Tiktok @_destiangraeni
Keputusan Alvan membawanya pada ruang operasi setelah serangkaian tes fisik dan beberapa prosedur sebagai persyaratan.“Bismillah ...,” gumam Alvan hingga akhirnya tidak sadarkan diri.Di luar ruang operasi, Aisyah tidak berhenti berdoa seiring menunggu kedatangan Aulya. Tetapi Ibrahim kurang setuju pada keputusan istrinya. “Sudah Abi katakan, tidak perlu menghubungi Aulya karena mungkin menantu kita tidak akan datang.”“Umi masih berharap, semoga saja Aul mau menemani masa-masa sulit Alvan walaupun hanya sekejap ....”Ibrahim hanya bisa menghela napas seiring lantunan doa terbaik untuk Alvan dan juga untuk hubungan Alvan dan Aulya ke depannya.Satu hari sebelum operasi, Aisyah meminta izin Alvan untuk menghubungi Aulya, tetapi putranya menolak, “Tidak usah Umi, takutnya malah akan mengganggu Aul ....”Namun, justru keikhlasan Alvan membuat Aisyah ingin membantu putranya memperjuangkan Aulya hingga wanita ini memberi kabar operasi tanpa sepengetahuan Alvan.Akhirnya jam-jam menegangka
Ibrahim berbicara pada putranya setelah pertemuan keluarga berakhir, “Abi sudah mendengar dari Umi tentang pendapat kamu tentang pernikahan kalian. Abi meminta maaf dan mewakilkan seluruh keluarga.”Alvan tersenyum santun sebagaimana caranya berbicara. “Dulu Al sama Aul tidak pernah berpikir akan menikah kalau keluarga tidak menikahkan kita. Tapi itu bukan masalah, jadi Abi tidak perlu meminta maaf.”“Bagaimanapun, Abi merasa bersalah ....” Pria ini mendesah.“Al tidak pernah menganggap pernikahan dengan Aul sebuah kesalahan. Jadi Abi tidak perlu merasa bersalah. Hanya saja, tadi Al sedang tidak ingin membicarakan pernikahan Al dan Aul, jadi Al malas ikut berkumpul dalam pertemuan, Al minta maaf ....”Tatapan Ibrahim masih menyimpan penyesalan. “Tidak apa, Nak. Abi mengerti. Hal ini sangat berat untuk kamu.”“Iya, Abi. Al merasa selalu dicampakan oleh Aul. Dan Al juga tidak suka saat paman dan Kakek ikut campur dalam rumah tangga Al dan Aul walau sudah sewajarnya sesepuh keluarga ikut
Alvan menggandeng tangan Aulya saat mereka baru saja keluar dari mobil. Maka, senyuman Ibrahim dan Aisyah adalah penyambutnya.Aisyah tidak segan memeluk Aulya. “Umi sama Abi sangat merindukan kamu. Apalagi Alvan ....” Tatapannya tidak berubah, tetap tulus seperti biasanya.Aulya berkata gugup karena merasa malu. Dia sudah mengecewakan keluarga ini, tetapi dia masih diterima sangat baik. “Umi sama Abi sehat?”Aisyah balik bertanya dengan nada lembut, “Alhamdulillah ... bagaimana kabar Aul dan keluarga Aul?”“Alhamdulillah. Sehat, Umi ....” Saat ini Aulya sedikit menunduk karena tidak sanggup menatap mata Aisyah dan Ibrahim.Ucapan Ibrahim tidak kalah hangat dari Aisyah, “Mari masuk. Pasti kalian lelah.”Selama beberapa saat mereka berkumpul di ruang keluarga, lalu Aulya dan Alvan masuk ke dalam kamar, tetapi gadis ini hanya berdiri di depan pintu saat suaminya sudah merebahkan tubuhnya di sofa.“Jangan canggung,” ucap lembut Alvan.Aulya mengumpat kecil seiring melangkah, “Wajar. Saya
Wajah Alvan berubah kecut, dia juga segera meninggalkan tempat tidur dan berbaring di sofa, sedangkan Aulya membelalakan matanya saat membaca chat dari Zayden.Segera, Aulya menjelaskan dengan gugup, “Maaf. Bukan maksud saya menyakiti kamu ....”Alvan membuang wajahnya seiring menutup mata. “Kamu tidak perlu minta maaf!” Hatinya berisik karena menahan amarah. ‘Saya harus mempertahankan pernikahan dengan Aul, tapi saya juga tidak lupa kalau kamu tunangannya Zayden. Dan kamu sangat mencintai Zayden. Saya tidak ingin menjadi orang bodoh karena mempertahankan pernikahan ini, tetapi pernikahan bukan permainan. Bagaimanapun juga saya harus berusaha memperjuangkan pernikahan ini. Dan saya sangat tulus mencintai kamu bagaimanapun kamu dan bagaimanapun masa lalu kamu!’Aulya mengabaikan chat dari Zayden demi menghampiri Alvan. “Maaf kalau saya menjadi seorang istri yang menyakiti suaminya
Aulya berkata sedikit ketus untuk menunjukan perasaan tidak nyaman, “Saya sudah bilang, jangan dibahas!”Alvan ingin membahas hal ini sampai ke akar, tetapi kunci dari masalah ini justru tidak ingin bicara. Tapi dia tidak ingin membuat Aulya merasa tertekan, maka Alvan memilih mengalah setidaknya untuk sementara.Siang ini Aulya mengikuti pengajian bersama Aisyah walaupun awalnya menolak, tapi gadis ini terlalu risau jika Alvan kembali membahas tentang Zayden.Aulya mendapatkan banyak sapaan sekaligus pertanyaan dari ibu-ibu pengajian tentang kabarnya sekarang. Jadi, gadis ini menjawab apa adanya, “Aul sudah berhasil bertemu keluarga Aul ....”Aisyah melanjutkan, “Alhamdulillah, Tuhan sudah menunjukan jalan terbaik.”Namun, penasaran ibu-ibu masih berlanjut, “Tapi kenapa keluarga Neng Aul belum silaturahmi?”Aisyah yang menjawab karena Aulya kebingungan, “Kami yang silaturahmi ke keluarga Neng Aul.”“Sesekali silaturahmi kesini, kami juga ingin mengenal keluarga Neng Aul,” kekeh ibu-ib
Alvan masuk ke dalam rumah, maka Aulya segera meluncurkan pertanyaan, “Apa yang kamu bicarakan sama Zayden?”Dengan tenang, Alvan menjelaskan, “Saya bilang kamu istri saya jadi Zayden harus tahu batasan.”Aulya berkata kesal, “Kenapa kamu harus berkata jahat sama Zayden. Dia tunangan saya. Sebelum saya menikah sama kamu, saya sudah tunangan sama Zayden!”Alvan terdiam dan hanya memandangi Aulya. Tapi diamnya Alvan membuat gadis itu merasa bersalah. “Saya minta maaf kalau kamu tersakiti. Saya tidak bermaksud menyakiti kamu. Tapi situasinya seperti ini ....”Alvan mengusap puncak kepala Aulya dengan lembut dan senyuman tulus. “Saya tahu kamu ada di antara dua pilihan. Tapi saya yakin kamu tahu mana yang harus kamu pilih.”Kini, Aulya yang tidak bicara dan hanya menunjukan gelisah serta raut wajah bingung, “Saya merasa harus balas budi sama kebaikan kamu dan keluarga kamu. Itu alasan saya tetap di sini.”Alvan mengangguk kecil dengan senyuman senada. “Jalani saja dan jangan dibikin pusin
Aisyah mendengar semua percakapan Aulya dan Zayden karena dengan sengaja wanita ini menguping. Lalu mengusap dadanya yang perih.Saat ini Zayden pergi tanpa Aulya, tetapi hati Aisyah tetap teriris dan dia akan merahasiakan pertemuan mereka pada Alvan. “Umi tidak ingin membuat kamu semakin terluka ....”Aisyah kembali ke dalam kamar untuk memeluk perih seorang diri. Lalu, beberapa menit kemudian Aulya menghampiri bersama air mata. “Umi, Aul minta maaf ... Aul tidak tahu kalau Zayden akan datang kesini. Aul minta maaf kalau Aul membuat Umi tidak nyaman. Aul juga malu pada Umi ....”Pipi Aulya basah karena air matanya berderai. “Umi dan semua keluarga Al baik sama Aul ..., Aul minta maaf karena Aul mengecewakan ....”Aisyah memang sedang menelan perih, tetapi dia tetap merangkul Aulya dengan tulus. “Tidak apa-apa, bukan salah Aul kok.”“Tapi Aul merasa bersalah. Aul merasa mengecewakan Umi dan semua keluarga Al ....”“Sudah ....” Aisyah tersenyum hangat sekalian menyeka air mata di pipi
Sampai hari berganti, Alvan tidak pernah tahu jika Zayden berhasil menemui Aulya di rumahnya hingga salah satu tetangga nyeletuk, “Magrib kemarin teman kamu datang ke rumah. Apa teman kamu tidak tahu kalau magrib kamu tidak di rumah.” Kekehnya.“Teman.” Dahi Alvan berkerut heran.Saat ini Aulya segera berkata, “Sudah siang, nanti kamu kesiangan.”Perhatian Alvan segera teralihkan. “Iya, saya tidak boleh terlambat.” Dahi Aulya dikecup sangat sayang. Lalu berpamitan, sekalian berpamitan pada tetangga yang selalu ramah padanya.Alvan pergi bersama sopir karena masih belum mendapat izin Ibrahim untuk membawa kendaraan sendiri.Aulya bergumam penuh harapan, “Semoga hari ini Zayden tidak datang. Saya malu sama Umi, Abi dan juga Al ....”Di kampus, Alvan dan Zayden berpapasan. Zayden menatap sengit. “Apa yang kamu lakukan ke Venus sampai-sampai dia memilih kamu dibandingkan saya!”Tatapan Alvan sangat datar. “Aul memilih saya karena kita sudah menikah. Saya tidak melakukan hal khusus.”“Mung
Siang ini Aulya mencium santun punggung tangan Alvan seiring berpamitan, “Saya pergi dulu. Tidak akan lama, kok.” Ini adalah kepergian yang tidak diinginkannya, tetapi Aulya bersikap seolah hatinya sangat ikhlas.“Jangan lupa kabari saya kalau sudah sampai.” Alvan melepaskan Aulya dengan senyuman setelah mendengar jika istrinya mendadak harus mengunjungi kampus lamanya. Lalu melarangnya menemai karena alasan kesehatan.Alvan mengatakan jika dirinya baik-baik saja, tetapi Aulya bersikeras menyuruhnya beristirahat.Pelukan Aulya segera melingkar di tubuh Alvan. “Saya berjanji paling lama cuma dua hari.” Nada suaranya terdengar sendu karena memiliki firasat buruk, sedangkan Alvan menganggap jika Aulya terlalu grogi dengan perpisahan setelah si gadis memilih bersamanya.Alvan membalas pelukan Aulya dengan pelukan rindu. “Berapa lama pun saya akan menunggu kamu. Tapi kalau terlalu lama saya akan menjemput.”Kalimat Alvan tidak dibalas karena Aulya sedang tenggelam dalam perpisahan yang buk
Malam ini Aulya mendapatkan chat dari Niana. [Sayang, besok Mama akan menelepon, tapi jangan sampai Alvan tahu!]Dahi Aulya berkerut heran setelah membaca isi chat yang menurutnya aneh.Alvan baru saja masuk ke dalam kamar setelah menyaksikan pertandingan bola di lapangan bersama Fauzan. “Kok belum tidur?” Wajah teduhnya akan membuat siapapun yang melihat merasa nyaman, termasuk Aulya.Senyuman manis menghiasi wajah Aulya. “Belum ngantuk. Katanya akan pulang jam sepuluhan, tapi ini masih jam sembilan.”“Saya tidak mau meninggalkan istri saya lama-lama.” Alvan hendak naik ke atas ranjang. Maka Aulya segera menonaktifkan handphone untuk menjaga kerahasiaan chat dari ibunya.“Padahal tidak apa, kok.” Aulya tersenyum kecil kepada Alvan yang sudah duduk di sampingnya.Pun, Alvan membalas senyuman Aulya. “Tidak mau.”Malam ini Alvan segera menyentuh tubuh Aulya yang selalu wangi dan terlihat segar berkat kulit halus dan sehat yang dimiliki si gadis.Pun, Aulya tidak mungkin menolak karena t
Aulya berhasil melihat ibunya, tetapi tidak memiliki kesempatan bicara karena Niana selalu bersama Aisyah.Jadi, akhirnya Aulya menemui ibunya di waktu tidur. Tentu saja Niana menganggap perbuatan putrinya salah karena seharusnya Aulya menemani Alvan.“Jangan tinggalkan suami kamu ...,” nasihat Niana diambang pintu sebelum mempersilakan Aulya masuk.“Venus mau bicara sebentar.”Dari raut wajah Aulya, Niana sudah bisa menebak. Jadi, mau tidak mau wanita ini mempersilakan putrinya masuk dibandingkan harus berbicara di luar kamar karena mungkin seseorang akan mendengar obrolan mereka.Aulya duduk di samping ibunya dan langsung mengungkapkan maksudnya, “Tadi Mama ketemu mamanya Zayden di rumah sakit?”“Iya, tadi Mama menjenguk Zayden.”“Mama ngobrol apa sama mamanya Zayden?”Niana mendesah kecil karena dugaannya benar. “Jadi ini tujuan kamu sampai meninggalkan suami kamu.” Niana menyisir rambut Aulya menggunakan jemarinya.“Iya, Venus penasaran karena Mama sama mamanya Zayden sering ketem
Niana menemui Maria, tetapi wanita ini lebih banyak berbicara dengan Zayden. “Zayden minta maaf kalau Zayden lancang sama Tante. Tapi Zayden sudah tidak bisa memendam lagi, Zayden masih suka sama Venus!”Terkejut, itu yang dirasakan Niana walaupun dia sudah mendengar perasaan Zayden dari Maria. Wanita ini menjawab bersama perasaan tidak enak hati, “Tante berterimakasih karena kamu masih tulus menyukai Venus, tapi sekarang Venus sudah menikah dengan Alvan. Jadi Tante harap, kamu bisa berusaha melupakan Venus ....”“Justru itu, Zayden tidak bisa ....” Raut wajahnya sangat memprihatinkan. Lalu, Zayden menambahkan, tetapi ini hanya bualan, “Sebenarnya, alasan Zayden kecelakaan karena terlalu banyak memikirkan Venus, jadi Zayden tidak bisa fokus.”“Ya ampun ....” Tentu saja Niana semakin merasa tidak enak hati walaupun sebenarnya kesalahan murni ada pada Zayden karena dirinya maupun Venus tidak pernah menyuruh lelaki ini memikirkan hubungan yang telah kandas.“Begitulah. Zayden terlalu dal
Alvan kembali malam hari, tetapi tidak segera ke rumah karena menemui Fauzan. “Anggota geng Zayden lagi ngincar kamu!”“Tahu dari mana?”Mereka sedang duduk di tepian lapangan di daerah rumah.“Teman saya di mana-mana. Saya juga aktif di kampus sama di karang taruna. Banyak info yang saya dengar. Apalagi pas kamu sakit!”“Biarkan saja!” Alvan tidak peduli pada ancaman yang didapatkannya dari Zayden.“Saya khawatir.” Fauzan menggendikan bahunya. “Mendingan kamu sama Aul jangan pergi berdua. Emang lebih bagus sama sopir.”“Itu emang keseharian saya, tapi sekarang saya sudah bisa bawa mobil. Cuma Umi selalu khawatir.”“Mendingan jangan deh. Kalau sama sopir, anggota geng Zayden tidak akan berani menyakiti kamu!”Alvan mendesah geram. “Saya tidak takut, tapi saya harus melindungi Aul dan menjaga keselamatan saya demi Aul ....”“Bener. Bayangin sesedih apa Aul kalau kamu disakiti geng Zayden!”Alvan kembali mendesah, tetapi hanya berkata di dalam hatinya. ‘Dulu saat saya kecelakaan, Aul me
Alvan adalah satu-satunya tujuan Aulya. Nomor suaminya dihubungi, dan Alvan yang memang sangat tulus mencintai istrinya tidak pernah mengabaikan panggilan si gadis hingga akhirnya dia tiba di depan pintu.“Aul?” Suara Alvan dipenuhi rasa cemas.Aulya menjawab cemas sekalian tenang dengan keberadaan suaminya. “Al, saya di dalam, tapi pintunya dikunci dari luar!”“Tunggu sebentar.” Alvan berusaha merusak lubang kunci karena jika didobrak mungkin akan merusak properti kampus. Lagipula saat ini Aulya tidak sedang berada di tangan Zayden, jadi rasa cemasnya tidak sebesar sebelumnya.Hanya sekitar satu menit akhirnya Alvan berhasil merusak lubang kunci dan Aulya segera masuk ke dalam pelukannya. “Saya takut ....” Gadis ini sedikit merengek.Alvan mengusap punggung Aulya sangat sayang. “Kenapa kamu bisa di sini?”Aulya tengadah ke arah suaminya tanpa merengek, justru mengungkapkan kesalnya, “Tadi ada tiga gadis yang mengunci saya. Mereka benci saya karena menganggap kecelakaan Zayden gara-g
Tanpa sengaja, Alvan mendengar ucapan Aulya. Jadi, dia segera berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. “Wajar saja kalau Mamanya Aul lebih suka Aul sama Zayden karena tadinya mereka sudah tunangan. Mungkin hari ini saya masih belum diterima di kelurga Aul karena kemunculan saya terlalu mendadak.”Alvan mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar, lalu sepuluh menit kemudian Aulya menemuinya yang sedang berada di halaman belakang. “Ini kan udah malem, kenapa diem di sini?”“Tidak apa-apa. Cuma cari angin.” Alvan tetap tersenyum hangat.Aulya duduk di sisi suaminya. “Mama akan menginap selama dua malam karena katanya capek kalau bulak-balik luar kota.”“Alhamdulillah.” Alvan bersyukur karena sudah pasti Aulya bahagia jika tinggal bersama ibunya.Aulya tetap merahasiakan kenyataan tentang ibunya, tapi dia tidak tahu jika baru saja Alvan mengetahuinya.Makan malam tetap berjalan sangat hangat, bahkan lebih hangat dari biasanya karena kehadiran Niana.Malam ini Alvan tetap tidur dengan damai w
Maria terusik oleh suara Aulya karena gadis itu membahas tentang hal yang dibencinya. ‘Zayden bilang masih suka Venus dan minta pengaruhi mamanya Venus agar mereka bercerai. Tapi kenapa sekarang berubah!’Sementara, Zayden menjawab santai saat berbicara dengan Aulya, “Saya tidak dekat sama gadis mana pun.”“Tapi ....” Aulya menyodorkan amplop berwarna peach pada Zayden. “Dia sampai menitipkan ini. Mungkin isinya ungkapan sukanya ke kamu.”Zayden menerima, lalu tanpa sungkan membuka dan membaca isi amplop tanpa bicara. Terakhir, senyumannya menyungging dingin.Tanpa diduga, Zayden meremas secarik kertas kecil itu lalu melemparnya ke tempat sampah hingga membuat Aulya kaget.Zayden berkata lembut pada Aulya saat si gadis belum habis dari rasa kaget, “Dia bilang suka saya, tapi saya tidak bisa membalas perasaannya.” Terakhir, senyumannya menjadi hambar karena tidak terlihat sedikit pun rasa cemburu di wajah Aulya padahal sudah jelas seorang gadis sedang mencoba mengungkapkan perasaan pad
Aulya tidak berhenti menatap amplop di tangannya seiring mendesah saat meyakini jika di dalamnya berisi surat pernyataan cinta. “Dari kapan Zayden deket sama cewek tadi, padahal baru kemarin-kemarin Zayden tahan-tahan saya karena pilih Alvan ....”Persaan Aulya tidak karuan, sakit, tapi dia juga menyakiti. Kini, Aulya sedikit meraung karena merasa telah kehilangan hati dan raga Zayden yang tadinya hanya miliknya.Namun, di sisi lain perasaannya mengatakan jika Zayden mengambil langkah yang benar karena saat ini mereka tidak memiliki hubungan khusus, dan Aulya sudah menentukan pilihannya yaitu Alvan. Jadi, alasan apa yang membuat Zayden harus tetap menyimpan hati padanya?Satu butir air mata jatuh ke atas kertas yang digenggam Aulya hingga menambah rasa sakit. “Saya harus sampaikan ungkapan perasaan seorang cewek pada Zayden yang masih saya sukai ....”Saat ini Niana menghubungi putrinya. “Sayang, sore ini Mama akan menjenguk Zayden. Kamu mau ikut?”Aulya mengerjap excited, tetapi terh