“Ini demi kebahagiaan keluarga kita. Aku bukan orang yang sejahat itu. Lagi pula, kamu papanya Russel, dan kamu masih harus membayar tunjangan untuk biaya hidup anak itu setiap bulan. Kamu harus menjaga hubungan yang baik dengannya, kalau nggak, kamu akan rugi karena nggak dekat dengannya, padahal sudah mengeluarkan uang untuk membesarkannya.”“Selain itu, kita sudah lama menikah, tapi aku masih belum hamil juga. Kalau kita mengajaknya untuk menginap di rumah kita selama beberapa waktu, mungkin aku jadi bisa hamil. Di kampungku ada banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun tapi masih belum punya anak, lalu setelah mengadopsi anak, satu atau dua tahun kemudian istrinya jadi hamil.”Roni sangat gembira mendengarnya. Dia memuji Yenny, “Yenny, aku nggak salah menilaimu. Kamu adalah istri dan ibu yang baik yang sangat pengertian.”“Wanita mana yang nggak mau hidup bahagia setelah menikah? Keluargamu yang terlalu jahat, makanya buat aku jadi galak. Apalagi kakakmu itu, benar-benar keter
Yenny tidak melanjutkan topik itu ini.Seperti apa pun sifat Shella, wanita itu tetap kakanya Roni.Roni tidak bisa benar-benar memutuskan kontak dengan kakaknya.Pokoknya, dia sudah menyampaikan isi hatinya. Sekarang, dia meminta Roni untuk sering mengajaknya menemui Russel, untuk mendekatkan diri dengan anak itu. Setelah beberapa lama, Odelina tidak akan keberatan kalau suaminya dan dia mengajak Russel untuk pergi keluar.Setelah itu, dia baru bisa melakukan tugas yang diberikan oleh wanita yang dia tidak tahu namanya itu.Jangan salahkan dirinya kalau dirinya terlalu kejam. Dia sekeluarga juga diawasi orang. Dia hanya membantu membawa Russel pergi ke tempat yang banyak orangnya, supaya orang suruhan orang itu punya kesempatan untuk melakukan apa yang mereka mau lakukan. Asalkan Russel mau mendengarkan mereka, anak itu mungkin tidak akan kenapa-apa.Kalau mau menyalahkan seseorang, salahkan Olivia saja.Dia yang sudah membuat orang tersinggung, sehingga orang itu mau melampiaskan den
Rosalina masih tersenyum dan menjawab, “Aku juga menjual pot bunga, pupuk, tanah yang subur, dan lain sebagainya. Semuanya ready stock. Bapak butuh apa?”Calvin mengatupkan bibirnya. Wanita di hadapannya ini selalu berbicara sambil tersenyum, memberikan kesan yang tenang dan damai, tapi juga suka berbicara.“Aku lihat-lihat dulu,” ujar Calvin, lalu berjalan melewati Rosalina, memasuki toko, dan berkeliling di dalam toko bunga wanita itu.Setelah keliling satu kali, dia menoleh dan mendapati Rosalina selalu berada tidak jauh di belakangnya.Wanita ini berpura-pura buta, tapi mengikuti orang kemana-mana. Bukannya jadi gampang ketahuan?“Pak?” Rosalina tidak mendengar langkah kaki Calvin lagi, jadi dia menoleh ke satu arah dan memanggil Calvin.Melihat ekspresi wanita itu, Calvin jadi sedikit ragu. Sebenarnya wanita ini benar-benar buta atau pura-pura buta?Dia memutuskan untuk mengetes Rosalina.Dia melihat sekeliling, lalu akhirnya memutuskan untuk mengambil satu pot kaktus. Dia mengamb
Calvin mengeluarkan ponselnya dan melihat sepertinya di toko itu tidak bisa melakukan pembayaran menggunakan QR. Dia bertanya pada Rosalina, “Di tokomu nggak bisa bayar pakai scan QR?”Rosalina berkata dengan jujur, “Aku nggak bisa melihat, jadi aku nggak pakai yang gituan, karena aku nggak punya GoPay, atau OVO.”Dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya kepada Calvin. Ponselnya masih ponsel kuno yang masih ada tombol angkanya, yang hanya bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan.Rosalina tidak bisa melihat. Dia hanya bisa menggunakan ponsel model lama ini untuk melakukan panggilan dengan menyentuh tombol-tombol angka dengan tangannya. Dia tidak bisa menggunakan smartphone.“Aku juga sudah memasang papan pemberitahuan di pintu masuk toko, memberi tahu semua orang bahwa toko ini hanya menerima uang tunai. Kalau Bapak benar-benar nggak membawa uang tunai dan kedua karyawanku pas lagi ada di sini, Bapak bisa membayar ke GoPay atau Ovo mereka, lalu mereka akan memberiku uang tunai.
Stefan bergumam menyahuti, melihat adiknya memegang pot kaktus, dan bertanya padanya, “Kamu beli?”“Iya, aku pergi ke Spring Blossom sebelum pergi kerja.”“Spring blossom?” Stefan merasa nama toko itu agak familiar, sepertinya dia pernah mendengarnya dari istri tercintanya.Calvin tidak menyembunyikan apa pun dan berkata dengan jujur, “Itu toko bunganya Rosalina. Nama tokonya sama sekali nggak bagus.”Stefan berkata dengan acuh tak acuh, “Pas, ‘kan? Banyak bunga yang blossom di Spring?”Calvin diam saja.“Kalau memang sudah ke sana, kenapa kamu nggak banyak sedikit?”Calvin mengerutkan bibirnya dan berkata, “Aku nggak berniat membeli bunga. Aku saja terpaksa membeli satu pot kaktus ini.”Dia tidak mungkin tidak membeli satu bunga pun setelah membuat wanita itu tertusuk duri kaktus, ‘kan?“Bukannya lebih bagus taruh kaktus bola di meja kerja? Kalau kaktus yang panjang-panjang gitu, hati-hati gampang tertusuk durinya,” ujar Stefan dengan datar, lalu masuk ke gedung kantor, melirik adikny
Rosalina sangat terkejut mendengarnya.Ternyata seseorang dari Adhitama Group.Karyawan Adhitama Group atau anggota keluarga Adhitama?Rosalina tidak bisa menebaknya.Dia pikir, besok-besok kalau Olivia datang ke tokonya lagi untuk membeli bunga, dia bisa bertanya pada wanita itu, nomor itu digunakan oleh siapa.Olivia tidak tahu Calvin sudah mulai mendekati Rosalina. Setelah diantar Stefan ke toko, dia mengobrol dengan Junia sebentar, dan tak berapa lama kemudian, teman-temannya dari kelas kerajinan tangan yang dia minta datang untuk membantu datang. Olivia meminta mereka untuk membuat satu kerajinan tangan yang kecil berdasarkan keinginan mereka sendiri.Setelah yakin bahwa teman-temannya itu memang memiliki kemampuan yang cukup, dia mengambil banyak bahan kerajinan tangan dari gudang kecilnya dan memberikannya pada mereka semua untuk dibawa pulang.Setelah mengantar teman-temannya ke pintu, Olivia berbalik badan dan ingin masuk kembali ke toko. Kebetulan, Amelia menyetir dan baru sa
Tidak peduli keluarga Hermanus atau tetangganya yang lain di kampung, masa mudanya akan bekerja di luar. Yang tinggal di kampung hanya orang lanjut usia yang sudah menjadi kakek dan nenek. Tidak banyak yang bisa mereka kerjakan. Jika ada bos besar yang ingin pesan, mereka tidak akan menolak kesempatan menerima uang.Mendengar itu membuat Olivia dan Junia juga ikut merasa bahagia. Setelah Amelia menyampaikan perkembangan proyek investasinya, tatapannya mendarat pada sosok Olivia. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, “Kabar gembiranya sudah selesai, aku kasih tahu berita yang buat emosi. Olivia, aku juga minta orang yang membahas kontrak tanah itu untuk menanyakan keadaan keluargamu.”“Apa yang mereka lakukan pasti buat orang lain emosi. Amelia, katakan saja. Apa pun yang mereka lakukan, aku pasti akan sanggup menahannya. Palingan batu pasirnya diambil sama mereka dan dijual.”“Bahan material yang siapkan untuk membangun rumah itu masih ada di sana dan nggak dijual atau dipindahkan.”“
“Cara apa pun yang mereka gunakan, yang pasti harus lewat jalur hukum. Apa yang seharusnya menjadi milik kami berdua, kami nggak boleh mengalah sedikit pun! Kalau bukan milik kami, tentu saja kami nggak akan ambil sedikit pun.”Ucapan Olivia sangat yakin. Dia bukan orang yang berhati kejam. Akan tetapi, dia bisa melakukan hal yang sangat kejam jika pada keluarganya yang antik itu. Luka masa kecilnya memerlukan waktu seumur hidupnya untuk mendapatkan balasannya kembali.“Tentu saja, terserah mereka mau ngomong apa. Aku tetap jalankan semuanya sesuai rencana dan prosedurku. Aku nggak akan mengambil keuntungan dari mereka dan juga nggak akan membiarkan mereka mengambil keuntungan dari aku.”Amelia berkata, “Mereka orang paling nggak tahu malu yang pernah aku temui. Tapi, papa kamu memang anak kandung mereka?”“Menurutku kandung, kalau nggak kandung maka papaku dan kakek tua itu nggak mungkin bisa mirip. Mereka pilih kasih. Memang ada beberapa orang tua yang seperti itu. Mereka sayang yang
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa