Perasaan sebagai calon seorang ayah sungguh campur aduk. Mino disisi lain merasa belum siap tapi disaat yang bersamaan dia sangat menantikan calon buah hatinya lahir. Laki-laki atau perempuan, semua tidak masalah. Dia bukanlah pria yang dilahirkan dengan pemikiran konservatif. Hari ini, dia bersama Marcus sedang menemani Irene check-up kandungan. Alasan Mino membawa adiknya adalah tidak lain menjadikan Marcus sebagai supir, agar dia bisa berdua di belakang bersama istrinya dan bermain bersama calon buah hati. Apakah Marcus keberatan? Sebenarnya dia sama sekali tidak keberatan, hanya saja dia sudah cukup dicekokin oleh begitu banyak adegan romantis dan canda tawa dari pasangan sejoli yang duduk di belakang. "Kau tidak mau tahu jenis kelamin bayi mu, kak?" Duduk dibangku ruang tunggu rumah sakit, pandangan Irene kini berubah menatap sang adik ipar sepenuhnya. Perempuan itu tampak terdiam sebentar sebelum menjawab, "Aku ingin jenis kelamin calon bayiku tetap rahasiaㅡbukankah menjadi
Apakah permasalahan inia akan dibiarkan begitu saja? Keluarga Dendanious yang mendengar berita ini, langsung naik pitam. Nyonya Dendanious yang merasa ini sudah sangat berlebihan segera menghubungi Eden untuk menyiapkan berkas tertentu untuk menjebloslan orang yang menjebak Irene dan Marcus dalam suatu scandal berita, dan memerintahkan kepada Leeㅡkerena bodyguard itulah yang selama ini 'menjaga' Ireneㅡuntuk segera menyelidiki siapa orang berani menyebarkan rumor tersebut. Nyonya Dendanious yang sudah selesai menghubung Lee, segera duduk di salah satu sofa dengan ekspresi lelah. "Siapa pula orang yang bermain dengan keluarga Dendanious?" Tuan Dendanious mengangkat bahu acuh, "Tidak tahu, let's see how is it going and take an action." Menyesap teh panas yang mengepul, "Tuan Levebvè juga barusan menanyakan tentang rumor tersebut, dan akan ikut melakukan tindakan.""Seperti apa?" "Berupa blacklist dari seluruh properti, aku rasa walau dia kecil, tapi pengaruh untuk mempengaruhi proper
Kesibukan seorang aktris biasanya selalu berhubungan dengan perekaman drama atau film yang akan datang. Dua hari yang lalu, dia seharusnya pergi ke tempat syuting, tapi entah mengapa pihak director film mengkensel kontrak dengannya dan tiba-tiba membuka audisi ulang untuk peran yang akan ia mainkan. Tentu saja Blair sangat kesal. Perempuan bermata hijau ini sudah dua hari pula berada di ruangannyaㅡmasing-masing aktris di Music Blanc memang memiliki ruangan tersendiri. Biasanya satu agen dapat memuat untuk 5 ruangan, yang berarti setiap 5 aktris yang ada di agen tersebut, memiliki ruangan masing-masing. Agen Blair bernama Jiya, dia sebenarnya adalah agen yang memumpuni, akan tetapi anehnya, dari semua 'anak' yang dibawa, hanya ada satu yang mampu meraih kesuksesan. Blair bisa menjadi salah satunya tapi karena sikap gadis ini kurang baik, banyak sekali orang yang tersinggung dengannya. Blair sebagai orang problematik pun sering dikenal oleh banyak orang. "Blair, kau dipanggil ke ruan
Blaor menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya dengan pandangan yang tak bisa terlukiskan; amarah, sedih, semua emosi negatif tampak menjadi satu. "Kauㅡ""Apa?" Marcus menghela napas. Pria itu kemudian menatap ke arah kakak iparnya. "Kak, aku rasa sekarang saatnya kau pergi. Bukankah kak Mino akan mengajakmu pergi ke suatu tempat?" Irene memberikan tatapan penuh perhatian kepada Blair. Wanita itu menatap sejenak sebelum berkata kepada adik iparnya, "Don't be to harsh, okay? She's seem to like you." Marcus tidak mengalihkan padangannya sedikitpun. "It's okay, itu urusan ku. Kau cepatlah pergi.""Alright, see you at home." Marcus menganggukan kepala. Sedikit senang kala mengetahui bahwa Irene dan Mino akan berkunjung ke mansion keluarga Dendnaious di Manhattan. Irene membenahi dress kuning pastelnya sejenak. Meraih tasnya, dan segera pergi dari ruangan, dengan maksud untuk membuat atmosfir tidak terlalu menegangkan. Setelah memastikan Irene pergi dari tempatnya, Marcus berjala
Marcus Dendanious? Blair menatap pria di depannya dan juga ke arah sang kakak dengan tatapan tidak menyangka. Perempuan itu mendadak lemas dan tidak tahu harus berbuat apa. Apakah produser Marcus adalah Marcus Dendanious yang itu; putra bungsu keluarga konglomerat Dendanious yang terkenal? Sungguh?! Astaga, betapa bodohnya dia. Bagaimana bisa dia kecolongan besar seperti ini. Tidak hanya dia melewatkan sesuatu yang bagusㅡseperti menjadikan Marcus kekasihnyaㅡtapi dia juga menyinggung Marcus, tidak tunggu, apakah itu berarti dia telah menyinggung seluruh keluarga Dendanious? Tanpa Blair ketahui, tidak hanya keluarga Dendanious, keluarga Levebvè sudah memasukan nama keluarga Song ke dalam blacklist kerjasama dimasa yang akan datang. Di sisi lain, Siyu menangkap sinyal bahwa Marcus akan tetap melaksanakan kerjasama dengan perusahaan entergainment keluarga asalkan mereka meminta maaf kepada perempuan bernama Irene itu, bukan? Apakah Siyu akan menyerah?Jawabannya tentu saja tidak. P
"Direktur," ujar si resepsionis dengan penuh hormat, "Anda sudah datang, mohon maaf atas keributan yang ada." Setelah menyapa, tak lupa resepsionis itu juga sedikit menundukan kepala sebagai ungkapan rasa bersalahnya. Perempuan yang baru saja datang adalah Irene, dia sudah berganti pakaian dari dress kuning pastel ke rok cokelat tua semata kaki, dipadukan dengan baju cokelat muda dengan pita merah dibagian kerah, sepatu hitam, tas jinjing, dan juga topi baretㅡauranya sangat berkelas dan tidak terlihat seperti yang berada di foto, soft. Kali ini aura Irene sangat menonjol (bold) tapi disaat yang bersamaan sangat elegan. Mengikuti sikap bawahannya, Irene juga mengatakan, "Mohon maaf atas ketidaknyamanan kalian." "Tidak apa-apa, dokter, kami mengerti." "Ya, beberapa karen memang seperti mereka." Karen merupakan nama atau sebuah istilah bagi orang yang sangat annoying apabila diberitahu. Irene hanya menggelengkan kepala. Dia menggerakan jari telunjuknya dan Lee, pria yang senan tiasa
Mino telah mempersiapkan ini jauh-jauh hari sebenarnya. Dia tidak mengatakan apapun kepada Irene selain pergi kencan bersamaㅡlagipula mereka berdua kencan pun bisa dihitung jari karena kesibukannya yang luar biasa menguras tenaga. Sejak pagi, dia mengatakan bahwa dia akam berada di kantor, sementara sebenarnya dia tidak berada di kantor sama sekali. Selepas Irene keluar dari ruangannya menuju ruangan adiknya dilantai 19 gedung Next In Company, dia dan Son bergegas menuju salah satu destinasi yang telah ia pikirkan sebelumnya untuk melakukan hal gila seperti ini. Terdengar ektrim, 'kan? Sebab memang itu yang terjadiㅡini adalah pertama kalinya Mino melakukan hal gila seperti ini seumur hidup, dan dia tidak keberatan. Ia ditemani oleh Son dan Lee, bahkan Albert dan Eden ikut campur di dalamnya; merumuskan di mana, daerah apa, dan nuansa seperti apa yang cocok dengan konsep lamaran yang ingin ia lakukan. Jika boleh berharap, Mino ingin mengulang waktu dan m
Melamar dengan posisi kandungan Irene sudah 6 bulan, serta mereka sudah menikah hampir setahun lamanya? Apa yang bisa Irene jawab selain iya? Kenyataannya, untuk menjawab saja bibirnya luar biasa kelu. Dia tidak tahu ekspresi seperti apa yang saat ini sedang dia perlihatkan dihadapan Mino dan semua orang yang hadir. Hanya tetesan air mata yang berhasil lolos dari pelupuk kata, membasahi pipi, dan terjun bebas dari dagu bak air terjun. Mino masih menunggu, dia tidak masalah harus berlutut selama apapun. Pria itu membiarkan Irene memproses apa yang sedang terjadi. Dia tahu lamaran ini terlambat, sangat terlambat daripada pasangan pada umumnya. Ditambah, saat ini keduanya sedang dalam proses sebagai calon orang tua. Walau Mino sudah tahu jawaban diakhir, pria itu tidak mau kemudian memaksakan wanita di depannya untuk buru-buru menjawab. Irene menarik napas panjang, menghapus air matanya, dan ikut menyetarakan tinggi tubuhnya dengan tubuh Mino yang sedang berlutut. "Mino, I'm already y