"Ya harus sombong dong kalau benar-benar punya," ujar Olip menimpali ucapan Sinta, teman kakaknya itu. Mika yang mendengar keributan dari arah luar pun memutuskan untuk keluar rumah. Dia melihat keberadaan Sinta dan juga Olip. Dia menduga kalau kedua orang itu pasti sedang berdebat. "Kalian kenapa sih?" tanya Mika kemudian. Dia menatap keduanya secara bergantian mencari jawaban. "Nggak papa." Olip menjawab dengan espresi mengejek. "Cuma mau ngasih tahu teman, Mbak ini aja. Kalau mau nikah itu ya harus cari orang yang mapan. Yang bisa kasih kita apa-apa. Contohnya kak Ridwan. Dia membangunkan aku rumah bahkan sebelum kita menikah. Itu namanya membangun masa depan. Bukannya nikah setelahnya tinggal sama orang tua," ujar Olip menatap sinis kakaknya. Mika yang tidak mengerti maksud Olip pun mengerutkkan kening. "Maksudnya?" Olip langsung mengibaskan tangan ke udara. "Halah. Kak Mika ini mana ngerti kalau nggak ditunjukin lansung. Tuh lihat." Dia menunjuk ke arah truk yang baru da
"Heh! Mereka udah jadi suami istri. Ya wajar dong kalau saling menyukai. Kalau tidak kenapa bisa mereka menikah?" tanya Sinta dengan sinis.Perempuan ini sudah muak melihat wajah Ridwan.Ridwan menatap Sinta sebentar, dia mengabaikan perempuan itu dan kembali menatap Mika. Pria itu maju berusaha untuk meraih tangan Mika tetapi perempuan itu menepisnya dengan segera. "Mika. Tolong," ujar Ridwan kemudian."Tolong jangan kamu sampai suka sama Noval. Itu tidak benar." Dia menggeleng cepat.Sinta dan Mika yang melihat itu mendelik seketika. Mereka benar-benar merasa aneh dengan sikap Ridwan."Heh Pak guru. Calon PNS yang terhormat. Ada yang salah kalau Mika menyukai Noval? Dia suaminya. Kenapa Anda orang luar jadi melarang-larang?" Kali ini Sinta sudah berdiri dengan berkacak pinggang menatap Ridwan."Kamu tidak usah ikut campur!" teriak Ridwan kemudian yang semakin membuat Sinta melongo.Ridwan kembali menatap Mika. "Mika tidak. Jangan lakukan itu. Jangan sampai kamu menyukai Noval. Aku .
Suasana perjalanan antara Noval dan Mika terasa tidak menyenangkan. Sejak insiden pemukulan Noval terhadap Ridwan beberapa saat lalu, pria itu mengajak Mika pergi tetapi tidak mengatakan satu kata pun.Mika merasa bingung saat ini. Duduk di belakang Noval dia terus memikirkan apa yang harus dilakukan agar suasana ini tidak lagi nanggung. "Noval," panggil Mika kemudian memutuskan untuk membuka percakapan di antara mereka.Entahlah Noval yang memang irit bicara sejak awal kali ini terasa berbeda. Auranya seperti lebih menyeramkan."Hem," jawab Noval tanpa satu kata punMika yang melihat itu mengerucutkan bibir. Dia merasa kesal dengan tanggapan suaminya itu. Pelan. Dia mengulurkan tangan lalu menepuk pundak suaminya. "Noval," panggilnya sekali lagi.Noval pun akhirnya menghentikan motornya. Dia menolehkan wajah lalu bertanya, "Apa?""Kamu jangan diam saja," ujar Mika kemudian."Rasanya sangat tidak menyenangkan," lanjutnya kemudian."Bukankah biasanya aku memang seperti ini? Tak banyak
Sejak kejadian Noval menghina Olip beberapa hari lalu, Olip tampak semakin membenci Noval dan juga kakaknya Mika. Entahlah, padahal yang menghinanya hanya Noval tetapi rasa kebenciannya juga ikut diarahkan pada Mika. Hari ini, perempuan itu merasa bahagia karena WO sudah datang untuk pemasangan tenda dan segala dekorasi untuk pernikahannya.Senyum tak pernah luntur dari wajah Bu Tuti dan juga Olip. Beberapa tetangga yang lewat pun sering memuji keduanya karena melihat tenda yang akan dipakai dalam pernikahan nanti terlihat begitu mewah dan cantik. Meskipun belum terpasang seratus persen, "Wah. Dekorasinya kelihatannya bagus ya, Bu?" Dua ibu-ibu kebetuoan lewat lalu berhenti ketika melihat keberadaan Bu Tuti. "Tentu saja, Bu. Masak anak saya yang seorang bidan ini mau pernikahan yang biasa-biasa saja. Nggak mungkin dong," ujar Bu Tuti dengan penuh percaya diri. Perempuan itu selalu mengangkat dagunya sombong.Dua orang tetangga itu pun saling tatap dengan senyum penuh arti. "Iya deh,
"Ada apa sih teriak-teriak?" tanya Bu Tuti yang kini sudah mendekati Olip dan Mika. Ada keluarga Ridwan yang mengikutinya di belakang.Wajah sedih dan khawatir Olip terlihat jelas. "Ini, Bu. Kak Mika enggak mau bayar WOnya," ujar Olip dengan menunjuk ke arah Mika. Dia mengentakkan kakinya kesal dan suaranya yang serak terdengar jelas kalau perempuan itu hampir menangis.Bu Tuti yang mendengar itu pun melotot. Tidak. Bukan hanya Bu Tuti akan tetapi ibunya Ridwan juga. Bu Lestari mendelik ke arah mantan calon menantunya itu. Kini, pandangan keduanya sama-sama tajam ke arah Mika. "Mika!" panggil Bu Tuti dengan suara keras."Apa-apaan kamu ini? Cepat bayar WO itu!" Bu Tuti berujar dengan menunjuk ke arah pihak WO yang kini memerhatikan perdebatan keluarga ini.Mika masih menggeleng. "Tidak mau," jawabnya kemudian.Bu Tuti semakin melotot lebar, seperti hampir keluar saja. "Jangan main-main kamu!" bentak Bu Tuti kemudian"Aku nggak main-main kok, Bu. Aku memang nggak mau bayar WOnya," uja
"Jangan berani kau sentuh Istriku!" Noval. Pria itu menatap tajam Ridwan yang masih tergelatak di tanah. Noval yang baru saja pulang dari kerjanya harus diperlihatkan adegan yang tidak mengenakan di mana istrinya itu akan dipukul oleh pria lain. Langsung saja, Noval berlari cepat dan menendang Ridwan dari belakang.Sekarang kita tahu bagaimana Ridwan bisa tersungkur mencium lantai. Mika yang sebelumnya menutupi wajah dengan lengannya langsung menoleh ketika mendengar suara Noval. Perempuan itu cukup terkejut mendapati keberadaan suaminya di sampingnya dan posisi Ridwan yang kini tengah tergeletak di lantai. Tidak perlu ditanya dia sudah tahu apa yang terjadi.Tentu saja kejadian itu membuat semua orang di sana langsung melotot lebar. Terutama Bu Tuti, Olip dan juga Bu Lestari."Noval!" teriak Bu Tuti marah tetapi Noval hanya menatap perempuan itu dengan sengit.Bu Lestari sendiri merasa panik. Dia langsung mendekati putranya dan melihat Ridwan yang mengalami memar pada bagian kening
Dengan segelas minuman di tangan, Mika menatap suaminya yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan menunduk dan memegangi ujung keningnya. Tampaknya Noval sedang mengatur emosinya."Kamu tidak apa?" tanya Mika dengan mengulurkan segelas minuman pada sang suami. Noval menoleh, dia menerima minuman dari sang istri. "Terima kasih," ujar pria itu.Namun, sebelum itu dia menatap Mika lamat-lamat. "Apa kau terluka? Apa kau sempat dilukai oleh Ridwan tadi?" tanyanya penasaran.Mika menggeleng yang mana membuat Noval mengangguk. Dia lalu meneguk minumannya pelan dan mengembuskan napas pelan setelahnya."Aku hanya tidak menyangka kalau Ridwan bisa melakukan hal itu sama kamu," ujarnya kemudian. Dia mendongak menatap langit-langit kamar.Beberapa saat kemudian dia menatap Mika. "Apa sebelumnya ketika kau bersamanya dia juga sering melakukan itu? Melakukan kekerasan fisik terhadapmu?" tanyanya dengan khawatir. Karena jika itu benar terjadi, maka dia akan memberikan pelajaran pada pria itu.Mik
Perkataan dari pihak WO membuat Olip meradang. Kedua tangannya mengepal kuat karena merasa tidak terima dengan kalimat barusan. "Jangan sembarangan bicara kalian!" teriak Olip menunjuk para pihak Wo."Kami tidak asal bicara. Kalau kalian memang ada uang, seharusnya kalian langsing bisa membayar sisa uang dekorasinya tanpa ada drama meminta sama orang lain." Salah satu pihak WO yang sejak tadi merasa jengkel dengan pasangan itu berujar dengan nada sinis."Dia kakakku. Bukan orang lain," balas Mika."Sama saja. Uhh." "Kalau memang nggak punya uang, sewa dekorasi yang murah saja. Jangan sok-soan nyari yang paling mahal. Kalau seperti ini kita yang repot," ujar pihak WOnya."Iya. Mana lucunya minta bayarin orang lain lagi. Siapa yang nikah siapa yang bayar. Katanya calon bidan, lakinya calon PNS. Tapi nikah numpang." Pihak WO tidak merasa sungkan untuk mengatai Olip dan juga Ridwan karena itu adalah sebuah kenyataan."Jaga ya mulut kalian!" teriak Olip dengan nada tinggi karena dia sudah
Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia
"Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak
Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan
Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik
"Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia
Perkelahian antara Noval dan Ridwan yang terjadi di luar rumah tentu saja itu menjadi bahan tontonan gratis para warga. Mereka berkumpul melihat apa yang terjadi serta bertanya-tanya apa yang membuat ini terjadi.Dua pria itu saling pukul. Ya, Ridwan membalas karena tidak ingin kalah. Sayangnya, dari postur tubuh saja sudah jelas dia akan kalah. Apalagi kali ini Noval bertindak dengan amarahnya."Pak. Bu. Tolongin suamiku," ujar Olip yang sudah menangis melihat suaminya dipukuli secara membabi buta oleh Noval.Perempuan itu terlihat panik meskipun akhir-akhir ini dia merasa kesal pada suaminya. "Bu. Gimana ini?" tanya Olip dengan menarik tangan ibunya lalu dia menggoyangkan beberapa kali dengan perasaan cemas."Ibu juga nggak tahu." Bu Tuti menggeleng pelan.Dia menatap ke arah suaminya. "Pak. Pisahin dong mereka." Dia menunjuk ke arah Noval dan Ridwan. "Kasihan itu Ridwan. Jangan dibiarin saja." Dia melanjutkan.Kali ini Bu Tuti menatap Noval dan Ridwan yang masih berkelahi. "Noval.
"Keluar! Atau aku tendang pintu ini!" Suara Noval terdengar jelas kalau pria itu tengah marah besar. Ridwan yang bwrada di dalam kamar Olip kini sedang ketakutan."Kamu ini kenapa sih? Keluar sana. Noval udah teriak-teriak itu. Berisik tahu," ujar Olip yang merasa kesal dengan suaminya. Bukannya segera keluar ketika ada yang mencari malah tidur di sampingnya. Mana pakai acara menyimpan wajah di punggung Olip.Olip risih merasakannya."Keluar sana," ujar Olip sekali lagi.Ridwan yang merasa ketakutan menggeleng cepat. "Enggak ah.""Kok enggal. Itu Noval udah manggil kamu dari tadi." Olip mengibaskan tangan suaminya yang memegang pundaknya."Nggak mau. Orang aku mau tidur kok dia malah nyariin." Ridwan tetap menolak. Jelas dia tahu apa hal yang membuat Noval mencari dirinya. Itu kenapa dia tidak mau bertemu dengan pria itu.Olip yang muat sikap suaminya pun mulai merasa curiga. Tatapannya memicing. "Aku curiga deh sama kamu." Olip mengerutkan kening.Ridwan pun menatap sang istri. Dia