Share

94. Dipanggil Dosen

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2025-01-11 14:46:23

Olip yang baru sampai langsung mendapat tatapan aneh dari teman-temannya. Perempuan itu menyadari benar sikap temannya yang berubah pada dirinya. Bahkan denga jelas dia mendengar beberapa orang mengatakan kalau dirinya tidak tahu malu karena masih berani datang setelah vidionya tersebar luas.

"Lip. Dipanggil dosen tuh," ujar salah seorang perempuan berkacamata. Olip tahu perempuan itu adalah salah satu teman kelasnya yang paling pintar.

"Ngapain dosen manggil?" Kenapa itu musti dipertanyakan?

Olip tanpa kata langsung menuju ruang dekan. Tidak ada kata terima kasih yang terucap dari bibirnya untuk temannya tadi. Sebelum memasuki ruang sang dosen, Olip mengetuk pintu lebih dulu.

"Masuk." Seruan masuk itu membuat Olip segera memasuki ruangan.

Sepertinya dia akan disidang.

"Duduk Olip." Seorang pria berkemeja biru tua berujar dengan menunjuk kursi yang ada di hadapannya.

Olip mengangguk lalu duduk di hadapan dosennya. Dia disodori sebuah ponsel di mana layarnya menayangkan viddionya dan s
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Permintaan Gila Adikku   95. Serangan Para Warga

    Ridwan yang dipecat menjadi guru pun langsung membereskan meja kerjanya. Beberapa barang dia tinggal dan beberapa lagi harus dia bawa. Beberapa guru yang melihat kepergian Ridwan pun menganguk dengan senyum tipis. Seperti mereka hanya berbasa-basi saja pada pria itu."Semoga segera menemukan pekerjaan baru, ya." Salah satu guru bahkan mendoakannya. Ridwan hanya mengangguk. Dia meragukan hal itu. Setelah vidionya tersebar, memangnya masih ada sekolah yang mau menerimanya menjadi guru?Dia melanjutkan langkah. Di depan kelas, dia bertemu dengan sahabatnya yang sepertinya baru saja selesai mengajar. Mereka berpapasan dan Ridwan bisa melihat ekspresi sahabatnya itu tak ramah.Tepat ketika jarak mereka sudah dekat, sahabatnya itu berujar. "Aku kecewa sama kamu, Wan. Aku pikir kamu menikah dengan Olip karena Cinta. Tapi ternyata karena kalian mengkhianati Mika bahkan memiliki skadal seperti ini. Aku harap kamu tidak menyesal dengan apa yang s

    Last Updated : 2025-01-11
  • Permintaan Gila Adikku   96. Tuduhan

    "Cie yang baru aja pulang dari bulan madu." Baru saja sampai di toko, Mika sudah mendapat ejekan dari sahabatnya.Detik kemudian Sinta memasang wajah kasihan. Dia berdecak sembari menggeleng pelan. "Tapi sayang. Kasihan sekali kamu. Baru juga pulang dari bulan madu, udah masuk rumah sakit aja," ujarnya kemudian.Mika tak suka itu. Dia meletakkan tasnya di atas meja. "Apaan sih? Itu Noval aja yang berlebihan. Masa kepala kepentok meja aja sampai diinap rawat segala. Kan ngabisin duit," ujar Mika dengan menyentuh kepalanya yang masih diplester karena luka."Namanya juga perhatian sama istri, Mik." Sinta pun menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda sang sahabat."Jangan mulai." Mika menatap Sinta dengan penuh peringatan.Mika terkekeh. Beberapa saat kemudian Sinta mengingat sesuatu. "Lagian adek kamu itu gila banget. Berani-beraninya celakain kamu. Sekarang, viral dah tuh vidio panasnya sama Ridwan," ujar Sinta dengan rasa gemas yang tak bisa ditutupi. Kita bisa lihat juga rasa puas da

    Last Updated : 2025-01-12
  • Permintaan Gila Adikku   97. Tamparan Untuk Olip Dari Noval

    Ridwan langsung menatap istrinya. "Apa ini karena perbuatanmu?" tanyanya dengan menunjuk ke arah kening Mika yang terluka. Dia menunggu jawaban sang istri.Sedangkan Olip yang mendengar pertanyaan dari suaminya merasa bingung. Kenapa sekarang dia dojokkan lagi?"Jawab, Olip!" bentak Ridwan."Ya," balas Olip."Memangnya kenapa? tanya Olip kemudian."Lagian aku juga tidak sengaja," lanjutnya."Heh! Mana ada tidak sengaja? Kau mendorongnya. Itu yang katanya tidak sengaja?" Sinta yang tidak terima dengan perkataan Olip pun ikut memaki.Dia sudah tak tahan denga sifat perempuan itu. "Dasar perempuan gila. Sekolahnya aja pakai seragam, tapi kelakuannya kayak setan," lanjut Sinta yang tak tanggung-tanggung dalam mengolok Olip. Dia tidak peduli kalau ada orang tua Olip di sana."Jaga mulut kamu Sinta." Bu Tuti yang melihat anaknya diolok tidak terima. Dia pun menatap sahabat Mika itu dengan tajam."Emang iya, Kok." Sinta tentu tak mau kalah.Berkacak pinggang, dia menatap Olip dengan dagu ter

    Last Updated : 2025-01-12
  • Permintaan Gila Adikku   98. Kontrakan Tak Diinginkan

    Ridwan dan Olip yang sudah diusir dari rumah Pak Purnomo dan tak bisa kembali ke rumah Pak Eko terpaksa harus mencari kontrakan untuk tempat mereka tinggal. Namun, karena berita yang sudah tersebar, mereka mengalami kesulitan ketika mencari tempat tinggal.Bahkan tidak sedikit yang menolak mereka karena menganggap mereka pasangan tak memiliki ikatan. Ridwan dan Olip pun sampai harus mengeluarkan buku nikah mereka agar orang-orang percaya. Namun, tetap saja mereka menolak Olip dan Ridwan untuk menyewa kontrakan mereka."Terus kita mau tinggal di mana dong, Kak kalau semua orang menolak kita?" tanya Olip yang sudah merasa lelah karena hampir seharian mencari kontrakan tidak menemukannya."Ya kita harus terus cari lah. Kalau mau berhenti, gimana kita tidur malam ini," ujar Ridwan yang fokus terhadap jalan di depannya."His. Nyusahin banget sih. Itu warga kampung kenapa juga ngusir kita sih? Toh kita tinggal di rumah orang tua aku sendiri. Nggak minta makan sama mereka," ujar Olip yang t

    Last Updated : 2025-01-12
  • Permintaan Gila Adikku   99. Surat Dari Kampus

    Bu Tuti datang bersama sang suami dan membawa semua hal yang diinginkan oleh Olip. Meski dia merasa kesusahan untuk membawanya, tetapi dia tetap membawakannya demi sang anak.Pak Purnomo sempat tidak mau untuk datang ke kontrakan Olip, tetapi Bu Tuti yang terus memaksa membuat dia mau tidak mau harus mengantarnya. Sesampainya di kontrakan Olip, Olip pun langsung menyambut kedatangan ibunya."Akhirnya Ibu datang juga," ujar Olip.Bu Tuti tampak mengamati tempat tinggal Olip. "Ini beneran tempat tinggal kalian?" tanya Bu Tuti kemudian."Ya iyalah, Bu. Masa boongan?" Dia pun mengajak ibunya masuk tetapi Pak Purnomo memilih untuk tetap di luar."Kok bisa sih kamu tinggal di tempat seperti ini, Lip? Udah tempatnya di ujung desa, jauh, jalannya rusak, tempatnya nggak layak huni lagi," ujar Bu Tuti yang langsung berkomentar ketika dia sampai di kontrakan Olip."Udah tahu, kan? Makanya Olip minta Ibu buat datang ke sini dan lihat sendiri secara langsung." Olip berujar. Perempuan itu mengambil

    Last Updated : 2025-01-12
  • Permintaan Gila Adikku   100. Cekcok

    Ridwan memarkirkan motor milik Olip di depan kontrakan mereka. Pria itu meletakkan sepatunya asal lalu memasuki kontrakan dengan wajah kesal. "Sial*n." Dia berujar kemudian.Olip yang sebelumnya tengah asyik melihat ponsel miliknya langsung menoleh ke arah kedatangan suaminya. Dia menatap bingung Ridwan yang tampak marah-marah."Kamu kenapa?" tanya Olip kemudian."Jangan tanya dulu kamu. Aku lagi kesel," ujar Ridwan. Pria itu berbaring membelakangi sang istri.Olip tang tipikal tidak suka diabaikan pun mengabaikan peringatan Ridwan. Dia meletakkan ponselnya dan memegang pundak sang suami lalu membua Ridwan mengubah posisinya menjadi menatap ke arah dirinya."Masalahnya aku nggak suka lihat kamu kek gini. Wajah kesal kamu itu bikin mood aku ikutan ancur. Bawaanya pengen marah," ujar Olip dengan nada tinggi yang selalu dia keluarga ketika berdebat dengan Ridwan.Ridwan langsung bangkit dari posisinya dan duduk menghadap Olip. "Lip. Jangan ajak aku bertengkar sore ini. Oke? Aku sudah ter

    Last Updated : 2025-01-13
  • Permintaan Gila Adikku   101. Ridwan Menggila

    "Ibu ngagetin aja," Ridwan sdah merasa deg-degan. Dia pikir tadi adalah bapaknya. Tentu saja diamerasa takut kalau bertemu kembali dengan Pak Eko. Dia yakin kalau dia akan dihajar kembali jika bapaknya itu melihat keberadaan dirinya di sini."Makan," jawab Ridwan pada pertanyaan ibunya tadi. Tanpa sungkan dia langsung mengambil nasi dan lauknya cukup banyak dan memakannya dengan lahap.Bu Lestari duduk di hadapan putranya. "Makanmu kayak orang yang nggak makan satu bulan aja.""Aku belum makan sejak pagi," jawab Ridwan di sela makannya dengan mulut penuh."Olip nggak masak?" Bu Lestari kembali bertanya."Ibu kayak nggak tahu aja," jawab Ridwan. Bu Lestari pun membiarkan anaknya makan."Kok bisa sih kamu sama Olip punya vidio kek gitu?" tanya Bu Lestari dengan kesal.Ridwan melirik ke arah ibunya beberapa kali sebelum menjawab. "Ya namanya juga pasangan, Bu. Ya wajarlah."Bu Lestari langsung memukul lengan putranya. "Kok bisa kamu melakukan itu sebelum menikah? Bikin malu aja.""Ya gim

    Last Updated : 2025-01-14
  • Permintaan Gila Adikku   102. Tawaran Jadi Istri Kedua?

    "Apa?" Tentu saja Mika merasa syok. Bahkan toples permen yang ada di tangannya dan akan dipindahkan ke dalam toko sebab toko akan tutup langsung terjatuh. Untung saja isinya tidak berceceran. "Biar aku bantu," ujar Ridwan ketika melihat toples itu jatuh. "Nggak usah nggak usah," ujar Mika cepat. Dia pun lebih memilih mengambilnya sendiri daripada menerima bantuan Ridwan. Bukan apa. Dia hanya takut kalau Noval salah paham saja melihatnya nanti mengingat suaminya itu akan datang. "Ngapain sih kamu di sini?" tanya Mika sekali lagi. Dia tak sungkan memperlihatkan wajah bencinya pada Ridwan. "Untuk menanyakan hal tadi," ujar Ridwan kemudian. "Wan. Kamu sudah gila, mending kamu ke rumah sakit sana. Jangan di sini," ujar Mika kemudian dengan menunjuk ke segala arah. Ridwan terkejut Mika mengatai dirinya gila. "Mik. Aku nggak gila." Dia menggeleng cepat. "Kalau nggak gila apa? Sinting? Mabok? Atau syarafmu sudah putus?" tanya Mika kemudian. Dia berkacak pinggang dengan tatapan tajam pad

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   116. Ternyata Olip Berbohong

    Pagi hari di rumah tangga Olip kembali dipenuhi kegaduhan. Suara bentakan dan amarah terdengar dari dalam kontrakan, menyebar ke seluruh sudut kontrakan. Ridwan berdiri di depan kasur lipat dengan ekspresi marah, tangannya terkepal di sisi tubuhnya."Olip! Aku sudah bangunkan kamu tadi, sudah kasih uang buat belanja! Kenapa kamu masih tidur dan belum buat sarapan?" suaranya menggelegar, memenuhi ruangan.Olip mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru saja menyambutnya di pagi hari. Dia menatap Ridwan dengan mata yang masih mengantuk, malas beranjak dari tempat tidur."Aku capek," jawabnya lirih. "Kenapa aku yang harus masak? Kenapa kamu nggak beli saja di luar kalau memang butuh sarapan?"Ridwan semakin tersulut amarahnya."Kamu istri, tugasmu ngurus rumah! Apa susahnya bangun lebih awal dan masak buat suami sendiri?"Olip memalingkan wajahnya, enggan terlibat lebih jauh dalam pertengkaran yang sudah menjadi rutinitas mereka. Namun, sikapnya itu justr

  • Permintaan Gila Adikku   115. Ridwan Tidak Percaya

    Ridwan melangkah keluar dari rumah orang tuanya dengan wajah masam. Suasana tegang masih terasa di dalam rumah, terutama setelah Pak Eko, ayahnya, mengusirnya tanpa basa-basi tepat setelah sarapan. Dengan napas panjang dan langkah tergesa dia menaiki motornya untuk pergi, Ridwan terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kontrakannya.“Heran sama Bapak ini. Seperti nggak sayang sama anak sendiri. Anak ada masalah bukannya didukung malah diusir. Heran,” gumamnya sambil menarik gas dengan kencang dan lirih. Di kepalanya, percakapan panas dengan Pak Eko terus terngiang. Ridwan merasa diperlakukan tidak adil, seperti selalu menjadi kambing hitam dalam setiap masalah keluarga.Padahal dia yang salah memangSaat sampai di kontrakan, Ridwan mencoba membuka pintu, tetapi pintunya terkunci. Dia pun membuka dengan kunci cadangan. Namun, pandangannya langsung mengitari ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Olip, istrinya. Rumah yang biasanya dipenuhi suara Olip kini terasa sunyi senyap. Ri

  • Permintaan Gila Adikku   114. Olip Kembali Terusir

    Mika berdiri tegak di depan Pak Purnomo dan Bu Tuti yang terlihat sangat terkejut. Suasana di ruang tamu itu begitu tegang, hanya terdengar desahan napas mereka yang berusaha menenangkan diri. Mika menatap keduanya dengan tatapan yang tajam, seolah-olah sedang menimbang sesuatu yang besar.“Jika kalian tidak mau masalah ini menjadi lebih buruk, kalian harus berhenti melakukan apa yang kalian lakukan pada saya dan rumah ini,” ujar Mika dengan suara yang datar namun penuh ancaman. "Jika tidak, maka aku benar-benar akan melaporkan kalian ke polisi atas tuduhan perampasan aset rumah mendiang ibu kandungku."Pak Purnomo terdiam sejenak, wajahnya berubah pucat. Bu Tuti, yang berada di sebelahnya, langsung menggenggam tangan suaminya dengan ketakutan. "Mika ... kamu pasti tidak serius, kan?" kata Bu Tuti, suaranya terdengar gemetar. "Kami sudah merawat kamu sejak kecil. Tega kamu melakukan ini? Kamu pasti tidak akan melaporkan kami, bukan?"Namun, Mika hanya tersenyum sinis. "Kalian mungkin

  • Permintaan Gila Adikku   113. Kenapa Semua Ingin Mika Pergi?

    "Gimana? Kamu suka?" tanya Noval ketika dia baru saja mengantarkan Mika untuk melihat-lihat rumah baru mereka.Mika tersenyum, dia masih mengedarkan pandangan ke segala ruangan mengamati interior yang dipakai oleh Noval. Dia baru saja berkeliling melihat kamar, ruang tamu dan juga dapur.Mika menatap Noval lalu mengangguk bersemangat. "Suka. Terima kasih, ya," ucapnya tulus. Sebenarnya Mika merasa malu saat ini, tetapi juga merasa bahagia."Ada yang kurang menurut kamu?" Noval bertanya."Ha?" Mika segera menggeleng. "Tidak. Tidak ada kok. Semuanya bagus. Aku suka," ujar Mika."Syukurlah. Aku sengaja mengosongkan rumahnya karena aku ingin kamu yang mendesain perabotannya. Adil bukan? Aku yang mendesain rumahnya, kamu yang mengatur rumahnya." Nival menjelaskan."Boleh?" tanya Mika bersemangat.Nova menggeleng. "Tentu saja. Kenapa tidak? Ini, kan rumah kamu juga.""Terima kasih." Mika benar-benar terharu."Sebenarnya, dulu aku berniat bertanya sama kamu mengenai rumah yang kamu inginkan.

  • Permintaan Gila Adikku   112. Pergi nggak, Ridwan?

    Menguap lebar, Ridwan baru saja terbangun dari tidurnya. Dia duduk lalu menggaruk kepalanya yang terasa gatal dan merembet pada ujung bibir."Udah pagi aja," ujarnya ketika dia lihat kilatan cahaya dari sela-sela lubang ganteng rumah.Ridwan mengelus perutnya yang rata. "Udah laper aja." Dia pun bangkit lalu keluar daru kamar.Mengedarkan pandangan dia tak mendapati siapa pun di sana. "Sepi banget nih rumah," ujarnya kemudian. Dia memasang ekspresi berpikir kemna orang-orang di duma ini mengingat ini hari minggu.Ya. Meskipun Ridwan tidak bekerja, dia masih bisa mengingat hari. Biasanya, kan orang yang tidak bekerja akan lupa hari karena merasa itu tidak penting. Mau hari libur atau Tidak, dia juga tetap tidak bekerja.Mengedikkan bahu, dia bersikap acuh. "Biarin lah. Lebih baik aku cari makan saja," ujarnya kemudian yang berjalan menuju meja makan.Pria itu membuka tudung saji dan melihat makanan sudah tersedia di sana. Ridwan tampak menjilat ludahnya sendiri merasa tidak sabar untuk

  • Permintaan Gila Adikku   111. Kalian Mau Usir Aku?

    Bu Tuti terkejut dengan perkataan Mika. "Mak---Maksud kamu?" tanya Bu Tuti kemudian. Dia tampak gelisah.Sedangkan Mika masih menatap ibu tirinya lamat-lamat. "Iya. Ibu mau ngusir aku dari rumah aku sendiri?" Mika kembali mengulang pertanyaannya."Siapa yang bilang begitu?" Bu Tuti mengelak. Dia menggeleng pelan. "Ibu tidak mengusir kamu kok," ujarnya kemudian. Akan tetapi Bu Tuti tidak berani menatap Mika.Namun, beberapa detik kemudian dia kembali menatap putri tirinya itu. "Ibu itu hanya memberi saran sama kamu. Secara kamu, kan sejak lahir berpisah dari keluarga kandung kamu. Dan sekarang sudah bertemu. Apa salahnya kalau kamu tinggal bersama mereka? Bukankah itu lebih baik?""Terserah Mika dong mau tinggal di mana." Mika memberi jawaban yang membuat Bu Tuti kesal.Namun, Bu Tuti menahanya. "Kasihan, Mika nenek kamu. Dia Pasti ingin sekali tinggal sama kamu. Apa salahnya kamu memberi kebahagiaan untuk nenek kamu?""Pertama." Mika mengangkat satu jarinya. "Terserah Mika mau tinggal

  • Permintaan Gila Adikku   110. Bu Tuti Mau Rumah Ini

    "Sumpah. Ibu nggak pernah menyangka kalau keluarga kandung mendiang ayahnya Mika akan datang, Pak," ujar Bu Tuti dengan menggeleng pelan.Pasangan suami istri itu tengah duduk di ranjang kamar Olip sembari menjaga anak mereka yang masih belum sadarkan diri. Mereka menatap ke depan sembari memikirkan apa yang baru saja mereka lewati."Bapak juga, Bu," sambung Pak Purnomo. Pria itu menunpu dagu pada kepalan tangannya."Mengingat bagaimana hubungan mendiang orang tuanya Mika dulu, rasa-rasanya seperti mustahil kalau mereka akan memikirkan satu sama lain," lanjut Pak Purnomo."Ya, kan tapi dulu yang marah akan hubungan kedua orang tua Mika itu yang pria, Pak. Kita dengar sendiri tadi kalau dia sudah meninggal." Bu Tuti berujar dengan ingatannya akan pemicaraan Mika tadi."Bisa jadi, Bu. Neneknya juga, kan yang mencari. Apalagi neneknya tadi sedang sakit, bukan?"Dua orang itu mengangguk beberapa kali. Tiba-tiba saja Bu Tuti mengingat sesuatu. "Pak. Kira-kira Mika akan tinggal di rumah kel

  • Permintaan Gila Adikku   109. Keluarga Kandung

    "Lah? Dia pingsan?" Para warga menatap heran Olip."Dia kenapa?" tanya pria yang tadi datang bersama perempuan tua yang memanggil Mika cucu."Biasa itu, Om. Drama queen lagi tantrum," ujar Sinta yang sudah berhasil menguasai rasa terkejutnya melihat adegan sang sahabat bersama orang-orang yang baru dia lihat keberadaannya."Astaga. Ada-ada saja." Pria bernama Andra itu menggeleng pelan menatap Olip.Sedangkan Bu Tuti yang melihat putrinya tak sadarkan diri langsung panik. Dia berjongkok di samping Olip. "Olip. Olip. Bangun Olip. Bangun. Kamu kenapa pingsan di sini sih?" Astaga. Itu pertanyaan macam apa? Bukankah orang pingsan tak bisa merencanakan di mana dia akan pingsan?"Aduh." Bu Tuti pun langsung menatap orang-orang yang berkumpul di depan ruang baru Mika."Hei kalian! Kenapa diam aja sih? Bantuin dong. Angkatin kek minimal," ujar Bu Tuti yang merasa mesa sebab anaknya pingsan malah dilihatin saja tanpa ada yang membantu.Para warga saling tatap satu sama lain. "Kita tolongin jan

  • Permintaan Gila Adikku   108. Sosok Sebenarnya Mika

    Bu Tuti dan Olip sama-sama melotot dan membuka mulutnya lebar-lebar kala semua warga bersorak seiring bersamanya banner yang sejak tadi ditunggu kini sudah terbuka menampilkan sebuah tulisan yang tidak bisa dia percaya."Jadi itu beneran rumah mereka?" tanya Olip kemudian. Entah kenapa tiba-tiba saja dia merasakan panik saat ini.Mata perempuan itu tiba-tiba saja berkaca-kaca, dia menggeleng pelan dan meremas rambutnya dengan kasar. "Tidak mungkin!" teriaknya kemudian.Dia menatap ibunya dengan tangis yang mana air matanya sudah berjatuhan banyak. "Bu. Tidak mungkin, kan, Bu? Tidak mungkin, kan itu rumah Noval dan Kak Mika?" Dia bertanya pada ibunyaSedangkan Bu Tuti yang mendengar pertanyaan putrinya pun merasa bingung harus menjawab apa. Dia menatap putrinya yang menangis lalu menatap kumpulan para warga yang ikut Noval memberi kejutan pada Mika."Em ... em ...." Bu Tuti bingung harus mengatakan apa. Mau dibilang tidak pun nyatanya itu memang rumahnya Noval dan Mika."Bu. Kok diam s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status