Seketika, kedua mata Aulya membalalak. Bibirnya sedikit gemetar. “Mama ....”“Iya, Mama dan Papa lebih merestui hubungan kamu sama Zayden,” ulang Niana dengan tatapan tidak main-main.Aulya menangkup mulutnya yang menganga. Lalu, selama beberapa saat gadis ini kesulitan berbicara karena pernyataan ibunya sangat mengejutkan. “Ke-kenapa, Ma?”Niana mendesah kecil. “Alvan memang tidak buruk untuk dipilih, tapi Alvan adalah orang baru yang entah bagaimana sifat aslinya. Sedangkan Zayden adalah laki-laki yang sudah tidak asing untuk Mama dan Papa. Zayden adalah putra rekan kerja Papa, kami sudah mengenalnya sejak dulu, lalu kami juga yakin jika cinta Zayden lebih besar dari Alvan karena selama ini yang memperjuangkan kamu itu, Zayden. Bukan Alvan!”Hingga detik ini Aulya tidak bisa berkata-kata. Lidahnya kelu, telapak tangannya juga ikut gemetar.Niana melanjutkan seiring menggenggam tangan putrinya. Suaranya sangat lembut diiringi senyuman senada, “Tapi bukan berarti Mama dan Papa tidak m
Hari ini Aulya kembali ditinggalkan oleh orangtuanya. Niana berpesan sebelum pergi agar dirinya dan Alvan segera meminta maaf pada orangtua Zayden.Aulya segera menyampaikan pesan ibunya pada Alvan sekalian mengeluh, “Saya juga harus minta maaf, tapi rasanya sangat canggung ....”Alvan mendengarkan keluhan istrinya, tetapi tidak ditanggapi. “Kapan kita akan pergi? Saya tidak ingin masalah ini dibiarkan berlarut-larut seperti hubungan kamu dan Zayden yang seolah belum selesai!” celetuknya.“Al ... jangan menuduh, saya sudah bilang sama Zayden kalau hubungan kita sudah berakhir,” rengek Aulya, tetapi tidak membuat Alvan menanggapinya.“Kalau bisa, secepatnya kita temui orangtua Zayden.” Alvan segera meraih tas yang berisi beberapa keperluan kampus.Aulya masih mengeluh sekalian merengek, “Sekarang kamu sangat dingin.”Alvan melirik datar ke arah Aulya, tetapi suaranya tetap lembut. “Karena kamu selalu mematahkan kepercayaan saya!”“Padahal cuma salah paham.” Aulya meraih tasnya dengan m
Aulya dan Alvan kembali ke rumah sore hari karena tugas membuat mereka menghabiskan banyak waktu di luar.Hari ini kegiatan kuliah sangat lancar walaupun mungkin masih terdapat bisikan-bisikan pedas, tetapi karena Alvan dan Aulya lebih banyak berkegiatan di luar kampus jadi sementara ini telinga mereka cukup dingin.Namun, hari ini juga Aulya tidak melihat Zayden hingga membuatnya khawatir. Dia bergumam di depan wastapel, “Saya lebih tenang walaupun Zayden mengacau, tapi setidaknya saya tahu dia baik-baik saja. Tapi hari ini Zayden kemana. Dia kuliah, kan?”Saat Aulya keluar dari kamar mandi, Alvan berkata, “Umi bilang, tadi Mama kamu telepon.”“Heuh, mau apa Mama telepon?”“Mau bicara sama kamu, tapi nomor kamu tidak aktif.”Aulya segera merogoh handphone dalam tasnya. Dia mendesah, “Habis batrai!” Daya baterai segera diisi. Ternyata Aulya mendapatkan panggilan tidak terjawab dari ibunya sekalian chat dari ibunya Zayden.[Zayden kecelakaan!]Segera, Aulya menangkup mulutnya yang meng
Suasana hening cukup lama hingga akhirnya Alvan berbicara. “Mau pulang sekarang atau nanti?”Aulya tidak lantas menjawab, dia hanya memperhatikan raut wajah Alvan yang terlihat tenang, tapi dia tahu ada sesuatu yang mendidih dan berisik di hati suaminya karena hal ini.Dengan perasaan malu Aulya menjawab, “Pulang saja ....”Alvan segera beringsut dari duduknya. “Sudah pamitan sama mamanya Zayden?”Aulya menggeleng. “Dari tadi mamanya Zayden seperti menganggap saya tidak ada. Jadi mendingan tidak usah pamitan.” Nada suara sendu terdengar sangat jelas karena Aulya tidak bisa menyembunyikannya.Alvan kembali menggenggam tangan Aulya, seperti biasa yang dilakukannya. Namun, barusaja beberapa langkah meninggalkan lorong ruang rawat, ibunya Zayden memanggil Aulya dan meminta gadis itu menemui Zayden.Tentu saja perasaan Aulya saat ini campur aduk. Dia senang karena akhirnya diundang masuk untuk menjenguk Zayden, jadi secara tidak langsung ibunya Zayden mengakui keberadaannya di sini. Dia ju
Alvan meminta sopir untuk pulang dan menyampaikan kabar jika dirinya dan Aulya akan tidur di hotel sekalian berlibur. Hal ini dilakukan supaya Aisyah dan Ibrahim tidak terluka karena menantu mereka menangisi Zayden.Di dalam kamar, Aulya sangat canggung. “Al, pasti kamu bosan mendengar permintaan maaf saya. Tapi saya tahu saya salah, jadi saya harus minta maaf ....”Alvan bersuara tenang. “Sudah, jangan dibahas. Basuh wajah kamu biar sembabnya berkurang. Saya akan pesan pakaian buat besok.”Aulya tidak mengatakan apapun lagi. Gadis ini mencuci wajahnya di kamar mandi seiring berkaca. “Saya memang istri yang buruk. Saya menangisi Zayden, mantan yang seharusnya tidak diperlakukan spesial karena harusnya cuma Alvan yang diperlakukan spesial.”Alvan terluka, tetapi selalu berusaha mengobati dengan beristigfar dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhannya.Pakaian yang dipesan Alvan tiba sesuai keinginan. Satu buah gamis lengkap dengan hijab, lalu satu stel pakaian santai untuknya. “Terimak
Hari ini Alvan dan Aulya menghabiskan waktu bersama, lalu pulang esok paginya. Tentu saja Aisyah dan Ibrahim menyambut dengan gembira karena ikut ke dalam kebahagiaan anak dan menantunya.Namun, tidak lupa membahas kabar Zayden. “Umi belum mendengar kabar Zayden dari mamanya Aul.”Segera, Aulya merasa canggung karena keberadaan Alvan, tapi tetap memberikan jawaban pada Aisyah, “Zayden terluka cukup parah.”Ibrahim dan Aisyah beristigfar. Lalu wanita ini bertanya lebih lanjut, “Apa yang terjadi sama Zayden?”“Katanya kecelakaan.” Suara Aulya tetap terdengar canggung walaupun Alvan bersikap biasa saja seolah tidak terbebani apapun.“Doakan Zayden supaya cepat sembuh dan bersabar menghadapi musibah yang sedang menimpanya.”Ibrahim dan Alvan mengaminkan secara bersamaan, lalu disusul Aulya dengan kata ‘Amin’ yang sangat tulus.Ibrahim baru saja bersuara. “Sekarang apa kegiatan kalian?”Alvan menjawab lebih dulu. “Al mau ke kampus karena masih ada tugas kelompok.”Aulya menyusul dengan suar
Aulya tidak berhenti menatap amplop di tangannya seiring mendesah saat meyakini jika di dalamnya berisi surat pernyataan cinta. “Dari kapan Zayden deket sama cewek tadi, padahal baru kemarin-kemarin Zayden tahan-tahan saya karena pilih Alvan ....”Persaan Aulya tidak karuan, sakit, tapi dia juga menyakiti. Kini, Aulya sedikit meraung karena merasa telah kehilangan hati dan raga Zayden yang tadinya hanya miliknya.Namun, di sisi lain perasaannya mengatakan jika Zayden mengambil langkah yang benar karena saat ini mereka tidak memiliki hubungan khusus, dan Aulya sudah menentukan pilihannya yaitu Alvan. Jadi, alasan apa yang membuat Zayden harus tetap menyimpan hati padanya?Satu butir air mata jatuh ke atas kertas yang digenggam Aulya hingga menambah rasa sakit. “Saya harus sampaikan ungkapan perasaan seorang cewek pada Zayden yang masih saya sukai ....”Saat ini Niana menghubungi putrinya. “Sayang, sore ini Mama akan menjenguk Zayden. Kamu mau ikut?”Aulya mengerjap excited, tetapi terh
Maria terusik oleh suara Aulya karena gadis itu membahas tentang hal yang dibencinya. ‘Zayden bilang masih suka Venus dan minta pengaruhi mamanya Venus agar mereka bercerai. Tapi kenapa sekarang berubah!’Sementara, Zayden menjawab santai saat berbicara dengan Aulya, “Saya tidak dekat sama gadis mana pun.”“Tapi ....” Aulya menyodorkan amplop berwarna peach pada Zayden. “Dia sampai menitipkan ini. Mungkin isinya ungkapan sukanya ke kamu.”Zayden menerima, lalu tanpa sungkan membuka dan membaca isi amplop tanpa bicara. Terakhir, senyumannya menyungging dingin.Tanpa diduga, Zayden meremas secarik kertas kecil itu lalu melemparnya ke tempat sampah hingga membuat Aulya kaget.Zayden berkata lembut pada Aulya saat si gadis belum habis dari rasa kaget, “Dia bilang suka saya, tapi saya tidak bisa membalas perasaannya.” Terakhir, senyumannya menjadi hambar karena tidak terlihat sedikit pun rasa cemburu di wajah Aulya padahal sudah jelas seorang gadis sedang mencoba mengungkapkan perasaan pad
Siang ini Aulya mencium santun punggung tangan Alvan seiring berpamitan, “Saya pergi dulu. Tidak akan lama, kok.” Ini adalah kepergian yang tidak diinginkannya, tetapi Aulya bersikap seolah hatinya sangat ikhlas.“Jangan lupa kabari saya kalau sudah sampai.” Alvan melepaskan Aulya dengan senyuman setelah mendengar jika istrinya mendadak harus mengunjungi kampus lamanya. Lalu melarangnya menemai karena alasan kesehatan.Alvan mengatakan jika dirinya baik-baik saja, tetapi Aulya bersikeras menyuruhnya beristirahat.Pelukan Aulya segera melingkar di tubuh Alvan. “Saya berjanji paling lama cuma dua hari.” Nada suaranya terdengar sendu karena memiliki firasat buruk, sedangkan Alvan menganggap jika Aulya terlalu grogi dengan perpisahan setelah si gadis memilih bersamanya.Alvan membalas pelukan Aulya dengan pelukan rindu. “Berapa lama pun saya akan menunggu kamu. Tapi kalau terlalu lama saya akan menjemput.”Kalimat Alvan tidak dibalas karena Aulya sedang tenggelam dalam perpisahan yang buk
Malam ini Aulya mendapatkan chat dari Niana. [Sayang, besok Mama akan menelepon, tapi jangan sampai Alvan tahu!]Dahi Aulya berkerut heran setelah membaca isi chat yang menurutnya aneh.Alvan baru saja masuk ke dalam kamar setelah menyaksikan pertandingan bola di lapangan bersama Fauzan. “Kok belum tidur?” Wajah teduhnya akan membuat siapapun yang melihat merasa nyaman, termasuk Aulya.Senyuman manis menghiasi wajah Aulya. “Belum ngantuk. Katanya akan pulang jam sepuluhan, tapi ini masih jam sembilan.”“Saya tidak mau meninggalkan istri saya lama-lama.” Alvan hendak naik ke atas ranjang. Maka Aulya segera menonaktifkan handphone untuk menjaga kerahasiaan chat dari ibunya.“Padahal tidak apa, kok.” Aulya tersenyum kecil kepada Alvan yang sudah duduk di sampingnya.Pun, Alvan membalas senyuman Aulya. “Tidak mau.”Malam ini Alvan segera menyentuh tubuh Aulya yang selalu wangi dan terlihat segar berkat kulit halus dan sehat yang dimiliki si gadis.Pun, Aulya tidak mungkin menolak karena t
Aulya berhasil melihat ibunya, tetapi tidak memiliki kesempatan bicara karena Niana selalu bersama Aisyah.Jadi, akhirnya Aulya menemui ibunya di waktu tidur. Tentu saja Niana menganggap perbuatan putrinya salah karena seharusnya Aulya menemani Alvan.“Jangan tinggalkan suami kamu ...,” nasihat Niana diambang pintu sebelum mempersilakan Aulya masuk.“Venus mau bicara sebentar.”Dari raut wajah Aulya, Niana sudah bisa menebak. Jadi, mau tidak mau wanita ini mempersilakan putrinya masuk dibandingkan harus berbicara di luar kamar karena mungkin seseorang akan mendengar obrolan mereka.Aulya duduk di samping ibunya dan langsung mengungkapkan maksudnya, “Tadi Mama ketemu mamanya Zayden di rumah sakit?”“Iya, tadi Mama menjenguk Zayden.”“Mama ngobrol apa sama mamanya Zayden?”Niana mendesah kecil karena dugaannya benar. “Jadi ini tujuan kamu sampai meninggalkan suami kamu.” Niana menyisir rambut Aulya menggunakan jemarinya.“Iya, Venus penasaran karena Mama sama mamanya Zayden sering ketem
Niana menemui Maria, tetapi wanita ini lebih banyak berbicara dengan Zayden. “Zayden minta maaf kalau Zayden lancang sama Tante. Tapi Zayden sudah tidak bisa memendam lagi, Zayden masih suka sama Venus!”Terkejut, itu yang dirasakan Niana walaupun dia sudah mendengar perasaan Zayden dari Maria. Wanita ini menjawab bersama perasaan tidak enak hati, “Tante berterimakasih karena kamu masih tulus menyukai Venus, tapi sekarang Venus sudah menikah dengan Alvan. Jadi Tante harap, kamu bisa berusaha melupakan Venus ....”“Justru itu, Zayden tidak bisa ....” Raut wajahnya sangat memprihatinkan. Lalu, Zayden menambahkan, tetapi ini hanya bualan, “Sebenarnya, alasan Zayden kecelakaan karena terlalu banyak memikirkan Venus, jadi Zayden tidak bisa fokus.”“Ya ampun ....” Tentu saja Niana semakin merasa tidak enak hati walaupun sebenarnya kesalahan murni ada pada Zayden karena dirinya maupun Venus tidak pernah menyuruh lelaki ini memikirkan hubungan yang telah kandas.“Begitulah. Zayden terlalu dal
Alvan kembali malam hari, tetapi tidak segera ke rumah karena menemui Fauzan. “Anggota geng Zayden lagi ngincar kamu!”“Tahu dari mana?”Mereka sedang duduk di tepian lapangan di daerah rumah.“Teman saya di mana-mana. Saya juga aktif di kampus sama di karang taruna. Banyak info yang saya dengar. Apalagi pas kamu sakit!”“Biarkan saja!” Alvan tidak peduli pada ancaman yang didapatkannya dari Zayden.“Saya khawatir.” Fauzan menggendikan bahunya. “Mendingan kamu sama Aul jangan pergi berdua. Emang lebih bagus sama sopir.”“Itu emang keseharian saya, tapi sekarang saya sudah bisa bawa mobil. Cuma Umi selalu khawatir.”“Mendingan jangan deh. Kalau sama sopir, anggota geng Zayden tidak akan berani menyakiti kamu!”Alvan mendesah geram. “Saya tidak takut, tapi saya harus melindungi Aul dan menjaga keselamatan saya demi Aul ....”“Bener. Bayangin sesedih apa Aul kalau kamu disakiti geng Zayden!”Alvan kembali mendesah, tetapi hanya berkata di dalam hatinya. ‘Dulu saat saya kecelakaan, Aul me
Alvan adalah satu-satunya tujuan Aulya. Nomor suaminya dihubungi, dan Alvan yang memang sangat tulus mencintai istrinya tidak pernah mengabaikan panggilan si gadis hingga akhirnya dia tiba di depan pintu.“Aul?” Suara Alvan dipenuhi rasa cemas.Aulya menjawab cemas sekalian tenang dengan keberadaan suaminya. “Al, saya di dalam, tapi pintunya dikunci dari luar!”“Tunggu sebentar.” Alvan berusaha merusak lubang kunci karena jika didobrak mungkin akan merusak properti kampus. Lagipula saat ini Aulya tidak sedang berada di tangan Zayden, jadi rasa cemasnya tidak sebesar sebelumnya.Hanya sekitar satu menit akhirnya Alvan berhasil merusak lubang kunci dan Aulya segera masuk ke dalam pelukannya. “Saya takut ....” Gadis ini sedikit merengek.Alvan mengusap punggung Aulya sangat sayang. “Kenapa kamu bisa di sini?”Aulya tengadah ke arah suaminya tanpa merengek, justru mengungkapkan kesalnya, “Tadi ada tiga gadis yang mengunci saya. Mereka benci saya karena menganggap kecelakaan Zayden gara-g
Tanpa sengaja, Alvan mendengar ucapan Aulya. Jadi, dia segera berusaha menyembuhkan dirinya sendiri. “Wajar saja kalau Mamanya Aul lebih suka Aul sama Zayden karena tadinya mereka sudah tunangan. Mungkin hari ini saya masih belum diterima di kelurga Aul karena kemunculan saya terlalu mendadak.”Alvan mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar, lalu sepuluh menit kemudian Aulya menemuinya yang sedang berada di halaman belakang. “Ini kan udah malem, kenapa diem di sini?”“Tidak apa-apa. Cuma cari angin.” Alvan tetap tersenyum hangat.Aulya duduk di sisi suaminya. “Mama akan menginap selama dua malam karena katanya capek kalau bulak-balik luar kota.”“Alhamdulillah.” Alvan bersyukur karena sudah pasti Aulya bahagia jika tinggal bersama ibunya.Aulya tetap merahasiakan kenyataan tentang ibunya, tapi dia tidak tahu jika baru saja Alvan mengetahuinya.Makan malam tetap berjalan sangat hangat, bahkan lebih hangat dari biasanya karena kehadiran Niana.Malam ini Alvan tetap tidur dengan damai w
Maria terusik oleh suara Aulya karena gadis itu membahas tentang hal yang dibencinya. ‘Zayden bilang masih suka Venus dan minta pengaruhi mamanya Venus agar mereka bercerai. Tapi kenapa sekarang berubah!’Sementara, Zayden menjawab santai saat berbicara dengan Aulya, “Saya tidak dekat sama gadis mana pun.”“Tapi ....” Aulya menyodorkan amplop berwarna peach pada Zayden. “Dia sampai menitipkan ini. Mungkin isinya ungkapan sukanya ke kamu.”Zayden menerima, lalu tanpa sungkan membuka dan membaca isi amplop tanpa bicara. Terakhir, senyumannya menyungging dingin.Tanpa diduga, Zayden meremas secarik kertas kecil itu lalu melemparnya ke tempat sampah hingga membuat Aulya kaget.Zayden berkata lembut pada Aulya saat si gadis belum habis dari rasa kaget, “Dia bilang suka saya, tapi saya tidak bisa membalas perasaannya.” Terakhir, senyumannya menjadi hambar karena tidak terlihat sedikit pun rasa cemburu di wajah Aulya padahal sudah jelas seorang gadis sedang mencoba mengungkapkan perasaan pad
Aulya tidak berhenti menatap amplop di tangannya seiring mendesah saat meyakini jika di dalamnya berisi surat pernyataan cinta. “Dari kapan Zayden deket sama cewek tadi, padahal baru kemarin-kemarin Zayden tahan-tahan saya karena pilih Alvan ....”Persaan Aulya tidak karuan, sakit, tapi dia juga menyakiti. Kini, Aulya sedikit meraung karena merasa telah kehilangan hati dan raga Zayden yang tadinya hanya miliknya.Namun, di sisi lain perasaannya mengatakan jika Zayden mengambil langkah yang benar karena saat ini mereka tidak memiliki hubungan khusus, dan Aulya sudah menentukan pilihannya yaitu Alvan. Jadi, alasan apa yang membuat Zayden harus tetap menyimpan hati padanya?Satu butir air mata jatuh ke atas kertas yang digenggam Aulya hingga menambah rasa sakit. “Saya harus sampaikan ungkapan perasaan seorang cewek pada Zayden yang masih saya sukai ....”Saat ini Niana menghubungi putrinya. “Sayang, sore ini Mama akan menjenguk Zayden. Kamu mau ikut?”Aulya mengerjap excited, tetapi terh