Setelah mengatur nafasnya, mengurangi debaran jantungnya, Bastian menangkup kepala Almira dan melahap bibir Almira dengan lapar, karena sekarang mereka sudah menikah Bastian tidak lagi banyak menimbang-nimbang seperti sebelumnya, kali ini tangannya pergi ke tempat yang diinginkannya.Mereka berdua terengah-engah menahan diri, karena bagaimanapun mereka masih berada di jalan.Bastian memerintahkan tubuhnya untuk berhenti, susah payah menarik dirinya menjauh dari istrinya, kemudian kembali mengemudi dengan kecepatan lumayan tinggi."Bast." Almira mengulurkan tangannya ke leher Bastian."Sayang, demi Tuhan tarik tanganmu, jangan menyentuhku di manapun kalau ingin kita sampai di rumah dengan selamat."Almira menarik tangannya, dia tidak tahu dari mana datangnya dorongan yang membuatnya menjadi liar dan tidak bisa menahan keinginan untuk menyentuh suami tampannya.Begitu mobil memasuki halaman, Bastian segera keluar untuk membuka kunci pagar secara manual dan garasi yang dikendalikan ol
Hari masih gelap saat Bastian terbangun, dalam keadaan setengah melayang Bastian berusaha mengingat kenapa hatinya merasa bahagia sekali?Bastian membuka matanya dan menemukan penyebabnya sedang tidur nyenyak di atasnya, seakan ingin membelitnya.Senangnya hati Bastian...Segera dia memeluk lembut tubuh polos Istrinya dan mencium lehernya yang hangat dengan aroma yang sangat menggoda.Perlahan Almira terbangun, dan menggeliat tanpa berpindah tempat.Bastian tertawa lepas saat Almira terkikik geli karena Bastian menggelitik pinggangnya sambil menciumi lehernya."Sayang, kita harus renovasi kamar segera." Bastian menghentikan gelitikannya, sekarang ganti hanya memeluk dan membelai punggung Almira.Almira melihat sekeliling kamarnya dengan mata yang masih berat, wajahnya nampak heran."Wallpapernya masih baru Bast, karpetnya juga, ngapain di renov? Mau dibesarin?" Tanya Almira."Apanya yang dibesarin, Ra?" Bastian berbisik di telinga Istrinya.Almira mencubit pinggang Bastian."Udah
Sepeninggal Samuel, Almira melanjutkan minum tehnya, tiba-tiba terdengar tapak kaki kecil berlarian."Mommy .. Mommy .. Mommy." Mereka berteriak kegirangan bertemu mommy-nya sedang dalam pelukan daddy."Daddy cium Mommy telus(terus)?" Tanya Saras kepada daddy kesayangannya.Bastian melepaskan pelukannya dan meraih Binta dan Saras bersamaan."Daddy sayang sama Mommy." Kata Bastian dengan wajah serius. Samuel yang kembali ke dapur mengekor di belakang anak-anak mengamati interaksi Bastian dengan mereka."Daddy sayank Binta? Sama Salas?" tanya mereka bergantian."Daddy sayang semua!" jawab Bastian."Cium ayo! Cium, Daddy cium Salas," seru Saras yang belum bisa menyebutkan huruf R dengan baik.Bastian dan Almira tertawa bersamaan, ternyata orang tua Bastian pun sudah ada di sana tertawa bersama mereka.Almira segera menghampiri kedua orang tua Bastian."Maaf Tante, Om, Almira terlambat bangun, Tante dan Om sudah sarapan?""Udah Sayang, oh ya panggil Mom and Dad ya, Ra! Kamu anak kami
"Menang berapa, Bast?" "Kalau prediksi tepat ya lumayan." "Lumayannya miliarder itu berapa?"Bastian tidak menjawab, hanya tersenyum tipis sambil memandang bidadarinya.Mereka berdua sedang bercakap-cakap sambil menunggu mesin pengering berdenting tanda sprei siap disetrika.Mereka sedang membahas perusahaan yang akan IPO(melantai di bursa saham) dalam waktu dekat.Almira bisa menyimpulkan dari pembicaraan mereka bahwa Bastian bermain cukup besar dan pasti mahir jika melihat keuntungan yang berhasil didapatkannya.Memang suami tampannya memiliki banyak sekali keahlian, ahli melipatgandakan uangnya di pasar saham, jeli berekspansi, bertangan dingin mengendalikan bisnisnya, sebaliknya berdarah panas di ranjang.Almira berusaha menutupi wajahnya yang mulai merona, dia tidak ingin merusak apa yang berhasil mereka capai, sejauh ini mereka dapat bercakap-cakap normal membahas hal umum untuk yang pertama kalinya sejak malam pertama.Percakapan pertama yang cukup panjang tanpa menyingg
Anak-anak sibuk bercerita kepada mommy-nya, menceritakan pengalaman mereka jalan-jalan tanpa Almira .Binta dan Saras mencium Almira kemudian kembali duduk dengan orang tua Bastian di sofa besar."Kenapa nggak duduk sama Mommy?" tanya Almira heran melihat kedua keponakannya. "Kata Opa, Mommy dipeluk daddy tujuh hali, Binta ama Salas dipeluk Oma sama Opa, iya Opa?" Saras bertanya dengan gaya menggemaskan.Mr Philip yang tampan tapi berwajah keras, seketika ekspresinya melembut dan membelai rambut Saras."Cucu Opa pintar!" Mr Philip mengatakannya setelah diterjemahkan oleh ibu Bastian."Mana suamimu, Ra?" Tanya ibu Bastian."Lagi di kamar Mom, barusan mandi, bentar lagi keluar." Dalam hati Almira berkata, 'tahan Ra.. tahan Ra! Jangan sampai wajahmu merona! Bisa malu dilihat ayah dan ibu Bastian!'Kemudian Almira berdiri dan mencari alasan untuk ke dapur.Sesampai di dapur, Almira melihat Ning."Ning, kamar tamu udah disiapkan?""Udah Bu, coba saya cek lagi Bu, barangkali ada yang terl
Seorang wanita kaya sedang gelisah di hadapan kasir yang gemetar karena dibentak-bentak dan dituduh melakukan kesalahan."Coba kamu ulangi sekali lagi dengan benar, awas kalau sampai kamu rusakkin kartu saya, masak gesek gitu aja gagal terus sih!" omel Miranda yang merasa kesal."Baik saya coba kembali Bu, sebenarnya pesan yang keluar bukan gagal karena kartu rusak Bu, tapi karena saldo tidak cukup, Bu." Kasir berusaha menerangkan dengan sopan."Jangan sembarangan ngomong kamu ya! Ini belanjaan cuma 45 juta, saya belanja bisa bermiliar-miliar juga nggak pernah masalah, kamu nggak lihat kartu saya? Ini Black Card tahu! Udah panggil manager kamu ke sini!" Nampak sekali Miranda menganggap ini murni adalah kesalahan si kasir yang bloon.Tidak berapa lama, datanglah manager butik langganan Miranda."Selamat siang Bu Miranda, waduh mohon maaf ya Bu, mari saya bereskan Bu, mohon tunggu sebentar.""Sudah saya ulang tiga kali Kak, tetep munculnya declain, saldo kan, Kak?" Si kasir menjelask
"Yup, aku! Please sit down." Samuel menunjuk kursi yang ada dihadapannya.Miranda sewot.'pengacara sok, belum juga jadi apa-apa sudah belagu,' batin Miranda."Aku nggak ada urusan sama kamu Samuel, cepat panggil suamiku atau bawa aku ke sana!""Masih juga kamu panggil dia suamimu, proses perceraianmu sudah hampir memasuki tahun ke-3, bukankah seharusnya kamu berdamai dengan kenyataan?""Nggak usah banyak bacot kamu, mana suamiku?"Samuel tersedak, dan ini bukan dibuat-buat, dia beneran tersedak karena kaget betapa Miranda begitu bebal, perkawinan mereka itu hanya seumur jagung, karena karakternya sangat dangkal dan kelakuannya yang gemar berselingkuh dengan siapa saja, hingga proses perceraian seketika dimulai saat itu juga."Heran! Masih juga nggak nyadar dan menganggap kesalahanmu masih bisa dimaafkan?"Samuel merasa heran, apa yang dimiliki Miranda yang bikin Bastian memutuskan menikahi wanita kasar ini atau jurus apa yang dipakainya hingga Bastian tertarik padanya?"Aku tidak
Miranda mengendarai mobil dengan kecepatan yang membahayakan, tetapi Miranda tidak menghiraukannya atau bahkan dia tidak sadar apa yang dilakukannya.Sepanjang perjalanan dia mengutuk Samuel yang dipercayainya sebagai dalang dibalik pencabutan Black Cardnya.Bastian tidak mungkin setega itu padanya.Bastian yang dia tahu tidak pelit dan tidak pernah mau ribet membahas urusan duit.Sambil mengemudikan mobilnya, Miranda berusaha menghubungi Bastian, tapi selalu masuk ke mesin penjawab, tinggalkan pesan bla..bla..bla..Huh, tumben sih Bastian nggak bisa dihubungi? Pernah Miranda menelepon tengah malam aja bisa tersambung.Sebaiknya aku mencoba mencari rumahnya aja, sebenarnya dia tinggal nanya Ray kalau tidak di apartemennya suaminya itu ada di mana, tapi urusan sama Ray itu ribet dan bikin emosi belum lagi ujung-ujungnya duit.Miranda segera menelepon Donny, sopir setia itu pasti tahu!Kring..Terdengar suara berat seorang pria,"Hallo.""Hallo, Donny saya minta kamu kasih tahu alamat