Novi yang merasa diacuhkan oleh Diki, ia benar-benar menyesal mengatakan kata tajam kepada Diki.
"Aku menyesal atas perkataanku dapat menyakiti hatinya." batin Novi menundukkan kepalanya."Mama..."
"Aunty..."
Novi mengangkat kepalanya menuju ke arah sumber suara cadel. Disana, ia melihat kedua anak kembarnya dan anak dari Dissa berjalan cepat menuju mendekatinya.
"Mama, kenapa duduk sendirian disini," ucap Diva seraya menyerahkan air putih kepada Novi.
"Mama capek saja." sahut Novi memberikan senyuman tulus pada Diva, Dino dan Dandi.
"Aunty, mama aku buatin makanan kebab dan teh poci. Enak banget harumnya, ayo kita kesana." Ajak Dandi sambil menarik lengan tangan Novi. Sehingga, pemilik tangan pun memilih berdiri dari duduknya.
"Iya sayang, Aunty mau mencoba masakan mama kamu." Novi mengikuti langkah kaki kecil dari ketiga anak kecil yang berjalan lebih dulu dari dirinya.
Langkah kaki memasuki ruang dapur yang dimana sudah
Setelah mendengar nasehat dari Dissa agar melupakan masa lalunya dan tidak menyakiti Novi. Diki berinisiatif ingin merencanakan sesuatu. Walaupun rencananya kali ini sedikit mainstream tapi Diki harus melakukannya."Aku memang mencintai Novi dan memiliki kedua anak dari rahimnya. Tapi, aku berhak untuk menguji cintanya padaku." batin Diki.Diki menghabiskan air minumnya dan ia pamit undur diri pada keluarganya. Diki bangun dari duduknya tapi sebelum melangkah menuju ke arah anak tangga, Diki menghentikan langkah kakinya sejenak di tempat kursi duduk Novi. Diki ingin mengajak Novi untuk berbicara empat mata di ruang kerjanya.Kelihatannya Novi mengikuti keinginan Diki dan Diki melanjutkan langkah kakinya menuju anak tangga.Cekrek!Diki membuka pintu di ruang kerjanya yang terlihat sebuah kursi kebesarannya, meja kerja yang diletakkan dengan laptop dan printer, lemari kaca, sofa untuk bersantai
"Papa!" panggil Dino dan Diva secara bersamaan.Dino dan Diva turun dari kursinya, mereka berlari kecil menuju ke arah Diki. Diki melihat kedua anaknya yang memeluk kakinya, Diki menundukkan kepalanya menatap kedua anaknya dan ia mengelus kepala anaknya dengan sayang."Anak Papa yang pintar, kalian sudah makan?" ucap Diki bertanya pada kedua anaknya."Sudah Pa, Diva sama Dino ditraktir sama om Dimetri." sahut Diva jujur begitupun dengan Dino mengarahkan mainan baru untuk dilihat oleh Diki."Aku juga dibelikan mainan baru, Pa." balas Dino membuat Diki benar-benar geram dengan sikap Novi yang berani menerima pemberian orang lain.Diki tidak ingin melihat kedua anaknya takut dengan dirinya. Diki memanggil dua bodyguard dari empat bodyguard untuk menyuruh kedua anaknya untuk menunggu di dalam mobil dulu."Kalau anak Papa, sudah makan. Lebih baik kalian masuk ke dalam mobil dulu. Papa ingin
Setelah puas menatap ruangan mewah disekelilingnya. Diki pun berjalan dengan gontai ke arah kamarnya, namun melihat kini tertuju pada pintu kamar yang dulu pernah di tempati oleh Novi. Dengan perlahan-lahan Diki pun membuka pintu kamar itu dan menampilkan lampunya, Diki menatap kesekeliling kamar itu. Kamar yang terlihat kosong karena barang-barang dan pakaian Novi sudah di pindah ke kamarnya setelah menikah.Tatapan mata Diki pun terhenti di laci sebelah tempat tidur yang terlihat sedikit terbuka, di bukanya laci itu ada kertas di atas sebuah kotak kecil. Diki pun membuka selembaran kertas tersebut yang ternyata merupakan tulisan dari Novi. 'Untuk Tuan muda Diki yang terhormat.'"Jika Tuan Diki sudah menemukan kertas ini berarti Tuan sudah mengingatku, karena Tuan sudah mencari sampai ke kamar ini (jangan marah Tuan aku hanya bercanda hehehe...). Tuan maafkan aku yang harus pergi tanpamu, aku harus pergi untuk pergi menepati janji
Novi yang masuk ke dalam mansion mewah itu dengan menghiasi sekelilingnya. Selain mewah, mansion tersebut luas. Novi yang belum pernah melihat rumah sebesar dan semewah ini hanya bisa terbengong tak percaya."Kamu kenapa?" tanya Rangga yang melihat Novi dengan wajah yang terbengong."Rumahnya sangat besar dan mewah," ujar Novi dengan kedua bola mata yang terkagum-kagum melihat isi mansion utama."Untung Tuan Diki tidak tinggal di sini, kebayang kalau dia tinggal di sini. Aku bisa mati kelelahan hanya untuk menyapu seluruh ruangannya," ucap Novi jujur."Kau tidak perlu menyapu, di sini sudah ada tiga puluh pelayan di setiap bagiannya." ucap Rangga."Tiga puluh..!" pekik Novi dengan ekspresi wajah kaget."Kalian memang keluarga sultan no kaleng-kaleng," ujar Novi dengan berdecak kag
"Putraku sudah memaafkan kalian, tapi aku tidak akan melepaskan begitu saja. Aku akan menyuruh anak buahku untuk selalu berada di sekitar kalian...! jangan pernah berpikir untuk merusak kembali keluarga, karena tidak ada maaf lagi untuk kalian," ucap Dedi dengan tegas kepada Angel dan Lia. Angel dan Lia pun akhirnya pergi berjalan keluar dari Ballroom dengan dikawawal oleh anak buah Dedi. Dan Kini hanya ada Dedi, Dimitri, Dila, Rangga, Diki dan juga Novi "Novi, coba kau katakan padaku, kenapa kau marah pada Diki?" tanya Dila karena pembicaraan tadi sempet terpotong. "Diki itu menghinaku," ujar Novi menatap tajam pada Diki yang masih berdiri di samping Mama Dila dengan wajah kebingungan. "Diki menghina apa sayang?" tanya Dila mengelus rambut Novi. "Diki bilang kalau ketiak ku bau, dia juga bilang kalau - --" Novu membisikannya pada ----- Mama D
Novi yang masih berada di atas tempat tidurnya merasakan sesuatu yang seperti geli di punggungnya, dirinya segera bangun dan melihat Diki yang sedang tersenyum mesum pada dirinya. "Sayang, aku masih tetap." gerutu Novi dengan mengerucutkan bibirnya yang tampak lucu itu. "Cepat bangunlah atau aku akan terus mengganggumu," ucap Diki yang sudah memeluk tubuh Novi yang polos dan menggigit leher Novi kembali. "Diki!" pekik Novi yang merasa kesal dan dengan refleknya menendang kesembarang arah. "Sial..!" umpat Diki, saat tendangan Novi tepat mengenai miliknya yang berharga. "Novi," ujar Diki dengan suara tertahan."Maaf aku tidak sengaja," ujar Novi dengan perasaan bersalahnya. "Jika senjataku ini sampai kenapa-kenapa, aku tidak akan bisa membuat Diki Junior lagi," ucap Diki yang masih mengira karena tendangan Novi lumayan keras. "Aku kan sudah m
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 16 jam 15 menit, akhirnya pesawat pribadi yang menumpangi Diki, Novi, dan Rangga pun sampai di Paris Charles de Gaulle Airport (CDG).Dengan santainya Diki menggandeng tangan Novi turun dari pesawat meninggalkan Rangga yang masih berada di dalam pesawat karena ketiduran."Sayang, panggang Kak Rangga kalau di tinggal. Nanti dia tersesat," ucap Novi menengok ke belakang melihat pesawat yang tadi ditumpanginya itu. "Biarkan saja sayang, dia sudah besar dan dia sudah sering ke Paris. Jadi tidak akan tersesat," ujar Diki dengan tersenyum jail, membayangkan wajah Rangga pada saat terbangun dan tidak ada siapa-siapa di dalam pesawat.Diki dan Novi pun langsung naik mobil Diki dan Novi pun naik mobil yang sudah disiapkan oleh anak buah Leo, meninggalkan Rangga yang masih langsung di dalam pesawat.
Novi yang sudah berada di restaurant hotel di lantai bawah membocorkan pada menu yang terhidang di mejanya."Sayang, kenapa kamu hanya melihat saja? makanlah!" ujar Diki yang sudah mulai memakan makanannya."Sayang Ada nasi tidak?" tanya Novi membuat Diki langsung tersedak makanannya."Novi sayang, di sini mana ada nasi!" seru Diki dengan tertawa."Sejak kemarin aku belum makan nasi, aku lapar sekali. Kalau hanya makan daging dan roti hanya numpang lewat saja," ucap Novi dengan wajah yang sedih.Diki tampak berfikir, lalu mengirim pesan pada Leo untuk menanyakan nama restoran yang menyediakan makanan Indonesia. Setelah mendapatkan balasan dari Leo, Diki pun tersenyum pada Novi."Kau makanlah dulu yang ini, nanti aku ke restoran Asian Touch. ada makanan Indonesia," ujar Diki sambil membelai rambut Novi.
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah