Wajah Alvan berubah kecut, dia juga segera meninggalkan tempat tidur dan berbaring di sofa, sedangkan Aulya membelalakan matanya saat membaca chat dari Zayden.
Segera, Aulya menjelaskan dengan gugup, “Maaf. Bukan maksud saya menyakiti kamu ....”
Alvan membuang wajahnya seiring menutup mata. “Kamu tidak perlu minta maaf!” Hatinya berisik karena menahan amarah. ‘Saya harus mempertahankan pernikahan dengan Aul, tapi saya juga tidak lupa kalau kamu tunangannya Zayden. Dan kamu sangat mencintai Zayden. Saya tidak ingin menjadi orang bodoh karena mempertahankan pernikahan ini, tetapi pernikahan bukan permainan. Bagaimanapun juga saya harus berusaha memperjuangkan pernikahan ini. Dan saya sangat tulus mencintai kamu bagaimanapun kamu dan bagaimanapun masa lalu kamu!’
Aulya mengabaikan chat dari Zayden demi menghampiri Alvan. “Maaf kalau saya menjadi seorang istri yang menyakiti suaminya
Aulya berkata sedikit ketus untuk menunjukan perasaan tidak nyaman, “Saya sudah bilang, jangan dibahas!”Alvan ingin membahas hal ini sampai ke akar, tetapi kunci dari masalah ini justru tidak ingin bicara. Tapi dia tidak ingin membuat Aulya merasa tertekan, maka Alvan memilih mengalah setidaknya untuk sementara.Siang ini Aulya mengikuti pengajian bersama Aisyah walaupun awalnya menolak, tapi gadis ini terlalu risau jika Alvan kembali membahas tentang Zayden.Aulya mendapatkan banyak sapaan sekaligus pertanyaan dari ibu-ibu pengajian tentang kabarnya sekarang. Jadi, gadis ini menjawab apa adanya, “Aul sudah berhasil bertemu keluarga Aul ....”Aisyah melanjutkan, “Alhamdulillah, Tuhan sudah menunjukan jalan terbaik.”Namun, penasaran ibu-ibu masih berlanjut, “Tapi kenapa keluarga Neng Aul belum silaturahmi?”Aisyah yang menjawab karena Aulya kebingungan, “Kami yang silaturahmi ke keluarga Neng Aul.”“Sesekali silaturahmi kesini, kami juga ingin mengenal keluarga Neng Aul,” kekeh ibu-i
Alvan masuk ke dalam rumah, maka Aulya segera meluncurkan pertanyaan, “Apa yang kamu bicarakan sama Zayden?”Dengan tenang, Alvan menjelaskan, “Saya bilang kamu istri saya jadi Zayden harus tahu batasan.”Aulya berkata kesal, “Kenapa kamu harus berkata jahat sama Zayden. Dia tunangan saya. Sebelum saya menikah sama kamu, saya sudah tunangan sama Zayden!”Alvan terdiam dan hanya memandangi Aulya. Tapi diamnya Alvan membuat gadis itu merasa bersalah. “Saya minta maaf kalau kamu tersakiti. Saya tidak bermaksud menyakiti kamu. Tapi situasinya seperti ini ....”Alvan mengusap puncak kepala Aulya dengan lembut dan senyuman tulus. “Saya tahu kamu ada di antara dua pilihan. Tapi saya yakin kamu tahu mana yang harus kamu pilih.”Kini, Aulya yang tidak bicara dan hanya menunjukan gelisah serta raut wajah bingung, “Saya merasa harus balas budi sama kebaikan kamu dan keluarga kamu. Itu alasan saya tetap di sini.”Alvan mengangguk kecil dengan senyuman senada. “Jalani saja dan jangan dibikin pusin
Aisyah mendengar semua percakapan Aulya dan Zayden karena dengan sengaja wanita ini menguping. Lalu mengusap dadanya yang perih.Saat ini Zayden pergi tanpa Aulya, tetapi hati Aisyah tetap teriris dan dia akan merahasiakan pertemuan mereka pada Alvan. “Umi tidak ingin membuat kamu semakin terluka ....”Aisyah kembali ke dalam kamar untuk memeluk perih seorang diri. Lalu, beberapa menit kemudian Aulya menghampiri bersama air mata. “Umi, Aul minta maaf ... Aul tidak tahu kalau Zayden akan datang kesini. Aul minta maaf kalau Aul membuat Umi tidak nyaman. Aul juga malu pada Umi ....”Pipi Aulya basah karena air matanya berderai. “Umi dan semua keluarga Al baik sama Aul ..., Aul minta maaf karena Aul mengecewakan ....”Aisyah memang sedang menelan perih, tetapi dia tetap merangkul Aulya dengan tulus. “Tidak apa-apa, bukan salah Aul kok.”“Tapi Aul merasa bersalah. Aul merasa mengecewakan Umi dan semua keluarga Al ....”“Sudah ....” Aisyah tersenyum hangat sekalian menyeka air mata di pipi
Sampai hari berganti, Alvan tidak pernah tahu jika Zayden berhasil menemui Aulya di rumahnya hingga salah satu tetangga nyeletuk, “Magrib kemarin teman kamu datang ke rumah. Apa teman kamu tidak tahu kalau magrib kamu tidak di rumah.” Kekehnya.“Teman.” Dahi Alvan berkerut heran.Saat ini Aulya segera berkata, “Sudah siang, nanti kamu kesiangan.”Perhatian Alvan segera teralihkan. “Iya, saya tidak boleh terlambat.” Dahi Aulya dikecup sangat sayang. Lalu berpamitan, sekalian berpamitan pada tetangga yang selalu ramah padanya.Alvan pergi bersama sopir karena masih belum mendapat izin Ibrahim untuk membawa kendaraan sendiri.Aulya bergumam penuh harapan, “Semoga hari ini Zayden tidak datang. Saya malu sama Umi, Abi dan juga Al ....”Di kampus, Alvan dan Zayden berpapasan. Zayden menatap sengit. “Apa yang kamu lakukan ke Venus sampai-sampai dia memilih kamu dibandingkan saya!”Tatapan Alvan sangat datar. “Aul memilih saya karena kita sudah menikah. Saya tidak melakukan hal khusus.”“Mung
Zayden mengancam Aulya akan datang ke rumah Alvan jika tidak menemuinya. Maka terpaksa gadis ini pergi ke tempatnya membuat janji dengan Zayden, tentunya tempat itu sangat jauh dari kediaman keluarga suaminya.“Kenapa kamu melakukan ini sama saya?” sendu sekalian kecewa diluapkan Aulya.Zayden memeriksa arloji yang melingkar di pergelangannya. Lalu berkata datar, “Karena ini waktu yang tepat ketemu kamu. Alvan lagi kuliah dan kebetulan materi hari ini padat.”“Apa mau kamu?” Tatapan Aulya mulai dingin pada Zayden karena orang yang dicintainya sangat egois.“Tidur sama kamu!” Zayden tersenyum enteng saat mengatakan hal haram ini.Aulya segera menghardik Zayden dengan suara terjaga, “Jangan gila!”“Kita sudah tunangan. Wajar kok, kalau kita ngelakuin hubungan suami istri.”Aulya menggeleng tegas dengan suara serupa. “Saya tidak mau jadi perempuan murahan!”Zayden segera menggenggam kedua tangan Aulya. “Kamu tidak murahan ... lagian kamu ngelakuinnya sama saya.”Aulya segera melepaskan t
Hati Alvan gelisah dan ingin segera menjemput Aulya, maka dia memutuskan bolos di kelas berikutnya. “Di mana kalian!” Dengusannya saat berbicara dengan Zayden.Zayden menjawab santai, “Saya tidak tahu di mana istri kamu karena sekarang kita sudah berpisah.”“Katakan, di mana Aul!”Nada suara Zayden tidak berubah. “Dia sudah pulang duluan.”Alvan memutus panggilan dengan Zayden untuk menghubungi Aulya, tetapi saat ini tangannya gemetaran karena menahan amarah dan sakit hati secara bersamaan hingga handphonenya terjatuh begitu saja, tetapi tubuhnya juga runtuh hingga Alvan hanya sanggup bersandar seiring memegangi pelipisnya.“Kamu tidak pernah mencintai saya, tapi jangan lakukan ini di belakang saya!” Kini, perlahan amarah Alvan mendominasi kepalanya. “Di mana harga diri kamu, Aul!”Rencana Zayden mengambil kesucian Aulya sebagai seorang istri memang gagal, tetapi dia tetap menang karena dengan hanya memeluk Aulya maka kesuciannya sebagai seorang istri sudah terkikis.Alvan tidak ingin
Keluarga Ibrahim segera makan malam bersama. Aisyah membuat sup karena cuaca sedang sangat dingin.“Supnya enak,” pujian Alvan.Aisyah menyahut dengan hangat, “Memangnya Umi pernah buat sup tidak enak?”“Semua masakan Umi selalu enak.”“Tapi Umi masak sup dibantu Aul ....” Aisyah melirik menantunya dengan hangat, tetapi Alvan tersenyum alakadarnya pada Aulya setelah tahu jika menu yang kali ini disantapnya terdapat hasil campur tangan istrinya yang dianggap murahan.Suasana di ruang makan tetap hangat karena Alvan dan Aulya berakting sangat propesional hingga Ibrahim dan Aisyah tidak dapat membaca perang dingin yang sedang terjadi.Saat masuk waktu tidur, Alvan meraih bantal dan selimut lalu merebahkan tubuhnya di sofa.Dengan suara parau dan volume rendah, Aulya berkata lirih, “Al ..., saya minta maaf ....”“Jangan minta maaf lagi kalau kamu terus mengecewakan kami!” Alvan segera memunggungi Aulya.Saat ini Aulya melangkah mendekati Alvan, lalu duduk di atas karpet, tepat di sisi sof
“Kemana para pemuda, katanya akan datang jam sebelas?” Seorang pemuda sedang berjalan santai seiring mengamati persekitaran menggunakan senter. Daerah rumahnya sangat rawan pencuri karena sembilan puluh persen warganya adalah orang mampu, sedangkan sepuluh persennya lagi kalangan menengah.Alvan menyusuri daerah yang masih dipenuhi rimbunnya pepohonan dan rumput liar di beberapa tempat. Senter masih diarahkan kesana kemari. Namun, baru saja beberapa langkah diambilnya terdengar suara di dalam semak-semak, pun rumput di sekitarnya bergerak seperti ada sesuatu di balik rerumputan tinggi itu. Penasaran, Alvan mencoba mencari tahu sesuatu di sana, tepatnya di pinggiran kebun milik salah satu RT.Senter diarahkan tepat ke semak-semak bergoyang. “Astagfirullahadzim ..., masa iya yang sedang berzina!” Pikirannya segera traveling karena beberapa hari lalu terdapat kumpul kebo di salah satu rumah kontrakan maka dari itu siskamling diperketat bukan hanya untuk menjaga keamanan dari maling.A
Keluarga Ibrahim segera makan malam bersama. Aisyah membuat sup karena cuaca sedang sangat dingin.“Supnya enak,” pujian Alvan.Aisyah menyahut dengan hangat, “Memangnya Umi pernah buat sup tidak enak?”“Semua masakan Umi selalu enak.”“Tapi Umi masak sup dibantu Aul ....” Aisyah melirik menantunya dengan hangat, tetapi Alvan tersenyum alakadarnya pada Aulya setelah tahu jika menu yang kali ini disantapnya terdapat hasil campur tangan istrinya yang dianggap murahan.Suasana di ruang makan tetap hangat karena Alvan dan Aulya berakting sangat propesional hingga Ibrahim dan Aisyah tidak dapat membaca perang dingin yang sedang terjadi.Saat masuk waktu tidur, Alvan meraih bantal dan selimut lalu merebahkan tubuhnya di sofa.Dengan suara parau dan volume rendah, Aulya berkata lirih, “Al ..., saya minta maaf ....”“Jangan minta maaf lagi kalau kamu terus mengecewakan kami!” Alvan segera memunggungi Aulya.Saat ini Aulya melangkah mendekati Alvan, lalu duduk di atas karpet, tepat di sisi sof
Hati Alvan gelisah dan ingin segera menjemput Aulya, maka dia memutuskan bolos di kelas berikutnya. “Di mana kalian!” Dengusannya saat berbicara dengan Zayden.Zayden menjawab santai, “Saya tidak tahu di mana istri kamu karena sekarang kita sudah berpisah.”“Katakan, di mana Aul!”Nada suara Zayden tidak berubah. “Dia sudah pulang duluan.”Alvan memutus panggilan dengan Zayden untuk menghubungi Aulya, tetapi saat ini tangannya gemetaran karena menahan amarah dan sakit hati secara bersamaan hingga handphonenya terjatuh begitu saja, tetapi tubuhnya juga runtuh hingga Alvan hanya sanggup bersandar seiring memegangi pelipisnya.“Kamu tidak pernah mencintai saya, tapi jangan lakukan ini di belakang saya!” Kini, perlahan amarah Alvan mendominasi kepalanya. “Di mana harga diri kamu, Aul!”Rencana Zayden mengambil kesucian Aulya sebagai seorang istri memang gagal, tetapi dia tetap menang karena dengan hanya memeluk Aulya maka kesuciannya sebagai seorang istri sudah terkikis.Alvan tidak ingin
Zayden mengancam Aulya akan datang ke rumah Alvan jika tidak menemuinya. Maka terpaksa gadis ini pergi ke tempatnya membuat janji dengan Zayden, tentunya tempat itu sangat jauh dari kediaman keluarga suaminya.“Kenapa kamu melakukan ini sama saya?” sendu sekalian kecewa diluapkan Aulya.Zayden memeriksa arloji yang melingkar di pergelangannya. Lalu berkata datar, “Karena ini waktu yang tepat ketemu kamu. Alvan lagi kuliah dan kebetulan materi hari ini padat.”“Apa mau kamu?” Tatapan Aulya mulai dingin pada Zayden karena orang yang dicintainya sangat egois.“Tidur sama kamu!” Zayden tersenyum enteng saat mengatakan hal haram ini.Aulya segera menghardik Zayden dengan suara terjaga, “Jangan gila!”“Kita sudah tunangan. Wajar kok, kalau kita ngelakuin hubungan suami istri.”Aulya menggeleng tegas dengan suara serupa. “Saya tidak mau jadi perempuan murahan!”Zayden segera menggenggam kedua tangan Aulya. “Kamu tidak murahan ... lagian kamu ngelakuinnya sama saya.”Aulya segera melepaskan t
Sampai hari berganti, Alvan tidak pernah tahu jika Zayden berhasil menemui Aulya di rumahnya hingga salah satu tetangga nyeletuk, “Magrib kemarin teman kamu datang ke rumah. Apa teman kamu tidak tahu kalau magrib kamu tidak di rumah.” Kekehnya.“Teman.” Dahi Alvan berkerut heran.Saat ini Aulya segera berkata, “Sudah siang, nanti kamu kesiangan.”Perhatian Alvan segera teralihkan. “Iya, saya tidak boleh terlambat.” Dahi Aulya dikecup sangat sayang. Lalu berpamitan, sekalian berpamitan pada tetangga yang selalu ramah padanya.Alvan pergi bersama sopir karena masih belum mendapat izin Ibrahim untuk membawa kendaraan sendiri.Aulya bergumam penuh harapan, “Semoga hari ini Zayden tidak datang. Saya malu sama Umi, Abi dan juga Al ....”Di kampus, Alvan dan Zayden berpapasan. Zayden menatap sengit. “Apa yang kamu lakukan ke Venus sampai-sampai dia memilih kamu dibandingkan saya!”Tatapan Alvan sangat datar. “Aul memilih saya karena kita sudah menikah. Saya tidak melakukan hal khusus.”“Mung
Aisyah mendengar semua percakapan Aulya dan Zayden karena dengan sengaja wanita ini menguping. Lalu mengusap dadanya yang perih.Saat ini Zayden pergi tanpa Aulya, tetapi hati Aisyah tetap teriris dan dia akan merahasiakan pertemuan mereka pada Alvan. “Umi tidak ingin membuat kamu semakin terluka ....”Aisyah kembali ke dalam kamar untuk memeluk perih seorang diri. Lalu, beberapa menit kemudian Aulya menghampiri bersama air mata. “Umi, Aul minta maaf ... Aul tidak tahu kalau Zayden akan datang kesini. Aul minta maaf kalau Aul membuat Umi tidak nyaman. Aul juga malu pada Umi ....”Pipi Aulya basah karena air matanya berderai. “Umi dan semua keluarga Al baik sama Aul ..., Aul minta maaf karena Aul mengecewakan ....”Aisyah memang sedang menelan perih, tetapi dia tetap merangkul Aulya dengan tulus. “Tidak apa-apa, bukan salah Aul kok.”“Tapi Aul merasa bersalah. Aul merasa mengecewakan Umi dan semua keluarga Al ....”“Sudah ....” Aisyah tersenyum hangat sekalian menyeka air mata di pipi
Alvan masuk ke dalam rumah, maka Aulya segera meluncurkan pertanyaan, “Apa yang kamu bicarakan sama Zayden?”Dengan tenang, Alvan menjelaskan, “Saya bilang kamu istri saya jadi Zayden harus tahu batasan.”Aulya berkata kesal, “Kenapa kamu harus berkata jahat sama Zayden. Dia tunangan saya. Sebelum saya menikah sama kamu, saya sudah tunangan sama Zayden!”Alvan terdiam dan hanya memandangi Aulya. Tapi diamnya Alvan membuat gadis itu merasa bersalah. “Saya minta maaf kalau kamu tersakiti. Saya tidak bermaksud menyakiti kamu. Tapi situasinya seperti ini ....”Alvan mengusap puncak kepala Aulya dengan lembut dan senyuman tulus. “Saya tahu kamu ada di antara dua pilihan. Tapi saya yakin kamu tahu mana yang harus kamu pilih.”Kini, Aulya yang tidak bicara dan hanya menunjukan gelisah serta raut wajah bingung, “Saya merasa harus balas budi sama kebaikan kamu dan keluarga kamu. Itu alasan saya tetap di sini.”Alvan mengangguk kecil dengan senyuman senada. “Jalani saja dan jangan dibikin pusin
Aulya berkata sedikit ketus untuk menunjukan perasaan tidak nyaman, “Saya sudah bilang, jangan dibahas!”Alvan ingin membahas hal ini sampai ke akar, tetapi kunci dari masalah ini justru tidak ingin bicara. Tapi dia tidak ingin membuat Aulya merasa tertekan, maka Alvan memilih mengalah setidaknya untuk sementara.Siang ini Aulya mengikuti pengajian bersama Aisyah walaupun awalnya menolak, tapi gadis ini terlalu risau jika Alvan kembali membahas tentang Zayden.Aulya mendapatkan banyak sapaan sekaligus pertanyaan dari ibu-ibu pengajian tentang kabarnya sekarang. Jadi, gadis ini menjawab apa adanya, “Aul sudah berhasil bertemu keluarga Aul ....”Aisyah melanjutkan, “Alhamdulillah, Tuhan sudah menunjukan jalan terbaik.”Namun, penasaran ibu-ibu masih berlanjut, “Tapi kenapa keluarga Neng Aul belum silaturahmi?”Aisyah yang menjawab karena Aulya kebingungan, “Kami yang silaturahmi ke keluarga Neng Aul.”“Sesekali silaturahmi kesini, kami juga ingin mengenal keluarga Neng Aul,” kekeh ibu-i
Wajah Alvan berubah kecut, dia juga segera meninggalkan tempat tidur dan berbaring di sofa, sedangkan Aulya membelalakan matanya saat membaca chat dari Zayden.Segera, Aulya menjelaskan dengan gugup, “Maaf. Bukan maksud saya menyakiti kamu ....”Alvan membuang wajahnya seiring menutup mata. “Kamu tidak perlu minta maaf!” Hatinya berisik karena menahan amarah. ‘Saya harus mempertahankan pernikahan dengan Aul, tapi saya juga tidak lupa kalau kamu tunangannya Zayden. Dan kamu sangat mencintai Zayden. Saya tidak ingin menjadi orang bodoh karena mempertahankan pernikahan ini, tetapi pernikahan bukan permainan. Bagaimanapun juga saya harus berusaha memperjuangkan pernikahan ini. Dan saya sangat tulus mencintai kamu bagaimanapun kamu dan bagaimanapun masa lalu kamu!’Aulya mengabaikan chat dari Zayden demi menghampiri Alvan. “Maaf kalau saya menjadi seorang istri yang menyakiti suaminya
Alvan menggandeng tangan Aulya saat mereka baru saja keluar dari mobil. Maka, senyuman Ibrahim dan Aisyah adalah penyambutnya.Aisyah tidak segan memeluk Aulya. “Umi sama Abi sangat merindukan kamu. Apalagi Alvan ....” Tatapannya tidak berubah, tetap tulus seperti biasanya.Aulya berkata gugup karena merasa malu. Dia sudah mengecewakan keluarga ini, tetapi dia masih diterima sangat baik. “Umi sama Abi sehat?”Aisyah balik bertanya dengan nada lembut, “Alhamdulillah ... bagaimana kabar Aul dan keluarga Aul?”“Alhamdulillah. Sehat, Umi ....” Saat ini Aulya sedikit menunduk karena tidak sanggup menatap mata Aisyah dan Ibrahim.Ucapan Ibrahim tidak kalah hangat dari Aisyah, “Mari masuk. Pasti kalian lelah.”Selama beberapa saat mereka berkumpul di ruang keluarga, lalu Aulya dan Alvan masuk ke dalam kamar, tetapi gadis ini hanya berdiri di depan pintu saat suaminya sudah merebahkan tubuhnya di sofa.“Jangan canggung,” ucap lembut Alvan.Aulya mengumpat kecil seiring melangkah, “Wajar. Saya