Hallo para pembaca semua. Maafkan atas kelalaian dalam tidak update ya, kemarin aku kebetulan sakit, dan sekarang masih dalam proses penyembuhan. Doakan semoga lekas membaik dan mohon doanya agar pertengahan 2024 ini, bisa segera ujian thesis^^ Terima kasih atas perhatiannya, sampai jumpa dilain waktu.
Keesokan harinya berita tentang perusahaan entertainment di China batal bekerjasama dengan perusahaan Music Blanc menjadi perbinjangan di seluruh dunia. Fans agensi China dan fans dari agensi Music Blanc saling serang satu sama lainㅡmenyalahkan dan berusaha membenarkan. Berita semakin memanas ketika salah satu lawan media yang kenal dengan Blair merilis sebuah press perihal Blair yang mencoba menggoda Produser Mㅡnama panggung dari Marcus di dunia entertainment. Belakangan menjadi perbincangan. Banyak orang-orang yang merundung dan pergi ke sosial media resmi milik Blair untuk melontarkan berbagai macam komentar; mulai dari komentar biasa, hingga ujaran kebencian. Siapa yang tidak kenal produser M? Memang benar nama ini cenderung low profile karena jarang banyak orang mengetahui, tapi di dunia entertainment, nama produser M bukanlah sebuah nama yang bisa dipandang sebelah mana. Produser M dikenal sebagai monster box office, orang yang mampu memprediksi mana film yang bagus hingga me
Persiapan pernikahan membutuhkan proses yang cukup panjang. Terutama ketika yang menikah adalah penerus selanjutnya dari Dendanious Corp. Perusahaan internasional yang namanya sudah membumi. Ada banyak sekali rekan dan kolega kerja yang harus diundang, dan peraiapannya tidak bisa disingkat. Nyonya Dendanious memperkirakan bahwa mereka baru bisa melaksanakan pernikahan tepat ketika anak yang dikandung Irene lahir. Sebenarnya tidak masalah, lagipula Irene dan Mino sudah menikah diam-diam. Ini hanya sebagai resepsi pernikahan yang telambat saja. Irene juga tidak masalah, baginya fokusnya saat ini adalah memang menjaga dan melahirkan anaknya. Sekretaris tuan Dendanious, Albert, Lee, Ferlinㅡsekretaris tuan Levebvè, sekretaris Marcus, hingga asisten pribadi nyonya Dendanious terus menerus bolak-balik ke mansion utama keluarga Dendaniousㅡsekedar memberikan informasi tambahan berupa siapa saja yang akan diundang, dan berunding tentang siapa yang akan menggantikan sementara ketika Mino menga
Pertemuannya dengan Clarissa tepat berada di cafè daerah Manhattan. Belakangan, karena tuan Levebvè memutuskan untuk kembali tinggal di mansion utama keluarga mereka yang berada di New York, Clarissa lebih fokus pada kuliahnya dan juga mulai menetap di sini. Membuka lembaran baru. Irene datang dengan perut yang sudah membesar, Clarissa yang melihat tersebut merasa sedikkit ngeri. Perempuan dengan pakaian chic itu segera berdiri dari tempat duduknya, menyambut kedatangan Irene dengan senyuman lebar. "Kakak, hallo." Irene tersenyum, "Hallo, kau sudah memesan?" Dia perlahan mendudukan tubuhnya di kursi cafè yang relatif kurang nyaman. Melihat ketidaknyamanan ini, Clarissa meminta maaf. "Aku belum memesan, menunggu mu datang." Irene berkata dia tidak masalah dan Clarissa tidak perlu mengucapkan kata maaf. Setelah menyamankan diri, dia melambaikan tangan kepada salah satu pelayan di sana. "Hai, would you like to order?" "Yes, please." Kemudian, kedua orang itu membuka buku menu. Memi
Irene dengan senang hati memberikan nomor ponselnya kepada Clarissa. Bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga, terlepas dari segala hal komplikasi yang terlah terjadi, hubungan darah mereka adalah melalui dari tuan Levebvè, dan baik Irene maupun Clarissa tidak bisa menghindari takdir tersebut. Keduanya berbincang hingga larut sore. Irene bahkan hampir melupakan jam jika Mino, suaminya, yang tidak menjemputnya sendiri. "Kakak," sahut Clarissa ketika melihat sosok tegap Mino yang menghampiri meja mereka. Mino membalas dengan anggukan, lalu menatap sosok perempuan yang begitu indah dalam pandangannya. "Sudah makan? Ini sudah hampir jam makan malam." Irene melirik singkat ke arah luar jendela, lalu memberikan senyuman kikuk. "Maafkan, Mino, aku terlalu asik dengan adik ku." "Not the problem," ujar Mino. Pria itu duduk di samping kekasih jiwanya, "tapi tolong untuk tidak melupakan bahwa kamu sedang hamil dna butuh dua kali nutrisi dari sebelumnya." Clarissa menatap kedua orang di de
Malam semakin larut, dan Mino segera meminta pelayan memberikan bill makan malam. Awalnya Clarissa adalah orang yang akan membayar, tapi tampaknya Mino tidak membiarkan hal itu terjadi. "Okay, kau yang bayar Marcus." Marcus, yang mendengar namanya terseret, "...." hanya menatap sang kakak dengan tatapan kesal luar biasa. "Bukankah Clarissaㅡ"Mino segera memotong pembicaraan, "Kau tega membiarkan perempuan membayar makan malam?" Marcus sekali lagi kembali terdiam seribu bahasa. Pria itu kemudian dengan tenang membayarkan bill makan malam mereka. Baru setelahnya, mereka pergi bersama menuju parkiran mobil. "Lee akan mengantarkan mu kembali, ya." Irene menggenggam kedua tangan adiknya. Memastikan bahwa Clarissa mengikuti sarannya. Sebab, perempuan ini datang dengan menggunakan taxi. Clarissa tersenyum. Menyetujui pendapat dari kakaknya, "Oke, maafkan karena merepotkan." "Bukan nasalah," kemudian Irene menatap sosok bodyguardnya, "Tolong antarkan Clarissa?" "Baik, madam." Lee men
Tuan Levebvè mengamati kebun di belakang mansion. Pria tua itu terlihat sangat kesepian terlepas dari segala harta yang ia punya. Pikirannya kembali berputar ke belakang, percakapan dengan putri bungsunya, Clarissa. Perempuan itu meminta agar dirinya mau melepaskan sementara kepada perusahaan lain dengan tujuan mencari pengalaman agar bisa mengelola perusahaan dengan lebih baik. Tentu saja pada awalnya tuan Levebvè tidak mau. Dia merasa bahwa didikannya sudah benar dan Clarissa hanya perlu melanjutkan apa yang sudah ada. Namun, setelah dipikir kembali, rasanya pengalaman memang sangat diperlukan demi kemajuan perusahaan yang telah dibangun oleh mendiang sang kakek. Tuan Levebvè menghela napas. Mungkin memang belum saatnya ia turun jabatan. Terutama ditengah polemik dinamika di perusahaan tekstil, ia rasa harus membasmi beberapa orang yang tidak perlu. Menghela napas, pria tua itu menngambil ponselnya dan menghubungi Ferlin, sekretaris sekaligus bodyguardnya. "Ya, tolong jemput aku
Hari demi hari telah terlewati dengan damai. Sesekali tuan Levebvè akan mengunjungi manor dengan alasan dia ingin bertemu dengan cucunya. Permasalahannya adalah cucu yang disebutkan masih berada dalam perut Irene, yang berarti alasan tersebut hanya sebuah akal-akalan belaka bagi tuan Levebvè untuk terus mengunjungi putrinya. Nyonya dan tuan Dendanious juga sering berkunjung. Kedua pasangaj ini sejatinya sangat menyukai traveling, mereka telah mengunjungi hampir semua negara yang ada di muka bumi ini. Hanya saja, negara favorite mereka adalah Swedia, jadi terkadang mereka menetap di sana lebih lama; bersantai, menikmati masa tua tanpa gangguan siapapun seraya mengamati pemandangan pegunungan yang indah. Akan tetapi, belakangan, walaupun mereka sering keluar negri, keduanya sering kembali ke New York hanya demi mengunjungi Irene. Terlebih, nyonya Dendanious sekarang ini sedang disibukan dengan pesta pernikahan putra sulungnya yang akan datang. Jadi, sementara dia pending terlebih dahu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi