"Menang berapa, Bast?" "Kalau prediksi tepat ya lumayan." "Lumayannya miliarder itu berapa?"Bastian tidak menjawab, hanya tersenyum tipis sambil memandang bidadarinya.Mereka berdua sedang bercakap-cakap sambil menunggu mesin pengering berdenting tanda sprei siap disetrika.Mereka sedang membahas perusahaan yang akan IPO(melantai di bursa saham) dalam waktu dekat.Almira bisa menyimpulkan dari pembicaraan mereka bahwa Bastian bermain cukup besar dan pasti mahir jika melihat keuntungan yang berhasil didapatkannya.Memang suami tampannya memiliki banyak sekali keahlian, ahli melipatgandakan uangnya di pasar saham, jeli berekspansi, bertangan dingin mengendalikan bisnisnya, sebaliknya berdarah panas di ranjang.Almira berusaha menutupi wajahnya yang mulai merona, dia tidak ingin merusak apa yang berhasil mereka capai, sejauh ini mereka dapat bercakap-cakap normal membahas hal umum untuk yang pertama kalinya sejak malam pertama.Percakapan pertama yang cukup panjang tanpa menyingg
Anak-anak sibuk bercerita kepada mommy-nya, menceritakan pengalaman mereka jalan-jalan tanpa Almira .Binta dan Saras mencium Almira kemudian kembali duduk dengan orang tua Bastian di sofa besar."Kenapa nggak duduk sama Mommy?" tanya Almira heran melihat kedua keponakannya. "Kata Opa, Mommy dipeluk daddy tujuh hali, Binta ama Salas dipeluk Oma sama Opa, iya Opa?" Saras bertanya dengan gaya menggemaskan.Mr Philip yang tampan tapi berwajah keras, seketika ekspresinya melembut dan membelai rambut Saras."Cucu Opa pintar!" Mr Philip mengatakannya setelah diterjemahkan oleh ibu Bastian."Mana suamimu, Ra?" Tanya ibu Bastian."Lagi di kamar Mom, barusan mandi, bentar lagi keluar." Dalam hati Almira berkata, 'tahan Ra.. tahan Ra! Jangan sampai wajahmu merona! Bisa malu dilihat ayah dan ibu Bastian!'Kemudian Almira berdiri dan mencari alasan untuk ke dapur.Sesampai di dapur, Almira melihat Ning."Ning, kamar tamu udah disiapkan?""Udah Bu, coba saya cek lagi Bu, barangkali ada yang terl
Seorang wanita kaya sedang gelisah di hadapan kasir yang gemetar karena dibentak-bentak dan dituduh melakukan kesalahan."Coba kamu ulangi sekali lagi dengan benar, awas kalau sampai kamu rusakkin kartu saya, masak gesek gitu aja gagal terus sih!" omel Miranda yang merasa kesal."Baik saya coba kembali Bu, sebenarnya pesan yang keluar bukan gagal karena kartu rusak Bu, tapi karena saldo tidak cukup, Bu." Kasir berusaha menerangkan dengan sopan."Jangan sembarangan ngomong kamu ya! Ini belanjaan cuma 45 juta, saya belanja bisa bermiliar-miliar juga nggak pernah masalah, kamu nggak lihat kartu saya? Ini Black Card tahu! Udah panggil manager kamu ke sini!" Nampak sekali Miranda menganggap ini murni adalah kesalahan si kasir yang bloon.Tidak berapa lama, datanglah manager butik langganan Miranda."Selamat siang Bu Miranda, waduh mohon maaf ya Bu, mari saya bereskan Bu, mohon tunggu sebentar.""Sudah saya ulang tiga kali Kak, tetep munculnya declain, saldo kan, Kak?" Si kasir menjelask
"Yup, aku! Please sit down." Samuel menunjuk kursi yang ada dihadapannya.Miranda sewot.'pengacara sok, belum juga jadi apa-apa sudah belagu,' batin Miranda."Aku nggak ada urusan sama kamu Samuel, cepat panggil suamiku atau bawa aku ke sana!""Masih juga kamu panggil dia suamimu, proses perceraianmu sudah hampir memasuki tahun ke-3, bukankah seharusnya kamu berdamai dengan kenyataan?""Nggak usah banyak bacot kamu, mana suamiku?"Samuel tersedak, dan ini bukan dibuat-buat, dia beneran tersedak karena kaget betapa Miranda begitu bebal, perkawinan mereka itu hanya seumur jagung, karena karakternya sangat dangkal dan kelakuannya yang gemar berselingkuh dengan siapa saja, hingga proses perceraian seketika dimulai saat itu juga."Heran! Masih juga nggak nyadar dan menganggap kesalahanmu masih bisa dimaafkan?"Samuel merasa heran, apa yang dimiliki Miranda yang bikin Bastian memutuskan menikahi wanita kasar ini atau jurus apa yang dipakainya hingga Bastian tertarik padanya?"Aku tidak
Miranda mengendarai mobil dengan kecepatan yang membahayakan, tetapi Miranda tidak menghiraukannya atau bahkan dia tidak sadar apa yang dilakukannya.Sepanjang perjalanan dia mengutuk Samuel yang dipercayainya sebagai dalang dibalik pencabutan Black Cardnya.Bastian tidak mungkin setega itu padanya.Bastian yang dia tahu tidak pelit dan tidak pernah mau ribet membahas urusan duit.Sambil mengemudikan mobilnya, Miranda berusaha menghubungi Bastian, tapi selalu masuk ke mesin penjawab, tinggalkan pesan bla..bla..bla..Huh, tumben sih Bastian nggak bisa dihubungi? Pernah Miranda menelepon tengah malam aja bisa tersambung.Sebaiknya aku mencoba mencari rumahnya aja, sebenarnya dia tinggal nanya Ray kalau tidak di apartemennya suaminya itu ada di mana, tapi urusan sama Ray itu ribet dan bikin emosi belum lagi ujung-ujungnya duit.Miranda segera menelepon Donny, sopir setia itu pasti tahu!Kring..Terdengar suara berat seorang pria,"Hallo.""Hallo, Donny saya minta kamu kasih tahu alamat
Tarian klasik pun dimulai.Agus menyentuh Miranda dengan tangannya disemua tempat yang terbuka dan perlahan menuju tempat tersembunyi, dengan tekun dia melakukan tugasnya dan melihat reaksi Miranda yang semakin panas, yang ada dipikiran Agus hanya 'bikin dia puas..diamond, bikin dia lemas..diamond!'Agus mengecup semua jejak yang ditinggalkan oleh tangannya dan kini semakin menurunkan badannya hingga sekarang dia berada di tempat yang direncanakannya dan berdiam disana, kini tangannya beristirahat, digantikan oleh bibirnya.Miranda yang memang sedang sangat bergairah semakin beringas."Lagi ..lagi Gus, terus terus!"Agus melakukan apa yang diminta, dia bisa membaca bahasa tubuh Miranda yang mulai naik, karena itu dia semakin beringas untuk membuat Miranda menjadi 'gila' kemudian tiba-tiba dia menurunkan temponya."Brengsek Gus, ngapain berhenti?""Tenang Beb, turun sedikit maka naikmu akan semakin tinggi, pasrah Beb, kamu sedang ditangani oleh ahlinya."Setelah belasan detik kembali Ag
Bastian dan Almira telah tiba di bandara Tahiti, kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju Vaitape.Dua orang pengawal bayangan yang ikut karena paksaan dad dan Samuel pun ikut dalam satu pesawat dan satu kapal tanpa Almira tahu.Bastian berencana akan segera memberitahu Almira tentang hal itu, nanti saat sudah kembali ke bumi, sekarang dia hanya ingin menikmati sorga bersama Sang Bidadari. Bastian tersenyum tipis sambil mencium rambut istrinya.Selama perjalanan Bastian selalu menggandeng atau memeluk Almira, dia masih sering tidak percaya bahwa Almira sudah menjadi istrinya.Mereka tiba di pantai kemudian dijemput taxi yang merupakan bagian dari paket perjalanan mereka.Hanya 10 menit perjalanan mereka telah sampai di Four Seasons Resort yang sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki sambil menikmati pemandangan jika tidak membawa koper.Mereka segera dihampiri oleh resepsionis yang tidak menunggu di belakang meja seperti pada umumnya, tapi mereka mempersilahkan custom
Matahari sudah naik tinggi, sinarnya yang cerah sudah menembus kaca dan tirai yang ada hingga kamar pun sudah penuh dengan cahaya surya pagi.Bastian menggeliat dan meregangkan otot-ototnya kemudian perlahan memalingkan wajahnya dan seketika bibirnya mendarat di wajah jelita istrinya yang masih tertidur nyenyak, tak terganggu sedikit pun!Satu hal lagi kebiasaan Almira yang Bastian catat adalah Almira gampang sekali terlelap dan bisa tertidur nyenyak sekali, hingga kebisingan pun kadang tidak membuatnya terbangun.Dengan perlahan Bastian menggelitik pelan pinggang Almira."Emm.""Sayang... bangun.""Nggak mau.""Sayang...udah siang lho.""Masih ngantukk," kata Almira sambil menguap.Bastian tersenyum melihat istrinya yang susah dibangunin kaya anak-anaknya."Sayang, kalau nggak bangun sekarang, kita nggak keluar lho."Almira mengangkat kepalanya, melihat jam tangan di meja, kemudian kembali merebahkan badan menghadap Bastian dan malah kini memeluk Bastian dengan tangan dan kakinya