Pertemuannya dengan Clarissa tepat berada di cafè daerah Manhattan. Belakangan, karena tuan Levebvè memutuskan untuk kembali tinggal di mansion utama keluarga mereka yang berada di New York, Clarissa lebih fokus pada kuliahnya dan juga mulai menetap di sini. Membuka lembaran baru. Irene datang dengan perut yang sudah membesar, Clarissa yang melihat tersebut merasa sedikkit ngeri. Perempuan dengan pakaian chic itu segera berdiri dari tempat duduknya, menyambut kedatangan Irene dengan senyuman lebar. "Kakak, hallo." Irene tersenyum, "Hallo, kau sudah memesan?" Dia perlahan mendudukan tubuhnya di kursi cafè yang relatif kurang nyaman. Melihat ketidaknyamanan ini, Clarissa meminta maaf. "Aku belum memesan, menunggu mu datang." Irene berkata dia tidak masalah dan Clarissa tidak perlu mengucapkan kata maaf. Setelah menyamankan diri, dia melambaikan tangan kepada salah satu pelayan di sana. "Hai, would you like to order?" "Yes, please." Kemudian, kedua orang itu membuka buku menu. Memi
Irene dengan senang hati memberikan nomor ponselnya kepada Clarissa. Bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga, terlepas dari segala hal komplikasi yang terlah terjadi, hubungan darah mereka adalah melalui dari tuan Levebvè, dan baik Irene maupun Clarissa tidak bisa menghindari takdir tersebut. Keduanya berbincang hingga larut sore. Irene bahkan hampir melupakan jam jika Mino, suaminya, yang tidak menjemputnya sendiri. "Kakak," sahut Clarissa ketika melihat sosok tegap Mino yang menghampiri meja mereka. Mino membalas dengan anggukan, lalu menatap sosok perempuan yang begitu indah dalam pandangannya. "Sudah makan? Ini sudah hampir jam makan malam." Irene melirik singkat ke arah luar jendela, lalu memberikan senyuman kikuk. "Maafkan, Mino, aku terlalu asik dengan adik ku." "Not the problem," ujar Mino. Pria itu duduk di samping kekasih jiwanya, "tapi tolong untuk tidak melupakan bahwa kamu sedang hamil dna butuh dua kali nutrisi dari sebelumnya." Clarissa menatap kedua orang di de
Malam semakin larut, dan Mino segera meminta pelayan memberikan bill makan malam. Awalnya Clarissa adalah orang yang akan membayar, tapi tampaknya Mino tidak membiarkan hal itu terjadi. "Okay, kau yang bayar Marcus." Marcus, yang mendengar namanya terseret, "...." hanya menatap sang kakak dengan tatapan kesal luar biasa. "Bukankah Clarissaㅡ"Mino segera memotong pembicaraan, "Kau tega membiarkan perempuan membayar makan malam?" Marcus sekali lagi kembali terdiam seribu bahasa. Pria itu kemudian dengan tenang membayarkan bill makan malam mereka. Baru setelahnya, mereka pergi bersama menuju parkiran mobil. "Lee akan mengantarkan mu kembali, ya." Irene menggenggam kedua tangan adiknya. Memastikan bahwa Clarissa mengikuti sarannya. Sebab, perempuan ini datang dengan menggunakan taxi. Clarissa tersenyum. Menyetujui pendapat dari kakaknya, "Oke, maafkan karena merepotkan." "Bukan nasalah," kemudian Irene menatap sosok bodyguardnya, "Tolong antarkan Clarissa?" "Baik, madam." Lee men
Tuan Levebvè mengamati kebun di belakang mansion. Pria tua itu terlihat sangat kesepian terlepas dari segala harta yang ia punya. Pikirannya kembali berputar ke belakang, percakapan dengan putri bungsunya, Clarissa. Perempuan itu meminta agar dirinya mau melepaskan sementara kepada perusahaan lain dengan tujuan mencari pengalaman agar bisa mengelola perusahaan dengan lebih baik. Tentu saja pada awalnya tuan Levebvè tidak mau. Dia merasa bahwa didikannya sudah benar dan Clarissa hanya perlu melanjutkan apa yang sudah ada. Namun, setelah dipikir kembali, rasanya pengalaman memang sangat diperlukan demi kemajuan perusahaan yang telah dibangun oleh mendiang sang kakek. Tuan Levebvè menghela napas. Mungkin memang belum saatnya ia turun jabatan. Terutama ditengah polemik dinamika di perusahaan tekstil, ia rasa harus membasmi beberapa orang yang tidak perlu. Menghela napas, pria tua itu menngambil ponselnya dan menghubungi Ferlin, sekretaris sekaligus bodyguardnya. "Ya, tolong jemput aku
Hari demi hari telah terlewati dengan damai. Sesekali tuan Levebvè akan mengunjungi manor dengan alasan dia ingin bertemu dengan cucunya. Permasalahannya adalah cucu yang disebutkan masih berada dalam perut Irene, yang berarti alasan tersebut hanya sebuah akal-akalan belaka bagi tuan Levebvè untuk terus mengunjungi putrinya. Nyonya dan tuan Dendanious juga sering berkunjung. Kedua pasangaj ini sejatinya sangat menyukai traveling, mereka telah mengunjungi hampir semua negara yang ada di muka bumi ini. Hanya saja, negara favorite mereka adalah Swedia, jadi terkadang mereka menetap di sana lebih lama; bersantai, menikmati masa tua tanpa gangguan siapapun seraya mengamati pemandangan pegunungan yang indah. Akan tetapi, belakangan, walaupun mereka sering keluar negri, keduanya sering kembali ke New York hanya demi mengunjungi Irene. Terlebih, nyonya Dendanious sekarang ini sedang disibukan dengan pesta pernikahan putra sulungnya yang akan datang. Jadi, sementara dia pending terlebih dahu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g