga ada sebagian untuk Jordan, tetapi dia sangat percaya pada kakaknya sehingga pemuda tu hanya bertanya sekilas. Dalam hal bisnis, dia masih belum paham dan tidak punya pengalaman, jadi dia tidak banyak bertanya. “Semuanya berjalan lancar. Yang penting kamu sudah pulang. Cuci tangan dulu, kita makan bersama. Kakak juga baru saja sampai rumah.” Beberapa menit kemudian, setelah Calvin mengambilkan beberapa lauk untuk istrinya dengan sumpit khusus, dia be
Rosalina tersenyum kecil, “Kalau Papa dan Mama dengar ucapanmu, mereka pasti sedih dan bilang kalau kamu nggak punya hati.” “Kenapa Papa dan Mama nggak sayang kamu? Justru karena mereka sayang sama kamu, mereka jadi baik sekali padaku. Ini yang disebut 'karena cinta seseorang, maka mencintai hal-hal yang berkaitan dengannya’.” Memang benar, mertua sangat menyayanginya, tetapi itu juga karena dia adalah menantu mereka. Kedua mertuanya sangat menyayangi anak laki-lakinya, dan berharap keluarga kecilnya Bahagia. Oleh karena itu, mereka sangat baik pada Rosalina. Rosalina berpikir, Tuhan masih baik padanya. Setelah menderita lebih dari dua puluh tahun, akhirnya dia diberi kehangatan. Tuhan mengizinkannya menikah dengan Calvin dadn memiliki mertua yang menyayanginya seperti anak kandung. Di sisa hidupnya, dia tidak perlu khawatir lagi menghadapi badai kehidupan. Ada keluarga suaminya yang menjadi sandarannya serta melindunginya dari segala masalah. Perempuan itu sangat berterima ka
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud