Keluarga Ibrahim segera makan malam bersama. Aisyah membuat sup karena cuaca sedang sangat dingin.“Supnya enak,” pujian Alvan.Aisyah menyahut dengan hangat, “Memangnya Umi pernah buat sup tidak enak?”“Semua masakan Umi selalu enak.”“Tapi Umi masak sup dibantu Aul ....” Aisyah melirik menantunya dengan hangat, tetapi Alvan tersenyum alakadarnya pada Aulya setelah tahu jika menu yang kali ini disantapnya terdapat hasil campur tangan istrinya yang dianggap murahan.Suasana di ruang makan tetap hangat karena Alvan dan Aulya berakting sangat propesional hingga Ibrahim dan Aisyah tidak dapat membaca perang dingin yang sedang terjadi.Saat masuk waktu tidur, Alvan meraih bantal dan selimut lalu merebahkan tubuhnya di sofa.Dengan suara parau dan volume rendah, Aulya berkata lirih, “Al ..., saya minta maaf ....”“Jangan minta maaf lagi kalau kamu terus mengecewakan kami!” Alvan segera memunggungi Aulya.Saat ini Aulya melangkah mendekati Alvan, lalu duduk di atas karpet, tepat di sisi sof
Aulya duduk di sisi Alvan, tapi tidak semua orang tahu jika gadis itu istrinya karena wajah Aulya saat resepsi dan sekarang sangat berbeda akibat riasan make up.Jadi, beberapa gadis masih berani menghampiri Alvan untuk meminta penjelasan ulang tentang materi yang barusaja disampaikan dosen. Ada juga yang meminta diskusi bersama.Saat ini Aulya tidak merasa cemburu, tetapi rasa tidak nyaman tetap ada karena diabaikan oleh Alvan dan gadis-gadis itu merusak waktunya dengan Alvan.Hati Aulya mengumpat. ‘Padahal bisa sampai tahap ini saja saya harus bersusah payah, tapi gadis-gadis itu merusak. Huft!’Di saat yang sama, Zayden datang tanpa terduga hingga membuat mata Aulya mebelalak kaget. “Padahal dari tadi saya menunggu kamu di kantin.” Senyumannya sangat teduh pada Aulya.Jadi, bukan hanya perhatian Alvan yang tercuri karena beberapa gadis yang bersamanya ikut memandangi Zayden, lalu gadis-gadis ini juga memandangi Aulya.Aulya berkata gagap, “Kenapa menunggu saya? Kita kan tidak buat
Aulya masih menguntit Alvan, tangannya masih digenggam suaminya saat berjalan beriringan hingga membuatnya mesem-mesem karena mungkin suaminya sudah tidak marah. “Tadi pagi Umi suruh saya beri kabar, tapi sengaja saya tidak bawa handphone. Pinjem handphone kamu, ya?”Aulya memandangi Alvan yang terlihat kalem, sejuk dan tampan walaupun dari sisi wajahnya saja.Alvan segera merogoh saku celananya, lalu menyodorkan handphone pada Aulya. Saat bersamaan, mereka sudah tiba di kelas. Jadi, laki-laki ini kembali membuka bukunya untuk mengisi waktu saat menunggu kedatangan dosen.Aulya sudah berhasil mengirim chat pada Aisyah untuk memberi kabar jika dirinya dan Alvan masih bersama di kampus dan akan pulang terlambat karena jadwal Alvan yang padat.Iseng, Aulya membuka chat dari nomor yang tidak memiliki nama, tetapi dia sangat tahu siapa pemilik nomor itu.Seketika, kedua matanya mebelelak dengan mulut menganga yang segera ditangkup menggunakan telapak tangannya. “Al, ini ....” Suaranya berg
Ini pertama kalinya Aulya merasa patah hati karena ucapan Alvan. Kalimat yang keluar dari mulut suaminya berhasil menggores perasaannya hingga gadis ini tidak mampu berkata apapun.Namun, saat ini Alvan menyadari jika telah tanpa sengaja melukai istrinya. “Maaf ....” Kata-kata ini keluar begitu saja, kemudian memeluk Aulya dengan lembut.Selama beberapa saat, suasana sangat hening. Alvan maupun Aulya tenggelam dalam perasaan masing-masing. Lalu, laki-laki ini berkata pelan hingga hampir berbisik, “Saya juga punya perasaan yang harusnya kamu jaga ....”Saat ini Aulya mengerti jika Alvan masih memikirkan semua kesalahan yang diperbuatnya dengan sengaja dan tanpa sengaja. Kesalahannya juga selalu berhasil menyakiti hati lelaki yang selalu tulus mencintainya.Aulya keluar dari pelukan Alvan, gadis ini memandangi suaminya dengan sendu, “Saya akan berusaha memperbaiki semuanya.”“Terimakasih ....” Tidak ada senyuman di wajah Alvan, tetapi dia tidak akan menolak niat baik Aulya.Setelah ini,
Ini pertama kalinya Alvan pulang sangat terlambat bahkan melewatkan jam makan malamnya untuk menghindari pertikaian dengan Aulya.Aisyah adalah orang pertama yang menanyai Alvan sekalian menasihati dengan sayang, “Kegiatan kamu sangat banyak? Jangan belajar terlalu keras, kamu masih pemulihan ....”“Tidak apa-apa kok, Umi.” Alvan menjawab santun seiring senyuman seolah semuanya baik-baik saja.Ibrahim melanjutkan, “Kamu harus banyak membatasi kegiatan. Kalau memang bisa dikerjakan besok, tidak perlu hari ini. Kesehatan kamu lebih penting, Nak.”“Iya, Abi.” Anggukan patuh Alvan, kemudian berpamitan, “Al, mau istirahat dulu. Al sudah makan kok.”Jadi, kini Alvan menuju kamar bersama Aulya. Cukup lama, suasana hening. Lalu gadis ini berkata pelan, “Saya menunggu kamu dari tadi. Saya juga sudah buat martabak telur sama es buah.”Alvan menjawab datar, “Saya sudah kenyang.”Aulya memandangi sendu ke arah Alvan dengan hati brisik. ‘Saya mengerti kok, pasti kamu menjalani hari-hari yang berat
Alvan mengirimkan chat pada Aulya. [Saya tunggu kamu di taman. Sekarang!]Aulya memandang heran isi chat dari suaminya karena tidak biasanya Alvan mendesak, tetapi gadis ini segera bergegas. “Kita bicara lagi nanti.”Zayden menahan. “Mau kemana?”“Saya harus ke pengajian. Umi sudah menunggu.” Terpaksa Aulya membuat alasan supaya Zayden tidak memergokinya memilih menemui Alvan dibandingkan tetap bersamanya.Setibanya di taman yang sudah dijanjikan, Alvan duduk menunduk seiring memegangi pelipisnya.“Assalamualaikum ....”Wajah Alvan terangkat sesaat, mengikuti sumber suara. “Wa’allaikumussalam. Duduklah.” Ekspresinya sangat tenang saat hatinya bergejolak.Aulya sudah duduk memandangi Alvan, maka sekarang dia bicara. “Banyak tempat yang bisa kalian kunjungi, tapi kenapa memilih bertemu di mini market dekat rumah?” Tatapannya memicing dengan suara terjaga.Aulya segera berkata cemas, “Maaf ... saya tidak punya pilihan karena Zayden terus mengancam, jadi saya harus temui Zayden, saya tida
Aulya kalang kabut setelah mendengar keputusan ibunya, tapi gadis ini berhasil menahan niat Niana. “Ma, Venus mau bicara dulu sama Al. Kasih Venus kesempatan.”Jadi, saat Alvan pulang Aulya menyambutnya dengan keputusan di luar dugaan suaminya. “Saya akan menghindari Zayden!”Sejenak, Alvan memandangi datar lalu berkata dengan nada selaras, “Saya cuma minta jangan sakiti Umi.”Alvan berbalik maka Aulya beringsut untuk kembali berdiri di hadapan Alvan. “Tidak akan, saya janji!”Alvan masih memandangi datar Aulya. “Saya ragu.”Aulya menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. “Saya minta maaf dan saya berjanji tidak akan menyakiti Umi dan tidak akan mengecewakan kamu lagi. Saya juga akan menghindari Zayden!”Tatapan Alvan tidak berubah. Kini, pertanyaan dilontarkan dengan dingin, “Kenapa harus menghindari Zayden?”“Saya mau mempertahankan pernikahan sama kamu.”“Sampai kapan?”“Entahlah ....”Alvan tidak menanggapi ucapan Aulya, lalu berkata lebih dingin, “Kalau niat kamu cuma sem
Tidak lama setelah pertemuan Zayden dan Aulya, akhirnya gossip tentang pernikahan Alvan dan Aulya menyebar.Tidak ada ucapan baik di antara semua orang karena mereka saling menyampaikan informasi yang mengatakan jika Alvan dan Aulya terpaksa dinikahkan. Maka, setiap orang memiliki persepsi masing-masing yang salah satunya hamil di luar nikah.Aulya tidak pernah berpikir jika obrolannya dengan Zayden akan menyebar, terlebih dalam waktu singkat hingga akhirnya gadis ini kembali meminta maaf pada Alvan. “Maaf ... saya tidak tahu kalau akhirnya akan seperti ini ....”Raut wajah Aulya ditimbun kegelisahan. “Saya tidak pernah membuat janji sama Zayden. Zayden yang tiba-tiba datang terus bicarakan pernikahan kita ....”Alvan tidak dapat berkata apapun karena nasi sudah menjadi bubur. Namanya sudah jelek di kampus ini karena banyak orang yang berpikir jika seorang anak Ustaz telah menghamili seorang gadis di luar nikah. Jadi mereka dinikahkan secara dadakan.“Ayo pulang.” Hanya satu kalimat y
Siang ini Aulya mencium santun punggung tangan Alvan seiring berpamitan, “Saya pergi dulu. Tidak akan lama, kok.” Ini adalah kepergian yang tidak diinginkannya, tetapi Aulya bersikap seolah hatinya sangat ikhlas.“Jangan lupa kabari saya kalau sudah sampai.” Alvan melepaskan Aulya dengan senyuman setelah mendengar jika istrinya mendadak harus mengunjungi kampus lamanya. Lalu melarangnya menemai karena alasan kesehatan.Alvan mengatakan jika dirinya baik-baik saja, tetapi Aulya bersikeras menyuruhnya beristirahat.Pelukan Aulya segera melingkar di tubuh Alvan. “Saya berjanji paling lama cuma dua hari.” Nada suaranya terdengar sendu karena memiliki firasat buruk, sedangkan Alvan menganggap jika Aulya terlalu grogi dengan perpisahan setelah si gadis memilih bersamanya.Alvan membalas pelukan Aulya dengan pelukan rindu. “Berapa lama pun saya akan menunggu kamu. Tapi kalau terlalu lama saya akan menjemput.”Kalimat Alvan tidak dibalas karena Aulya sedang tenggelam dalam perpisahan yang buk
Malam ini Aulya mendapatkan chat dari Niana. [Sayang, besok Mama akan menelepon, tapi jangan sampai Alvan tahu!]Dahi Aulya berkerut heran setelah membaca isi chat yang menurutnya aneh.Alvan baru saja masuk ke dalam kamar setelah menyaksikan pertandingan bola di lapangan bersama Fauzan. “Kok belum tidur?” Wajah teduhnya akan membuat siapapun yang melihat merasa nyaman, termasuk Aulya.Senyuman manis menghiasi wajah Aulya. “Belum ngantuk. Katanya akan pulang jam sepuluhan, tapi ini masih jam sembilan.”“Saya tidak mau meninggalkan istri saya lama-lama.” Alvan hendak naik ke atas ranjang. Maka Aulya segera menonaktifkan handphone untuk menjaga kerahasiaan chat dari ibunya.“Padahal tidak apa, kok.” Aulya tersenyum kecil kepada Alvan yang sudah duduk di sampingnya.Pun, Alvan membalas senyuman Aulya. “Tidak mau.”Malam ini Alvan segera menyentuh tubuh Aulya yang selalu wangi dan terlihat segar berkat kulit halus dan sehat yang dimiliki si gadis.Pun, Aulya tidak mungkin menolak karena t
Aulya berhasil melihat ibunya, tetapi tidak memiliki kesempatan bicara karena Niana selalu bersama Aisyah.Jadi, akhirnya Aulya menemui ibunya di waktu tidur. Tentu saja Niana menganggap perbuatan putrinya salah karena seharusnya Aulya menemani Alvan.“Jangan tinggalkan suami kamu ...,” nasihat Niana diambang pintu sebelum mempersilakan Aulya masuk.“Venus mau bicara sebentar.”Dari raut wajah Aulya, Niana sudah bisa menebak. Jadi, mau tidak mau wanita ini mempersilakan putrinya masuk dibandingkan harus berbicara di luar kamar karena mungkin seseorang akan mendengar obrolan mereka.Aulya duduk di samping ibunya dan langsung mengungkapkan maksudnya, “Tadi Mama ketemu mamanya Zayden di rumah sakit?”“Iya, tadi Mama menjenguk Zayden.”“Mama ngobrol apa sama mamanya Zayden?”Niana mendesah kecil karena dugaannya benar. “Jadi ini tujuan kamu sampai meninggalkan suami kamu.” Niana menyisir rambut Aulya menggunakan jemarinya.“Iya, Venus penasaran karena Mama sama mamanya Zayden sering ketem
Niana menemui Maria, tetapi wanita ini lebih banyak berbicara dengan Zayden. “Zayden minta maaf kalau Zayden lancang sama Tante. Tapi Zayden sudah tidak bisa memendam lagi, Zayden masih suka sama Venus!”Terkejut, itu yang dirasakan Niana walaupun dia sudah mendengar perasaan Zayden dari Maria. Wanita ini menjawab bersama perasaan tidak enak hati, “Tante berterimakasih karena kamu masih tulus menyukai Venus, tapi sekarang Venus sudah menikah dengan Alvan. Jadi Tante harap, kamu bisa berusaha melupakan Venus ....”“Justru itu, Zayden tidak bisa ....” Raut wajahnya sangat memprihatinkan. Lalu, Zayden menambahkan, tetapi ini hanya bualan, “Sebenarnya, alasan Zayden kecelakaan karena terlalu banyak memikirkan Venus, jadi Zayden tidak bisa fokus.”“Ya ampun ....” Tentu saja Niana semakin merasa tidak enak hati walaupun sebenarnya kesalahan murni ada pada Zayden karena dirinya maupun Venus tidak pernah menyuruh lelaki ini memikirkan hubungan yang telah kandas.“Begitulah. Zayden terlalu dal
Alvan kembali malam hari, tetapi tidak segera ke rumah karena menemui Fauzan. “Anggota geng Zayden lagi ngincar kamu!”“Tahu dari mana?”Mereka sedang duduk di tepian lapangan di daerah rumah.“Teman saya di mana-mana. Saya juga aktif di kampus sama di karang taruna. Banyak info yang saya dengar. Apalagi pas kamu sakit!”“Biarkan saja!” Alvan tidak peduli pada ancaman yang didapatkannya dari Zayden.“Saya khawatir.” Fauzan menggendikan bahunya. “Mendingan kamu sama Aul jangan pergi berdua. Emang lebih bagus sama sopir.”“Itu emang keseharian saya, tapi sekarang saya sudah bisa bawa mobil. Cuma Umi selalu khawatir.”“Mendingan jangan deh. Kalau sama sopir, anggota geng Zayden tidak akan berani menyakiti kamu!”Alvan mendesah geram. “Saya tidak takut, tapi saya harus melindungi Aul dan menjaga keselamatan saya demi Aul ....”“Bener. Bayangin sesedih apa Aul kalau kamu disakiti geng Zayden!”Alvan kembali mendesah, tetapi hanya berkata di dalam hatinya. ‘Dulu saat saya kecelakaan, Aul me
Alvan adalah satu-satunya tujuan Aulya. Nomor suaminya dihubungi, dan Alvan yang memang sangat tulus mencintai istrinya tidak pernah mengabaikan panggilan si gadis hingga akhirnya dia tiba di depan pintu.“Aul?” Suara Alvan dipenuhi rasa cemas.Aulya menjawab cemas sekalian tenang dengan keberadaan suaminya. “Al, saya di dalam, tapi pintunya dikunci dari luar!”“Tunggu sebentar.” Alvan berusaha merusak lubang kunci karena jika didobrak mungkin akan merusak properti kampus. Lagipula saat ini Aulya tidak sedang berada di tangan Zayden, jadi rasa cemasnya tidak sebesar sebelumnya.Hanya sekitar satu menit akhirnya Alvan berhasil merusak lubang kunci dan Aulya segera masuk ke dalam pelukannya. “Saya takut ....” Gadis ini sedikit merengek.Alvan mengusap punggung Aulya sangat sayang. “Kenapa kamu bisa di sini?”Aulya tengadah ke arah suaminya tanpa merengek, justru mengungkapkan kesalnya, “Tadi ada tiga gadis yang mengunci saya. Mereka benci saya karena menganggap kecelakaan Zayden gara-g
Tanpa sengaja, Alvan mendengar ucapan Aulya. Jadi, dia segera berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. “Wajar saja kalau Mamanya Aul lebih suka Aul sama Zayden karena tadinya mereka sudah tunangan. Mungkin hari ini saya masih belum diterima di kelurga Aul karena kemunculan saya terlalu mendadak.”Alvan mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar, lalu sepuluh menit kemudian Aulya menemuinya yang sedang berada di halaman belakang. “Ini kan udah malem, kenapa diem di sini?”“Tidak apa-apa. Cuma cari angin.” Alvan tetap tersenyum hangat.Aulya duduk di sisi suaminya. “Mama akan menginap selama dua malam karena katanya capek kalau bulak-balik luar kota.”“Alhamdulillah.” Alvan bersyukur karena sudah pasti Aulya bahagia jika tinggal bersama ibunya.Aulya tetap merahasiakan kenyataan tentang ibunya, tapi dia tidak tahu jika baru saja Alvan mengetahuinya.Makan malam tetap berjalan sangat hangat, bahkan lebih hangat dari biasanya karena kehadiran Niana.Malam ini Alvan tetap tidur dengan damai w
Maria terusik oleh suara Aulya karena gadis itu membahas tentang hal yang dibencinya. ‘Zayden bilang masih suka Venus dan minta pengaruhi mamanya Venus agar mereka bercerai. Tapi kenapa sekarang berubah!’Sementara, Zayden menjawab santai saat berbicara dengan Aulya, “Saya tidak dekat sama gadis mana pun.”“Tapi ....” Aulya menyodorkan amplop berwarna peach pada Zayden. “Dia sampai menitipkan ini. Mungkin isinya ungkapan sukanya ke kamu.”Zayden menerima, lalu tanpa sungkan membuka dan membaca isi amplop tanpa bicara. Terakhir, senyumannya menyungging dingin.Tanpa diduga, Zayden meremas secarik kertas kecil itu lalu melemparnya ke tempat sampah hingga membuat Aulya kaget.Zayden berkata lembut pada Aulya saat si gadis belum habis dari rasa kaget, “Dia bilang suka saya, tapi saya tidak bisa membalas perasaannya.” Terakhir, senyumannya menjadi hambar karena tidak terlihat sedikit pun rasa cemburu di wajah Aulya padahal sudah jelas seorang gadis sedang mencoba mengungkapkan perasaan pad
Aulya tidak berhenti menatap amplop di tangannya seiring mendesah saat meyakini jika di dalamnya berisi surat pernyataan cinta. “Dari kapan Zayden deket sama cewek tadi, padahal baru kemarin-kemarin Zayden tahan-tahan saya karena pilih Alvan ....”Persaan Aulya tidak karuan, sakit, tapi dia juga menyakiti. Kini, Aulya sedikit meraung karena merasa telah kehilangan hati dan raga Zayden yang tadinya hanya miliknya.Namun, di sisi lain perasaannya mengatakan jika Zayden mengambil langkah yang benar karena saat ini mereka tidak memiliki hubungan khusus, dan Aulya sudah menentukan pilihannya yaitu Alvan. Jadi, alasan apa yang membuat Zayden harus tetap menyimpan hati padanya?Satu butir air mata jatuh ke atas kertas yang digenggam Aulya hingga menambah rasa sakit. “Saya harus sampaikan ungkapan perasaan seorang cewek pada Zayden yang masih saya sukai ....”Saat ini Niana menghubungi putrinya. “Sayang, sore ini Mama akan menjenguk Zayden. Kamu mau ikut?”Aulya mengerjap excited, tetapi terh