Tarian klasik pun dimulai.Agus menyentuh Miranda dengan tangannya disemua tempat yang terbuka dan perlahan menuju tempat tersembunyi, dengan tekun dia melakukan tugasnya dan melihat reaksi Miranda yang semakin panas, yang ada dipikiran Agus hanya 'bikin dia puas..diamond, bikin dia lemas..diamond!'Agus mengecup semua jejak yang ditinggalkan oleh tangannya dan kini semakin menurunkan badannya hingga sekarang dia berada di tempat yang direncanakannya dan berdiam disana, kini tangannya beristirahat, digantikan oleh bibirnya.Miranda yang memang sedang sangat bergairah semakin beringas."Lagi ..lagi Gus, terus terus!"Agus melakukan apa yang diminta, dia bisa membaca bahasa tubuh Miranda yang mulai naik, karena itu dia semakin beringas untuk membuat Miranda menjadi 'gila' kemudian tiba-tiba dia menurunkan temponya."Brengsek Gus, ngapain berhenti?""Tenang Beb, turun sedikit maka naikmu akan semakin tinggi, pasrah Beb, kamu sedang ditangani oleh ahlinya."Setelah belasan detik kembali Ag
Bastian dan Almira telah tiba di bandara Tahiti, kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju Vaitape.Dua orang pengawal bayangan yang ikut karena paksaan dad dan Samuel pun ikut dalam satu pesawat dan satu kapal tanpa Almira tahu.Bastian berencana akan segera memberitahu Almira tentang hal itu, nanti saat sudah kembali ke bumi, sekarang dia hanya ingin menikmati sorga bersama Sang Bidadari. Bastian tersenyum tipis sambil mencium rambut istrinya.Selama perjalanan Bastian selalu menggandeng atau memeluk Almira, dia masih sering tidak percaya bahwa Almira sudah menjadi istrinya.Mereka tiba di pantai kemudian dijemput taxi yang merupakan bagian dari paket perjalanan mereka.Hanya 10 menit perjalanan mereka telah sampai di Four Seasons Resort yang sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki sambil menikmati pemandangan jika tidak membawa koper.Mereka segera dihampiri oleh resepsionis yang tidak menunggu di belakang meja seperti pada umumnya, tapi mereka mempersilahkan custom
Matahari sudah naik tinggi, sinarnya yang cerah sudah menembus kaca dan tirai yang ada hingga kamar pun sudah penuh dengan cahaya surya pagi.Bastian menggeliat dan meregangkan otot-ototnya kemudian perlahan memalingkan wajahnya dan seketika bibirnya mendarat di wajah jelita istrinya yang masih tertidur nyenyak, tak terganggu sedikit pun!Satu hal lagi kebiasaan Almira yang Bastian catat adalah Almira gampang sekali terlelap dan bisa tertidur nyenyak sekali, hingga kebisingan pun kadang tidak membuatnya terbangun.Dengan perlahan Bastian menggelitik pelan pinggang Almira."Emm.""Sayang... bangun.""Nggak mau.""Sayang...udah siang lho.""Masih ngantukk," kata Almira sambil menguap.Bastian tersenyum melihat istrinya yang susah dibangunin kaya anak-anaknya."Sayang, kalau nggak bangun sekarang, kita nggak keluar lho."Almira mengangkat kepalanya, melihat jam tangan di meja, kemudian kembali merebahkan badan menghadap Bastian dan malah kini memeluk Bastian dengan tangan dan kakinya
Almira pun melakukan apa yang diperintahkan Bastian, dia senang kalau suaminya mengeluarkan sisi dominannya di ranjang."Bukaa!" Almira belajar dengan cepat, dari yang awalnya pasif agresif berkembang menjadi super agresif hanya dalam hitungan hari.WOW...Dengan bermandikan sinar mentari pagi kembali mereka merajut kasih, Almira masih sering heran, bermula dari ciuman kecil seketika berubah menjadi gairah yang membutakan.Almira berusaha agar kali ini dia bisa berlama-lama hingga membuat Bastian yang mengerang terlebih dahulu, tapi ternyata susah untuk dilakukan, merasakan tangan Bastian di tubuhnya saja sudah langsung membuatnya meleleh dan seketika mengerang.OMG... Lain kali saja dia akan belajar bertahan.Bastian tahu kekasihnya mulai mendaki, Almira mulai bersuara, Bastian semakin berlama-lama memanjakan istrinya, tatapan matanya membara dan posesif kemudian Bastian berkata, "Menyerahlah Sayang." Almira pun seketika memekik dan jatuh..Detik itu juga Bastian pun mengikuti
"Kamu tahu sayang, ada sebuah peribahasa yang sangat cocok dengan keadaan..ku saat ini," Bastian ragu-ragu saat mengucapkan kalimat terakhirnya."Here's the thing about wishes, the more you get, the more you want, intinya aku tidak pernah merasa cukup, Ra! Malah semakin hari semakin hebat rasanya, ekstrimnya kalau bisa, aku ingin berada bersamamu, di dalammu... selamanya.""Itu adalah peribahasa yang cocok buat keadaan kita berdua, bukan cuma kamu, Bast! Aku pun merasakannya, aku berkali-kali lupa namaku, berkali-kali kehilangan lidahku hingga tidak bisa berkata-kata karena kuatnya perasaan yang kamu timbulkan dalam hatiku.""Ra...harusnya lebih panjang bulan madu kita, supaya setelahnya kita bisa hidup lebih normal.""Really? More you get, more you want...right?"Bastian tersenyum masam."Jadi apa yang harus kulakukan untuk mengembalikan konsentrasiku?""Kita nikmati bersama Bast, kita akan saling mendukung, kalau kita hanya bisa berkonsentrasi setelah kita bercinta, ya kita berc
When your voice is calling meMy lonely hearts beats tenderlySo please accept this songI'II give every feeling you're dreaming ofSuara si wanita mengalun merdu diiringi denting piano jemari lentiknya, mampu menghipnotis semua pengunjung yang ada di bar and lounge tersebut tidak terkecuali Ryan White.Ryan White ikut terbuai oleh penampilan si wanita pantai yang membawakan lagunya dengan penuh perasaan cinta.Ryan White berpikir boleh juga manuver si wanita, tidak bisa memikatnya di pantai, dia mencoba cara yang lebih elegan, tidak terang-terangan seperti para wanita lainnya.Wanita panggilan yang satu ini gayanya jauh lebih elegan dan berkelas.Saat Ryan tahu wanita itu bisa bermain piano dan memiliki suara yang merdu maka pandangan Ryan White sedikit berubah.Minimal si wanita punya kelebihan selain tubuhnya yang seksi dengan kulit Asia yang mulus tak bercela.Kini Ryan akan melihat wajah si wanita pantai, biasanya sepandai apapun mereka memoles wajah, gadis panggilan seperti
Bastian mendekati Almira, mereka berdiri saling berhadapan cukup lama, hingga Almira berjalan melewati Bastian menuju ke kamar mandi.Bastian menghadang Almira dan memeluk pinggang istrinya dengan penyesalan di dada, tapi dengan perlahan Almira melepaskan tangan Bastian.Almira masuk ke kamar mandi dan Bastian mendengar pintu dikunci.Klik! Ini adalah yang pertama kalinya Almira mengunci Bastian di luar.Bastian tidak beranjak dari tempatnya berdiri, sedikitpun dia tidak bergeser, dia akan menunggu Almira-nya di sini.Sambil menunggu Bastian berpikir, saat di cafe and lounge dia bereaksi seolah-olah yang dihadapinya adalah Miranda, padahal bahkan saat mengetahui Miranda tidur dengan pria lain pun tidak ada seper sepuluh reaksinya tadi, saat mengetahui ada orang yang mengirim bunga kepada Almira-nya.Almira hanya menerima kiriman bunga yang dia tidak tahu dari mana, bahkan tragisnya Bastian bereaksi begitu kasar. Almira mengira itu bunga mawar pemberiannya.Terdengar kunci di
Hari ini adalah hari ketiga bulan madu mereka tapi tidak seperti hari-hari sebelumnya hari ini Bastian malas untuk keluar kamar, dia berniat menebus kesalahan lidahnya dengan membahagiakan dan memuaskan belahan jiwanya. Mereka akan menghabiskan hari di kamar saja hingga dia mendapat kabar dari Samuel tentang pencariannya.Setelah bangun tadi pagi mereka berjalan menyusuri tepi pantai, tidak banyak percakapan yang terjadi, mereka menikmati kebersamaan dalam diam, hanya mata dan sentuhan yang berbicara.Selepas berjalan-jalan menyusuri pantai mereka kembali kemudian mereka mandi bersama, dan seperti biasa jika mereka mandi bersama maka itu menjadi hal yang luar biasa menyenangkan, luar biasa menenangkan, dan melelahkan.Almira yang masih terus merona heran dengan kemajuan yang diperolehnya, baru beberapa hari dia menyandang status sebagai Mrs Navarell tapi begitu banyak keterampilan baru yang dikuasainya yang berhubungan dengan dua kata, gairah dan Bastian.Seusai mereka mandi,
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala